I. Defenisi
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis.
( Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )
II. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
1 Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
2 Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3 Menstruasi yang lama (>7 hari)
4 Spotting sebelum menstruasi
5 Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
6 Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
7 Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
8 Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)
III. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri :
• Dismenore sekunder
• Dismenore primer yang buruk
• Dispareunia
• Nyeri ovulasi
• Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
• Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
• Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
• Hipermenorea
• Menoragia
• Spotting sebelum menstruasi
• Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
• Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
• Darah pada feces
• Diare, konstipasi dan kolik
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.
www.google.com.)
IV. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta
Sperof, Leon. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )
V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
1. Uji serum
• CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
• Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
• Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
• Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
• MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
• Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )
VI. Terapi
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis, antara lain:
1. Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah :
• Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
• Progestrogen, seperti provera, primolut
• GnRH
• Pil kontrasepsi kombinasi
Namun pengobatan ini juga mempunyai beberapa efek samping.
2. Pembedahan
www.google.com
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)
VII. WOC
Terlampir
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ENDOMETRIOSIS
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
• Dysmenore primer ataupun sekunder
• Nyeri saat latihan fisik
• Dispareunia
• Nyeri ovulasi
• Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
• Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
• Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
• Hipermenorea
• Menoragia
• Feces berdarah
• Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
• konstipasi, diare, kolik
c. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis.
d. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
b. Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
c. Resiko tinggi koping individu / keluarga tidak efektif b.d efek fisiologis dan emosional gangguan, kurang pengetahuan mengenai penyebab penyakit.
d. Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi
(Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta)
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit
Kriteria Hasil :
• Klien mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan
• Klien tampak rileks, dapat tidur dan istirahat dengan tepat
Daftar Pustaka
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn.E.2001.Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta
Sperof, Leon. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )
Diakses dari www.google.com tanggal 15 September 2007.
Tugas maternitas Kelompok Gynekologi A'04
Selasa, 27 November 2007
INFERTILITAS
DEFENISI
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / mgg, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun
Ada 2 jenis infertilitas :
• Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali.
• Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu tidak pernah hamil lagi
ETIOLOGI
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
a. Pada wanita
• Gangguan organ reproduksi
1. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina
2. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
3. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang
4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
• Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
• Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
• Endometriosis
• Abrasi genetis
• Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
• Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
b. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu :
• Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
• Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
• Abnormalitas ereksi
• Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
• Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
• Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
• Abrasi genetik
MANIFESTASI KLINIS
A. WANITA
• Terjadi kelainan system endokrin
• Hipomenore dan amenore
• Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
• Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
• Wanita infertil dapat memiliki uterus
• Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor
• Traktus reproduksi internal yang abnormal
B. PRIA
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
• Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Tumor hipofisis atau prolactinoma
• Disfungsi ereksi berat
• Ejakulasi retrograt
• Hypo/epispadia
• Mikropenis
• Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
• Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
• Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
• Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
• Abnormalitas cairan semen
PATOFISIOLOGI
a. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.
a. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai ).
Pemeriksaan System Reproduksi
A. Wanita
• Deteksi Ovulasi
1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
• Analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
• Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
• Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital ).
• Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
• Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
• Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
• Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
B. Pria
• Analisa Semen
Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 - 7,8
Volume 2 - 5 ml
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel – sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl
• Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
• USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.
• Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
• Uji penetrasi sperma
• Uji hemizona
PENATALAKSANAAN
A. Wanita
• Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital
• Pemberian terapi obat, seperti;
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
• GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
• Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
• Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
• Pengangkatan tumor atau fibroid
• Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
B. Pria
• Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
• Agen antimikroba
• Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
• HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
• FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
• Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
• Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
• Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
• Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
• Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFERTIL
PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Termasuk data etnis, budaya dan agama
2. Riwayat kesehatan
A. Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
• Tumor hipofisis atau prolaktinoma
• Riwayat penyakit menular seksual
• Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Endometriosis dan endometrits
• Vaginismus (kejang pada otot vagina)
• Gangguan ovulasi
• Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
• Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
d. Riwayat Obstetri
• Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
• Mengalami aborsi berulang
• Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
B. Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
• Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Tumor hipofisis atau prolactinoma
• Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
• Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
• Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
• Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Disfungsi ereksi berat
• Ejakulasi retrograt
• Hypo/epispadia
• Mikropenis
• Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
• Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
• Saluran sperma yang tersumbat
• Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
• Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
• Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
3. Pemeriksaan Fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita.
4. Pemeriksaan penunjang
A. Wanita
• Deteksi Ovulasi
• Analisa hormon
• Sitologi vagina
• Uji pasca senggama
• Biopsy endometrium terjadwal
• Histerosalpinografi
• Laparoskopi
• Pemeriksaan pelvis ultrasound
B. Pria
• Analisa Semen
Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 - 7,8
Volume 2 - 5 ml
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel – sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl
• Pemeriksaan endokrin
• USG
• Biopsi testis
• Uji penetrasi sperma
• Uji hemizona
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostic
2. Gangguan konsep diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas
3. Gangguan konsep diri; gangguan citra diri b.d perubahan struktur anatomis dan fungsional organ reproduksi
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga b.d metode yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas
5. Konflik pengambilan keputusan b.d terapi untuk menangani infertilitas, alternatif untuk terapi
6. Perubahan proses keluarga b.d harapan tidak terpenuhi untuk hamil
7. Berduka dan antisipasi b.d prognosis yang buruk
8. Nyeri akut b. d efek tes dfiagnostik
9. Efek tes diagnostic ketedakberdayaan b.d kurang control terhadap prognosis
10. Resiko tinggi isolasi social b.d kerusakan fertilitas, investigasinya, dan penataklaksanaannya
INTERVENSI
Diagnosa keperawatan: Gangguan konsp diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas
Kriteria hasil :
• Klien mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
• Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil
• Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
• Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
• Mengidentifikasi aspek positif diri
Daftar pustaka
Carpernito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Cunningham, MacDonald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
,http://situs.kesrepro.info/kb/referensi2.htm. Diakses tanggal 29 September 2007
http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 2 Oktober 2007
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius
McCloskey, C. Joane& Bulechek, M. Gloria. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby: A Times Mirror Company
Murray, Sharon Smith, 2002. Foundations Of Maternal-Newborn Nursing. Philadelphia: W.B. Saunders company
Potter, patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktek. Jakarta: EGC
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Brunner & Suddarth’s Text Book of Medical-Surgical Nursing Volume 2. Jakarta: EGC
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / mgg, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun
Ada 2 jenis infertilitas :
• Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali.
• Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu tidak pernah hamil lagi
ETIOLOGI
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
a. Pada wanita
• Gangguan organ reproduksi
1. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina
2. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
3. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang
4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
• Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
• Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
• Endometriosis
• Abrasi genetis
• Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
• Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
b. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu :
• Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
• Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
• Abnormalitas ereksi
• Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
• Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
• Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
• Abrasi genetik
MANIFESTASI KLINIS
A. WANITA
• Terjadi kelainan system endokrin
• Hipomenore dan amenore
• Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
• Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
• Wanita infertil dapat memiliki uterus
• Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor
• Traktus reproduksi internal yang abnormal
B. PRIA
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
• Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Tumor hipofisis atau prolactinoma
• Disfungsi ereksi berat
• Ejakulasi retrograt
• Hypo/epispadia
• Mikropenis
• Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
• Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
• Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
• Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
• Abnormalitas cairan semen
PATOFISIOLOGI
a. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.
a. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai ).
Pemeriksaan System Reproduksi
A. Wanita
• Deteksi Ovulasi
1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
• Analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
• Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
• Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital ).
• Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
• Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
• Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
• Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
B. Pria
• Analisa Semen
Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 - 7,8
Volume 2 - 5 ml
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel – sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl
• Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
• USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.
• Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
• Uji penetrasi sperma
• Uji hemizona
PENATALAKSANAAN
A. Wanita
• Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital
• Pemberian terapi obat, seperti;
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
• GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
• Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
• Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
• Pengangkatan tumor atau fibroid
• Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
B. Pria
• Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
• Agen antimikroba
• Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
• HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
• FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
• Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
• Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
• Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
• Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
• Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFERTIL
PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Termasuk data etnis, budaya dan agama
2. Riwayat kesehatan
A. Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
• Tumor hipofisis atau prolaktinoma
• Riwayat penyakit menular seksual
• Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Endometriosis dan endometrits
• Vaginismus (kejang pada otot vagina)
• Gangguan ovulasi
• Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
• Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
d. Riwayat Obstetri
• Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
• Mengalami aborsi berulang
• Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
B. Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
• Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Tumor hipofisis atau prolactinoma
• Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
• Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
• Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
• Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Disfungsi ereksi berat
• Ejakulasi retrograt
• Hypo/epispadia
• Mikropenis
• Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
• Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
• Saluran sperma yang tersumbat
• Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
• Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
• Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
3. Pemeriksaan Fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita.
4. Pemeriksaan penunjang
A. Wanita
• Deteksi Ovulasi
• Analisa hormon
• Sitologi vagina
• Uji pasca senggama
• Biopsy endometrium terjadwal
• Histerosalpinografi
• Laparoskopi
• Pemeriksaan pelvis ultrasound
B. Pria
• Analisa Semen
Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 - 7,8
Volume 2 - 5 ml
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel – sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl
• Pemeriksaan endokrin
• USG
• Biopsi testis
• Uji penetrasi sperma
• Uji hemizona
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostic
2. Gangguan konsep diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas
3. Gangguan konsep diri; gangguan citra diri b.d perubahan struktur anatomis dan fungsional organ reproduksi
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga b.d metode yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas
5. Konflik pengambilan keputusan b.d terapi untuk menangani infertilitas, alternatif untuk terapi
6. Perubahan proses keluarga b.d harapan tidak terpenuhi untuk hamil
7. Berduka dan antisipasi b.d prognosis yang buruk
8. Nyeri akut b. d efek tes dfiagnostik
9. Efek tes diagnostic ketedakberdayaan b.d kurang control terhadap prognosis
10. Resiko tinggi isolasi social b.d kerusakan fertilitas, investigasinya, dan penataklaksanaannya
INTERVENSI
Diagnosa keperawatan: Gangguan konsp diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas
Kriteria hasil :
• Klien mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
• Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil
• Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
• Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
• Mengidentifikasi aspek positif diri
Daftar pustaka
Carpernito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Cunningham, MacDonald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
,http://situs.kesrepro.info/kb/referensi2.htm. Diakses tanggal 29 September 2007
http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 2 Oktober 2007
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius
McCloskey, C. Joane& Bulechek, M. Gloria. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby: A Times Mirror Company
Murray, Sharon Smith, 2002. Foundations Of Maternal-Newborn Nursing. Philadelphia: W.B. Saunders company
Potter, patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktek. Jakarta: EGC
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Brunner & Suddarth’s Text Book of Medical-Surgical Nursing Volume 2. Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA BERENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA BERENCANA
Dalam keluarga berencana peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebiut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri.
Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosila dan budaya terhadap kehamilan tersebut.. maka disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal diatas tidak terjadi.
Pengkajian
Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa percaya diri yang tinggi klien.
Selain pengkajian umum( Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obstetri, PF), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah :
1. Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi
Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenismetoda perawat dapat menanyakan alas an penggunaan metoda tersebut.pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang digunakannya.
2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapaat menetukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi. Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai dafragma, kapan dan dimana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus mengkonsumsi pil KBm dengan menggali tingkat pengetahuan klien ni perawat dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan.
3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedanga dipakai
Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga pernyataan klien tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan klien dalam menggunakan metoda tersebut.
4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji factor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan.
Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan dengan riwayat kesehatan adalah:
a. Kontrasepsi oral
1. Pil keluarga berencana terpadu
Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payu dara, telat haid, hamil, pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis.
Untuk wanita perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan penderita hipertensi tidak dianjurkan menggunakan pil keluarga berencana.
2. Mini Pil
Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang
b. Kontrasepsi Hormonal
1. Hormone Implant
Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil, perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan keinginan untuk hamil kurang dari lima tahun.
2. Hormone Injeksi
Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa menyusui.
c. Kontrasepsi Mekanik
1. Diafragma dan kap servik
Diafragma dan kap servik tidak dipakai pada wanita dengan riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock syndrome.
2. IUD
Hamil atau kemungkinan hamil, resiko itnggi terkena penyajit yang menular lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah persalinan/ aborsi, kehamilan ektopik, metroragia dismenorhea, anemia dan belum pernah hamil, mola.
d. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen. Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak memungkinkan untuk mempunyai anak
Analisa Data
Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana merupakan penyebab tersering dari gangguan fisik, psikologis dan social dalam kaitannya dengan kehamilan yang tidak direncanakan.
Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu:
1. Resiko konflik pengambilan keputusan b.d alternatif kontrasepsi
2. Rasa takut b.d efek samping kontrasepsi
3. Resiko tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda kontrasepsi
4. Resiko tinggi perubahan pola seksualitas b.d takut hamil
5. Nyeri b.d pemulihan pascaoperasi sterilisasi
6. Resiko tinggi infeksi b.d kerusakan membran mukosa akibat operasi, pemasangan spiral, hormone implant
7. Distress spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan metoda kontrasepsi yang dipilih
Rencana Intervensi
Diagnosa : Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
Kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan :
1. Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan masalahnya.
2. Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari metoda kontrasepsi yang dipilih.
3. Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih.
4. Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metod kontrasepsi.
Dalam keluarga berencana peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebiut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri.
Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosila dan budaya terhadap kehamilan tersebut.. maka disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal diatas tidak terjadi.
Pengkajian
Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa percaya diri yang tinggi klien.
Selain pengkajian umum( Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obstetri, PF), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah :
1. Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi
Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenismetoda perawat dapat menanyakan alas an penggunaan metoda tersebut.pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang digunakannya.
2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapaat menetukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi. Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai dafragma, kapan dan dimana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus mengkonsumsi pil KBm dengan menggali tingkat pengetahuan klien ni perawat dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan.
3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedanga dipakai
Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga pernyataan klien tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan klien dalam menggunakan metoda tersebut.
4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji factor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan.
Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan dengan riwayat kesehatan adalah:
a. Kontrasepsi oral
1. Pil keluarga berencana terpadu
Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payu dara, telat haid, hamil, pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis.
Untuk wanita perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan penderita hipertensi tidak dianjurkan menggunakan pil keluarga berencana.
2. Mini Pil
Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang
b. Kontrasepsi Hormonal
1. Hormone Implant
Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil, perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan keinginan untuk hamil kurang dari lima tahun.
2. Hormone Injeksi
Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa menyusui.
c. Kontrasepsi Mekanik
1. Diafragma dan kap servik
Diafragma dan kap servik tidak dipakai pada wanita dengan riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock syndrome.
2. IUD
Hamil atau kemungkinan hamil, resiko itnggi terkena penyajit yang menular lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah persalinan/ aborsi, kehamilan ektopik, metroragia dismenorhea, anemia dan belum pernah hamil, mola.
d. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen. Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak memungkinkan untuk mempunyai anak
Analisa Data
Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana merupakan penyebab tersering dari gangguan fisik, psikologis dan social dalam kaitannya dengan kehamilan yang tidak direncanakan.
Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu:
1. Resiko konflik pengambilan keputusan b.d alternatif kontrasepsi
2. Rasa takut b.d efek samping kontrasepsi
3. Resiko tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda kontrasepsi
4. Resiko tinggi perubahan pola seksualitas b.d takut hamil
5. Nyeri b.d pemulihan pascaoperasi sterilisasi
6. Resiko tinggi infeksi b.d kerusakan membran mukosa akibat operasi, pemasangan spiral, hormone implant
7. Distress spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan metoda kontrasepsi yang dipilih
Rencana Intervensi
Diagnosa : Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
Kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan :
1. Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan masalahnya.
2. Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari metoda kontrasepsi yang dipilih.
3. Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih.
4. Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metod kontrasepsi.
ASKEP KB Kelompok A'4
FAMILY PLANNING
( KELUARGA BERENCANA )
DEFENISI
Keluarga berencana merupakan suatu perencanaan tentang waktu yang tepat untuk memiliki anak. Di dalam keluarga berencana terdapat teknik kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan sebagai upaya untuk mengatur kehamilan.
Jika pasangan yang sudah menikah memiliki kesuburan baik, 90% pasangan wanita akan hamil dalam satu tahun bila mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi (Gunningham, et al., 1997). Oleh karena itu untuk pengaturan waktu kehamilan, tidak terlepas dari peran alat kontrasepsi. Kehamilan tak terencana dapat menyebabkan gangguan mayor di dalam kehidupan seorang wanita yang berdampak pada kesehatan ibu dan neonatus.
PERAN PERAWAT DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA
Peran perawat dalam program keluarga berencana adalah sebagai konselor dan edukator. Untuk melaksanakan ini perawat harus memiliki informasi terbaru dan akurat tentang metode kontrasepsi. Hampir sebagian dari kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi namun salah dan tidak konsisten dalam penggunaannya. Hal ini dapat dicegah bila wanita memiliki pendidikan yang adekuat terhadap metoda kontrasepsi yang mereka pilih. Maka perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pendidikan tentang teknik kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan, cara penggunaan yang tepat, dan fokus konselingnya haruslah pada kebutuhan dan kenyamanan pasangan yang akan menggunakan alat kontrasepsi.
PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH METODE KONTRASEPSI
Metode kontrasepsi sempurna belum dapat diciptakan oleh manusia. Setiap metoda kontrasepsi memiliki keuntungan dan kerugian masing- masing. Terkadang seorang wanita mencoba berbagai macam alat kontrasepsi sebelum menemukan metoda kontrasepsi yang cocok dan memuaskan.
Perawat perlu memberikan pertimbangan-pertimbangan yang membantu seorang wanita memilih metoda yang paling memenuhi kebutuhan mereka. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain:
1.Keamanan
Keamanan metode kontrasepsi merupakan pertimbangan utama dalam penggunaanya. Status kesehatan yang berbeda beda terkadang menyebabkan beberapa alat kontrasepsi tidak aman digunakan. Contohnya oral kontrasepsi tidak dianjurkan pada wanita dengan tromboplebitis atau stroke karena hormon yang dikandungnya dapat meningkatkan resiko keparahan penyakit tersebut dan diafragma (cap servix) tidak aman digunakan pada wanita dengan riwayat toxic shock syndome.
2.Perlindungan terhadap penyakit menular seksual
Tidak ada kontrasepsi yang 100% efektif mencegah Penyakit Menular Seksual. Resiko paparan terhadap Penyakit Menular Seksual harus dipertimbangkan dalam memberikan konseling tentang pilihan alat kontrasepsi. Kondom pria memberikan perlindungan yang baik terhadap penularan Penyakit Menular Seksual. Kondom ini harus dupakai jika salah satu pasangan mengidap Penyakit Menular Seksual meskipun pasangan tersebut telah menggunakan alat kontrasepsi lain.
3.Efektifitas
Efektifitas suatu alat kontrasepsi ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan alat kontrasepsi tersebut melindungi seseorang wanita dari kehamilan. Metoda sterilisasi dianggap yang paling efektif namun tidak dapat digunakan pada pasangan yang ingin anak lagi dikemudian hari. IUD juga merupakan metoda yang efektif tapi terkadang tidak menjadi pilihan karena efek samping atau kepercayaan yang dianut oleh pasangan.
4.Pilihan pribadi dan kecendrungan
Pilihan pribadi dan kecendrungan juga merupakan hal penting dalam memilih metode kontraseps. Jika seorang wanita berasumsi bahwa kontrasepsi yang dipilih terlalu sulit digunakan, menghabiskan banyak waktu atau terlalu banyak aturan akan menurunkan motifasi dan kekonsistenan pasangan tersebut untuk menggunakannya. Pendidikan yang diterima tentang metode kontrasepsi akan mempengaruhi persepsi pasangan terhadap kontrasepsi.
5.Education needed
Beberapa metoda kontrasepsi tidak membutuhkan pendidikan khusus, seperti kondom. Namun ada beberapa metode yang membutuhkan informasi lengkap agar metode tersebut menjadi efektif.
6.Efek samping
Efek samping penggunaan metoda kontrasepsi harus dijabarkan dengan lengkap kepada pasangan. Jika pasangan sudah mengetahui efek sampingnya lalu kemudian tetap memilih kontrasepsi tersebut, mereka akan lebih dapat bertoleransi pada efek samping yang ditimbulkan daripada pasangan yang tidak mengetahui efek samping sama sekali.
7.Pengaruh pada kepuasan seksual
Metode coitus related contraceptive, seperti spermisida dan metoda barrier, harus digunakan sebelum berhubungan seksual. Hal ini dapat menurunkan kepuasan seksual dan meningkatkan resiko penurunan minat terhadap metoda tersebut.
8.Ketersediaan
Kondom dan spermisida dapat diperoleh tanpa resep dokter. Pasangan dapat memiliki bahan ini tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu. Hal ini penting dipertimbangkan pada pasangan yang tidak dapat terbuka pada tenaga kesehatan tentang aktivitas seksual.
9.Biaya
Pada pasangan berpenghasilan rendah, faktor biaya menjadi hal penting dalam pemilihan metoda kontrasepsi. Pasangan tersebut mungkin akan lebih suka memilih menggunakan kondom daripada metoda sterilisasi yang relatif lebih mahal.
10.Agama dan kepercayaan
Agama dan kepercayaan akan mempengaruhi pilihan. Penganut katolik roma tidak memperkenankan metoda kontrasepsi apapun selain metoda alamiah.
11.Budaya
Budaya juga mempengaruhi pemilihan metoda kontrasepsi. Keturunan afrika-amerika banyak memilih sterilisasi pada wanita daripada sterilisasi pria, sedangkan pria latin tidak berminat tehadap penggunaan kondom dan menganut kebudayaan memiliki banyak keturunan.
Pada beberapa daerah, kontrasepsi tidak akan pernah digunakan sampai pasangan tersebut berhasil memperoleh anak laki-laki.
12.Informed consent
Beberapa meroda kontrasepsi memiliki efek yang berbahaya. Oleh karena itu, informed consent perlu disertakan untuk menyatakan bahwa pasangan mengerti resiko dan keuntungan dari metoda yang mereka pilih sehingga dapat menjadi aspek legal perawat.
METODA KONTRASEPSI
a.Tujuan penggunaan kontrasepsi
Dalam keluarga berencana, penggunaan metoda kontrasepsi menjadi sangat penting dengan tujuan :
1.Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilannya karena alat reproduksi wanita belum berkembang dengan baik dan belum siap untuk memulai proses kelahiran.
Alasan menunda kehamilan adalah:
a.Usia dibawah 20 tahun adalah usia resiko tinggi kehamilan karena kematangan alat reproduksi belum sempurna
b.Prioritas penggunaan pil karena akseptor masih muda
c.Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda sering melakukan hubungan seksual ( frekuensi tinggi ) sehingga akan mempunyai angka kegagalan yang tinggi
d.Penggunaan AKDR dapat digunakan karena efektif dan bersifat sementara sehingga apabila pasangan siap memiliki anak, AKDR tersebut dapat dilepas
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah :
a.Reversibility yang tinggi karena akseptor belum mempunyai anak
b.Efektifitas reatif tinggi, penting karea dapat menyebabkan kehamilan beresiko tinggi
Kontrasepsi yang sesuai yaitu : Pil, AKDR, Metoda alamiah.
2.Menjarangkan kehamilan
Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah masa yang paling baik untuk melahirkan 2 orang anak dengan jarak kehamilan 3-4 tahun.
Alasan-alasan penjarangan kehamilan adalah :
a. Usia 20-30 tahun merupakan usia emas untuk mengandung dan melahirkan
b. Segera setelah anak lahir, dianjurkan menggunakan akdr sbg pilihan utama
c. Kegagalan yg mybbkn kehamilan cukup tinggi namun tdk/krg berbahaya karena akseptor berada pada usia yang baik untuk melahirkan
Kontrasepsi yang digunakan sebaiknya harus memiliki kriteria berikut :
a. Reversibility cukup tinggi
b. Efektifitas cukup tinggi
c. Dapat dipakai 3-4 tahun
d. Tidak menghambat produksi asi
Kotrasepsi yang dianjurkan untuk pasangan adalah AKDR, Pil, Suntik, Metoda alamiah, dan susuk ( hormone implant ).
3.Meniadakan kehamilan ( mengakhiri kesuburan )
Saat usia istri di atas 30 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak karena usia tersebut memasuki usia rentan dan komplikasi kehamilan tinggi.
Kontrasepsi yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Efektivitas sangat tinggi karena kegagalan dapat menyebabkan kehamilan resiko tinggi terhadap ibu dan anak
b. Reversibilitas rendah
c. Dapat dipakai untuk jangka panjang
d. Tidak menambah kelainan yang sudah ada
Anjuran kontrasepsi yang dipakai adalah kontap (tubektomi/vasektomi), susuk, AKDR, suntikan, dan metoda alamiah.
JENIS-JENIS METODA KONTRASEPSI
Beberapa jenis metoda kontrasepsi yang dapat dipakai adalah
1.Metoda biologi/alamiah
2.Metoda kimiawi
3.Metoda mekanik
4.Metoda pembedahan
1.Metoda biologis/alamiah
a. Metode Amenorea Laktasi (MAL):
•Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yg mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI)
•MAL sebagai kontrasepsi bila :
-Menyususi secara penuh (full breast feeding)
-Belum haid
-Umur bayi kurang dari 6 bulan
•Efektif sampai 6 bulan
•Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya
Cara Kerja Penundaan/penekanan ovulasi
Keuntungan kontrasepsi:
•Efektivitas tinggi (keberhasilan 98 % pada enam bulan I pasca persalinan)
•Segera efektif
•Tidak mengganggu senggama
•Tidak ada efek samping sistemik
•Tidak perlu pengawasan medik
•Tidak perlu obat atau alat
•Tanpa biaya
Keuntungan nonkontrasepsi:
1.Untuk Bayi
•Mendaptkan kekebalan pasif (mdapatkan antibodi perlindunagn lewat ASI)
•Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna utk tumbang bayi yg optimal
•Terhindar dari keterpaparan thdp kontamiasi dari air, susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai
2.Untuk Ibu
•Mengurangi perdarahan pascapersalinan
•Mengurangi resiko anemia
•Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
Keterbatasan
•Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalm 30 menit pascapersalinan
•Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
•Efektivitas tinggi8 hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
•Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV DAN HIV/AIDS
Yang Dapat Menggunakan MAL
Ibu yang menyusui secara eksusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan.
Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL
•Sudah mendapat haid sesudah bersalin
•Tidak menyusui secara ekslusif
•Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
•Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
Instruksi Kepada Klien ( Hal Yang Harus Disampaikan Kepada Klien)
•Seberapa sering harus menyusui ?
Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi menyelesaikan menghisap dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.
•Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya
•Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui pada waktu malam hari membantu mempertahankan kecukupan persediaan ASI
•Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit
•ASI dapat disimpan dalam lemari pendimgin
•Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai pendamping ASI?
Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan.
•Apabila Ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi
•Haid
Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai metode KB lainnya.
•Untuk kontrasepsi dan kesehatan
-Anda memerlukan metode kontrasepsi lain ketika anda mulai dapat haid lagi, jika Anda tidak lagi menyusui secar ekslusif atau bila bayi Anda sudah berumur 6 bulan.
-Konsultasi dengan bidan/dokter atau klinik/Puskesmas sebelum Anda mulai memakai metode kontrasepsi lainnya.
-Jika suami/pasangan Anda beresiko tinggi terpapar IMS, AIDS harus pakai ketika pakai MAL.
•Apa yg hrs dilakukan jk Anda menyusui tdk secara ekslusif/berhenti menyusui ?
-Anda perlu kondom atau metode kontrasepsi lain ketik anda tidak meyusui lagi secara ekslusif
-Ke klinik KB untuk membantu memilihkan atau memberikan metode kontrasepsi lain yang sesuai
Beberapa Catatan dari Konsensus Bellagio (1988) Untuk Keefektifan 98%
•Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sekali diberi 1-2 teguik air/minuman pada upacara adat/agama.
•Perdarahan sebelum 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid)
•Bayi menghisap secara langsung
•Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah baby lahir
•Kolostrum diberikan nkepada bayi
•Pola menyusui on demand dan dari kedua payudara
•Sering menyusui selam 24 jam termasuk malam hari
•Hindari jarak menyusui lebih dari 6 jam.
Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetapi dapat juga tanpa didahuilui haid.Efek ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek:
•Cara menyusui
•Seringanya menyusui
•Lamanya setipa kali menyusui
•Kesungguhan menyusui
b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Profil
•Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung
•Efektif dipakai bila tertib
•Tidak ada efek samping
Pasangan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu (ketika ibu tersebut dapat menjadi hamil), atau senggama pada masa subur untuk mencapai kehamilan. Metode keluarga berencan alamiah berdasarkan kesadaran penuh dari siklus reproduksi Ibu tersebut.
Cara Kerja
Metode Lendir Servik atau lebih dikenala sebagai Metode Ovulasi Billings/MOB atau metode dua hari mukosa serviks dan Metode Simtomtermal adalah yang paling efektif. Cara yang kurang efektif misalnya Sistem Kalender atau Pantang Berkala dan metode Suhu Basal yang sudah tidak diajarkan lagi oleh pengajar KBA.
Mekanisme Kerja
1.Untuk Kontrasepsi
Senggama dihindari pada masa subur yaitu pada fase siklus menstruasi dimana kemungkinan terjadi konsepsi/kehamilan
2.Untuk Konsepsi/mencapai kehamilan
Senggam direncanakan pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan siklus (biasanya pada hari ke 10-15), atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan ketika kemungkinan besar terjadinya konsepsi.
Manfaat
1.Kontrasepsi
• Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
• Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi
• Tidak ada efek samping sistemik
• Murah atau tanpa biaya
2.Nonkontrasepsi
• Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
• Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri
• Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melaluim peningkatan komunikasi antara suami istri/pasangan
Keterbatsan
•Sebagai kontraseptif sedang (9-12 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian)
•Keefektifan tergantung dari kemauan & disiplin pasangan mengikuti instruksi
•Perlua ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis KBA yang paling efektif secara benar
•Dibutuhkan pelatih/guru KBA (bukan tenaga medis)
•Pelatih/guru KBA hrs mampu membantu ibu mengenali masa subur, memotivasi pasangan utk menaati aturan jk ingin menghindari kehamilan & meyediakan alat bantu jika diperlukan, msl buku catatan khusus, termometer,(oral/suhu basal)
•Perlu pantang selama masa subur untuk menghindari kehamilan
•Perlu pencatatan setiap hari
•Infeksi vagina membuat lendir servik sulit dinilai
•Termometer basal diperluikan untuk metode tertentu
•Tidak terlindung dari IMS termasuk HBV (VIRUS HAPETITIS b) & HIV/AIDS
Yang Dapat Menggunakan KB
1.Untuk Kontrasepsi
•Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid kerana menyusui atau premenopause
•Semua perempuan dengan paritas berapapun termasuk mulipara
•Perempuan kurus atau gemuk
•Perempuan yang merokok
•Perempua dengan alasan kesehatan tertentu a.l hipertensi sedang, varises, dismenore, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, dll
•Pasangan dengan alasan agama / filosofi utk tdk menggunnakan metode lain
•Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain
•Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid
•Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan
2.Untuk Konsepsi
•Pasangan yang ingin mencapai kehamilan, senggama dilakukan pada masa subur untuk mencapai kehamilan
Definisi
Hari-hari kering : Setelah darah haid bersih , kebanyakan ibu mempunyai 1- beberasp hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering
Hari-hari Subur : Ketika terobservasi adanay lendir sebelum ovulasi. Ibu dianggap subur, ketika terlihat adanya lendir, walaupun jenis lendir yang kental dan lengkap. Lendir subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di serviks dan hari subur sudah mulai.
Hari Puncak : Adalah hari terakhir adanya lendir licin, mulur dan ada perasaan basah
Contoh Kode Yang Dipakai Untuk Mencatat Kesuburan
Pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid)
Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering
Gambar suatu tanda (L) atau biarkan kosong untuk memperlihatkan lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur
Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur yang kental, putih, keruh dan lengket.
Untuk Kontrasepsi/Menghindari Kehamilan
• Lendir mungkin berubah pada hari yang sama, periksa lendir setiap kali ke belakang dan sebelum tidur, kecuali ada perasaan sangat basah waktu siang. Setiap malam sebelum tidur, tentukan tingkat yang paling subur (lihat kode diatas) dan beri tanda pada catatan ibu dengan kode yang sesuai
• Pantangan senggama utk paling sedikit satu siklus sehingga Ibu akan megenali hari-hari lendir, mengenali Pola Kesuburan & Pola Ketidaksuburan ibu dg bimbingan pelatih/guru KBA
• Hindari senggama pada waktu haid. Hari-hari ini tidak aman, pada siklus pendek. Ovulasi dapat terjadi pada harihari haid
• Pd hari kering setelah haid, aman utk bersenggama selang satu malam (aturan selang-seling). Ini akan menghindari Ibu bingung dg cairan sperma dan lendir
• Segera setelah ada lendir jenis apa juga atau perasaan basah muncul, hindari senggama atau kontak seksual. Hari-hari lendir, terutama hari-hari lendir subur adalah tdk aman. (Aturan awal atau “jk hari basah, Ibu akan memperoleh bayi”)
• Tandai hari terakhir dengan lendir jernih, licin, dan mulur dengan tanda X.Ini adalah hari puncak; ini adalah hari ovulasi dan adalah hari paling subur
• Setelah hari puncak, hindari senggama untuk 3 hari berikut siang dan malam. Hari-hari ini adalah tidak aman (Aturan Puncak). Mulai dari pagi hari keempat setelah kering, ini adalah hari-hari aman untuk bersenggama sampai hari haid berikutnya bila ingin menghindari kehamilan.
• Pada siklus yang tidak teratur seperti pascapersalinan atau premenopause maka perlu memperhatikan (Pola Dasar ke-Tidaksuburan ) dimana ada waktu 1-2 hari subur yang menyelingi diantara hari-hari tidak subur. Ibu harus mengamati perubahan ini dan bila PDTS sudah pulih kembali dan berlangsung minimal 3 hari berturut-turut tanpa perubahan maka senggama boleh dilakukan (Aturan Sabar Menunggu/Wait and See Rule)
Untuk Konsepsi/Mencapai Kehamilan
• Bersenggama pada setiap siklus pada hari-hari terdapat lendir yang teras mulur, basah dan licin
Suatu Contoh Catatan Suhu Basal Yang Lengkap
Ibu dapat mengenalai masa subur Ibu dengan mengukur suhu badan secara teliti dengan termometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,10 C untuk mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil , suhu tubuh anda.
Pakai Aturan Perubahan Suhu
• Ukur suhu Ibu pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat tidur) dan catat suhu Ibu pd kartu yg disediakan oleh instruktur KBA Ibu.
• Pakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama siklus haid Ibu untuk mementukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal, rendah”. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demem atau gangguan lain.
• Tari garis pada 0,05 – 0,1 0 C diatas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Ini dinamkan garis pelindung (cover line) atau garis suhu
• Masa tak subur bmulai pada sore seyelah hari ketiga berturut-turut suhu berada diatas garis pelindung tersebut (Aturan Perubahan Suhu)
Untuk Kontrasepsi
Pantang senggama mulai dari awal siklus haid sampai sore hari ketiga berturut-turut setelah suhu berada diatas garis pelindung (cover line). Masa pantang pada Aturan Perubahan Suhu lebih panjang dari pemakaina MOB
Catatan
• Jika salah satu dari 3 berada dibawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari, ini mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi . Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat diatas garis pelindung sebelum memulai senggama
• Ketika mulai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal Ibu. Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersenggama sampai hari pertama haid berikutnya
Metode Simtomtermal
Ibu harus mendapat instruksi untuk Metode Serviks dan Suhu Basal. Ibu dapat menentukan masa subur Ibu dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks.
• Setelah darah haid berhenti, Ibu dapat bersenggama pada malam hari pada hari kering dengan berselangsehari selama masa tak subur. Ini adalah Aturan Selang Hari Kering(Aturan Awal). Aturan yang sama dengan Metode Lendir Serviks.
• Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir, ini adalah Aturan Awal. Aturan yang sama dengan Metode Lendir Serviks. berpantang bersenggama sampai masa subur berakhir
• Pantang bersenggama sampai Hari Puncak & Aturan perubahan Suhu tlh tjd
• Apabila aturan ini tidak mengidentifikasikan hari yang sama sebagai akhir masa subur, sllu ikuti aturan yg paling konsevatif, yaitu aturan yg mengidentifikasikan masa subur yg paling panjang.
Senggama Terputus ( Coitus Interruptus )
Defenisi
Senggama terputus adalah mengeluarkan penis dari vagina sebelum ejakulasi. Meskipun keefektifan metoda ini adalah 80%, tetapi metoda ini membutuhkan kontrol yang baik dari pria. Metoda ini mengurangi kepuasan pasangan. Meskipun ejakulasi terjadi di luar vagina, cairan pre ejakulasi terkadang juga mengandung sperma sehingga pembuahan tetap saja dapat terjadi.
Cara kerja: Penis dikeluarkan sebelum ejakulasi sehigga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.
Manfaat Kontrasepsi
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi asi
3. Dapat digunakan sebagai pendukung metoda keluarga berencana lainnya
4. Tidak ada efek samping & Dapat digunakan setiap waktu
5. Tidak membutuhkan biaya
Nonkontrasepsi
1. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
2. Untuk pasangan, memungkinkan hubungan yang lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam
Keterbatasan
1. Efektivitas tergantung kesediaan pasangan melakukan senggama terputus
2. Efektivitas menurun bila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi melekat pada penis
3. Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual
Peran Perawat
Perawat memberikan penjelasan sebagai berikut :
1. Tingkatkan kerjasama dan bangun saling pengerian sebelum melakukan hubungan seksual dan
2. Sebelum berhubungan, pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis
3. Apabila pria merasa akan ejakulasi, segera tarik penis dari vagina. Pastikan pria tidak terlambat malakukannya
4. Tidak dianjurkan pada masa subur
3. Metoda mekanis
a.Kondom
Defenisi
Kondom merupakan selaput/selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis salama hubungan seksual. Kondom terbuat dari kareT sintetis yang tips, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau berbentuk putting susu. Kondom dibuat dlm berbagai variasi baik dari segi bentuk, warna, pelumas, ketebalan, maupun bahan pembuatnya. Kondom dapt digunakan bersamaan dengan alat kontrasepsi lain. Selain itu, kondom juga membantu mencegah penularan penyakit menular seksual, termasuk AIDS.
Cara kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah pada saluran reproduksi wanita. Selain itu, kondom juga mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan lain.
Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom menjadi tidak efektif karena tidak konsisten dalam pemakaian. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Manfaat
•Efektif bila digunakan dengan benar
•Tidak mengganggu produksi ASI
•Tidak mengganggu kesehatan klien
•Tidak memiliki pengaruh sistemik
•Murah dan dapat dibeli secara umum
•Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
•Dapat digunakan sebagai metoda kontrasepsi sementara
Keterbatasan
•Efektifitas tidak terlalu tinggi
•Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan
•Agak mengganggu hubungan seksual karena mengurangi sentuhan langsung
•Pada beberapa klien menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
•Harus selalu tersedia setiap klai berhubungan seksual
•Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
•Pembuangan kondom bekas dapat menimbulkan masalah limbah
b.Spermisida
Defenisi
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Spermisida ini dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal; suposituria; dissolvable film, dan krim.
Cara kerja
Spermisida ini menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat gerakan sperma, dan menurunkan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur.
Pilihan
•Aerosol (busa) efektif segera setelah insersi
•Busa spermisida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metoda kontrasepsi
•Tablet vaginal, suposituria, dissolvable film penggunaannya disarankan menunggu 10-15 menit sesudah dimasukkan sebelum hubungan seksual
•Jenis spermisida jeli digunakan dengan diafragma
Manfaat
•Efektif seketika (busa dan krim)
•Tidak mengganggu produksi ASI dan mampu melindungi dari IMS
•Bisa digunakan sebagai pendukung metoda lain
•Tidak mengaggu kesehatan klien
•Tidak memiliki pengaruh sistemik
•Mudah digunakan
•Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
•Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Keterbatasan
•Efektivitas kurang
•Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan
•Ketergantungan pengguna dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual
•Pengguna harus menunggu 10-15 menit untuk tablet vaginal, suposituria, dissolvable film
•Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam
Seleksi klien pengguna spermisida
Spermisida
Sesuai untuk klien yang: Tidak sesuai untuk klien yang:
•Tidak menyukai metoda kontrasepsi hormonal seperti perokok atau usia di atas 35 tahun
•Tidak menyukai penggunaan AKDR
•Menyusui dan perlu kontrasepsi
•Memerlukan proteksi terhadap IMS
•Memerlukan metoda sederhana sambil menunggu metoda yang lain • Berdasarkan umur & mslh kesehatan mybbkn kehamilan dg resiko tinggi
•Terinfeksi saluran uretra
•Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelamin
•Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan
•Ingin metoda KB efektif
Penaganan efek samping dan masalah lain
Efek samping dan masalah Penanganan
Iritasi vagina Periksa adanya vaginitis atau IMS. Jika penyebabnya spermisida, alihkan ke spermisida lain dengan komposisi berbeda / bantu pemilihan metoda lain
Iritasi penis dan rasa tidak nyaman Periksa IMS. Jk pyebabnya spermisida, alihkan ke spermisida lain dg komposisi berbeda / bantu pemilihan metoda lain
Gangguan rasa panas di vagina Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Jika tidak ada perubahan alihkan ke spermisida lain dengan komposisi berbeda atau bantu pemilihan meoda lain
Kegagalan tablet tidak larut Alihkan k spermisida lain dg komposisi berbeda atau bantu pemilihan meoda lain
Cara penggunaan/instruksi bagi klien
• Cuci tangan dg sabun & air mengalir sblm mgisi aplikator & insersi spermisida
• Gunakan spermisida tiap berhubungan intim
• Jarak tunggu setelah tablet vagina atau supposituria dimasukkan 10-15 menit
• Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa
• Ikuti petunjuk cara penggunaan dan cara penyimpanan
• Tempatkan spermisida jauh dalam vagina sehingga serviks terlindungi dg baik
Aerosol (Busa)
• Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum digunakan
• Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkank aplikator pada mulut kontainer dan tekan aplikator untuk mengisi busa
• Sambil berbaring, lakukan insersi aplikator ke dalam vagina mendekati serviks, dorong sampai busa keluar
• Aplikator segera dicuci dengan sabun dan air, tiriskan dan keringkan. Jangan berbagi aplikator bersama orang lain
Tablet vagina atau supposituria
• Cuci tangan sebelum membuka paket
• Lepaskan tablet/supposituria dari paket
• Sambil berbaring, masukkan talet/supposituria jauh ke dalam vagina
• Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual
• Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet maupun supposituria
Krim
• Insersi kontrasepsi krim setelah dikemas ke dalam aplikator sampai penuh, masukkan ke dalam vagina sampai mendekati serviks
• Tekan alat pendorong sampai krim keluar. Tidak perlu menunggu kerja krim
• Aplikator harus dicuci dengan sabun dan air sesuai dengan pencegahan infeksi untuk alat-alat, tiriskan dan keringkan
• Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagian-bagiannya. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain. Sediakan selalu ekstra krim dirumah
c. Diafragma
Defenisi
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Jenis-jenis diafragma
• Flat spring (flat metal band)
• Coil spring (coiled wire)
• Arching spring (kombinasi metal spring)
Cara kerja: Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaat
• Efektif bila digunakan dngan benar
• Tidak mengganggu produksi ASI
• Tidak mengganggu hub seksual krn telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya
• Tidak mengganggu kesehatan klien
• Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Keterbatasan
• Efektivitas sedang (bila digunakan dengan dengan spermisida angka kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)
• Keberhasilan sbg kontrasepsi bergantung pd kepatuhan mgikuti cr penggunaan
• Motivasi diperlukan berkesinambungan dg mnggunakannya stiap berhub seksual
• Pemeriksaan pelvik o/ petugas kes terlatih diperlukan utk memastikan ketepatan pemasangan
• Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra
• Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya
Seleksi klien pengguna diafragma
Diafragma
Sesuai untuk klien yang: Tidak sesuai untuk klien yang:
• Tidak menyukai metoda kontrasepsi, seperti perokok, atau di atas usia 35 tahun
• Tidak menyukai penggunaan AKDR
• Menyusui dan perlu kontrasepsi
• Memerlukan proteksi terhadap IMSmemerlukan metoda sederhana sambil menunggu metoda lain • Berdasarkan umur serta masala kesehatan menyebabkan kehamilan menjadi beresiko tinggi
• Terinfeksi saluran uretra
• Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelaminnya
• Mempunyai riwayat sinrom syok karena keracunan
• Ingin metoda KB efektif
Penanganan efek samping
Efek samping Penanganan
Infeksi saluran uretra Pengobatan dengan antibiotika yg sesuai, apabila diafragma mjd pilihan utama dlm ber-KB. Sarankn segera mengosongkan kandung kemih stlh melakukan hub seks atau sarankan memakai metoda lain
Dugaan adanya reaksi alergi diafragma atau dugaan adanya reaksi alergi spermisida Walaupun jrg tjd, terasa krg nyaman dan mgkn berbahaya. Jk ada gjl iriasi vagina, khususnya pasca senggama,tdk mengidap IMS, berikan spermisida yg lain atau bantu memilih metoda lain
Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektum Pastikn ketepatan letak diafragma apabila alat terlalu besar. Cobalah dg ukuran yg lebih kecil. Tindak lanjut utk meyakinkan masalah telah tertangani
Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24 jam Periksa IMS/benda asing dlm vagina. Jk tdk ada, sarankan mlepaskn diafragma stlh hub seks tapi tdk <6jam stlh hub yg terakhir. Stlh diangkat, diafragma dicuci dg hati-hati mggunakan sabun cair & air. Jika mengidap IMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi
Cara penggunaan/instruksi bagi klien
• Gunakan diafragma setiap kali berhubungan intim
• Diafragma dipasang beberapa saat sebelum berhubungan intim, oleh karena itu vesika urinaria perlu dikosongkan terlebih dahulu dan cuci tangan
• Tes bahwa diafragma tidak berlubang (dengan air/cahaya)
• Oleskan kira-kira satu sendok the spermisida pada dasar diafragma dan disekeliling diafragma
• Posisi yang memudahkan prosedur adalah dengan mengangkat satu kaki dan meletakkannya ke atas kursi/dudukan toilet. Diafragma juga dapat dipakai sambil berbaring atau jongkok
• Lebarkan kedua bibir vagina
• Pegang diafragma dengan erat, masukkan ke dalam vagina jauh ke belakang dengan bagian yang mengandung spermisida menghadap ke serviks. Dorong bagian depan ke pinggiran atas di balik tulang pubis
• Masukkan jari ke vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi
• Bila setelah 6 jam diafragma masih berada di dalam vagina atau masih ingin melakukan hubungan seksual, maka spermisida harus dioleskan kembali
• Lepaskan diafragma maksimal 6 jam setelah hubungan seksual terakhir. Ingat, hindari pemakaian diafragma selama 24 jam untuk mencegah infeksi
• Untuk mengeluarkan diafragma, tarik bagian depan diafragma kemudian tarik ke bawah dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
d. Cap cerviks
Bentuk dan cara penggunaan cap serviks sama dengan diafragma tapii memiliki ukuran yang lebih kecil. Karena ukurannya yang lebih kecil darii diafragma, cap serviks ini tidak menyebabkan tekanan pada VU sehingga cap ini dapat dipakai selama 48 jam dan tambahan ulang spermisida tidak dibutuhkan. Cap ini tidak harus dilepas selama 6 jam setelah hubungan seksual terakhir, cara pemasangannya dan pelepasannya sama dg diafragma tetapi lebih sulit krn ukurannya yang lebih kecil.
e. Alat kontrasepsi dalam rahim
• Sangat efektif, reversibel, dan berjangka panjang
• Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
• Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan
• Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
• Tidak boleh dipakai oleh wanita yang terpapar IMS
Jenis
• Inert, dari plastik ( lippes loop ) atau baja anti karat ( the chinese ring )
• Mengandung tembaga seperti CuT 380A, CuT 200C, dll
• Mengadung hormon steroid
Cara kerja
Sampai saat ini mekanisme kerja AKDR belum diketahui secara pasti. Pendapat terbanyak mengatakan AKDR menimbulkan reaksi radang pada endometrium dengan serbukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. AKDR yang mengandung tembaga juga menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfatase alkali, memblok bersatunya sperma dan ovum, mengurangi jumlah sperma yg mencapai tuba falopii, dan menginaktifkan sperma. AKDR yang mengeluarkan horman juga menebalkan lendir serviks hingga menghalangi pergerakan sperma.
Keuntungan
• Efektifitas tinggi (0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama
• AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
• Metoda jangka panjang (CuT 380A mempunyai jangka proteksi 10 tahun)
• Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
• Tidak mempengaruhi hubungan seksual
• Meningkatkat kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
• Tidak ada efek samping hormonal terhadap CuT 380A
• Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
• Dapat dipasang segera setelah abortus atau melahirkan
• Dapat digunakan sampai menopause
• Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
Kerugian
• Efek samping yang umum terjadi:
1. Perub siklus haid (umumnya pd 3 bln I dan akan berkurang setelah 3 bulan)
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Spotting antar menstruasi
4. Haid terasa lebih sakit
• Komplikasi lain:
1. merasakan sakit selama 3-5 hari setelah pemasangan
2. perdarahan berat waktu haid atau diantaranya dapat memungkinkan terjadinya anemia
3. perforasi dinding uterus
• Tidak mencegah IMS termasuk HIV
• Tidak baik digunakan pada wanita dengan IMS atau sering berganti pasangan
• Penyakit radang panggul terjadi sesudah wanita dengan IMS menggunakan AKDR. Hal ini dapat memicu infertilitas
• Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik perlu dilakukan dalam pemasangan AKDR. Beberapa wanita mungkin takut dengan prosedur ini
• Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
• Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri. Pelepasan AKDR dilakukan oleh petugas terlatih
• Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui
• Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik
• Wanita harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini, wanita harus memasukkan jarinya ke dalaam vagina. Sebagian perempuan tidak mau melakukan ini
Persyaratan pemakaian. Yang dapat menggunakan:
• Usia reproduktif
• Keadaan nullipara
• Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
• Menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
• Setelah melahirkan dan tidak menyusui
• Setelah abortus dan tidak ada tanda infeksi
• Resiko rendah IMS
• Tidak menghendaki metoda hormonal
• Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil
• AKDR juga dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan misalnya perokok, pasca abortus, gemuk/kurus, sedang menyusui, penderita tumor jinak payudara, penderita kanker payudara, pusing-pusing,hipertensi,varises, penderita penyakit jantung, pernah menderita stoke, penderita diabetes, penderita penyakit hati/empedu, malaria, penyakit tiroid, epilepsi, setelah pembedahan pelvik.
Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
• Sedang hamil atau kemungkinan hamil
• Perdarahan per vagina yang tidak diketahui penyebabnya
• Penderita infeksi alat genital
• Sering menderita PRP atau abortus septik
• Penyakit trofoblas yang ganas
• Penderita TBC pelvik
• Kanker alat geintal
Penanganan efek samping yang umum dan permasalahan yang lain
Efek samping Penanganan
Amenorea Periksa apakah sedang hamil, jika tidak jangan lepaskan AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea. Jika diketahui hamil, sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya keluar dan kehamilan kurang 13 minggu. Jika kehamilan besar 13 minggu dan benang tidak terlihat, AKDR jangan dilepaskan. Apabila klien sedang hamil dan tetap ingin mempertahankan kehamilan tanpa melepaskan AKDR, jelaskan adanya kemungkinan kegagalan kehamilan dan infeksi
Kejang Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain kejang. Tanggulangi penyebabnya bila ditemukan. Apabila tidak ditemukan, beri analgesik untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang berat, lepas AKDR dan anjurkan metoda lain
Perdarahan vagina hebat dan tidak teratur Pastikan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila perdarahan berlanjut, lakukan pemantauan
Benang yang hilang Pastikan ada kehamilan/tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, gunakan kondom. Periksa keberadaan benang dalam cavum uteri atau saluran endoserviks. Apabila tidak ditemukan, rujuk ke dokter untuk x-ray atau USG
Adanya pengeluaran dari vagina/dicurigai PRP Lepaskan AKDR bila ditemukan infeksi kelamin dan anjurkan menggunakan metoda lain
Waktu penggunaan
• Setiap waktu dalam siklus haid yang dapat dipastika klien tidak hamil
• Hari pertama sampai ke tujuh siklus haid
• Segera stlh melahirkan, selama 48 jam pertama atau 4 minggu pascapersalinan
• Setelah abortus apabila tidak ada gejala infeksi
• Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
Petunjuk bagi klien
• Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu pemasangan AKDR
• Slm bln I pemakaian AKDR, periksa benang AKDR scr rutin t.u stlh menstruasi
• Setelah bulan pertama kehamilan, benang diperiksa bila: kejang/kram pada perut bagian bawah, spotting setelah senggama, nyeri setelah senggama atau pasangan tidak nyaman dalam bersenggama
• CuT 380A perlu dilepas setelah 10 tahun tetapi dapat dilakukan lebih awal
• AKDR tidak mencegah penularan IMS, maka gunakan kondom jika pasangan beresiko
• Kembali ke klinik apabila; benang tidak teraba, bagian keras AKDR teraba, AKDR terlepas, terjadi pengeluaran vagina yang mencurigakan, adanya infeksi
Pemasangan Iud Cooper T380a
Alat dan bahan :
1. IUD COOPER T380A
2. Sarung tangan 2 pasang
3. Spekulum cocor bebek
4. Tenakulum
5. Sonde uterus
6. Lampu sorot atau senter
7. Gunting
8. Kom berisi povidon iodin
9. Kasa
10. Klorin 0,5
Cara pemakaian
A. Persiapan pasien
• Lakukan konseling agar pasien mantap. Minta pasien buang air kecil dulu dan ersihkan kemaluan dengan sabun. Siapkan peralatan, cek tanggal kadaluarsa IUD.
• Cuci tangan selama 15-30 detik dengan air mengalir dan bersihkan tangan dengan handuk kering dan bersih. Kenakan sarung tangan dengan baik dan steril.
• Periksa genitalia eksterna, awasi adanya luka bernanah, kelenjar bartolin yang membesar, kelenjar getah bening yang membesar, kelenjar getah bening yang membesar.
• Pasang spekulum dengan jari telunjuk kiri, menekan bagian bawah.
• Pada inspekulo lihat porsio, awasi adanya erosi, fluor yang ada normal atau tidak. Tutup spekulo, miringkan dan keluarkan.
• Lakukan pemeriksaan dalam bimanual, awasi adanya nyeri goyang, besar dan arah uterus, masa di adneksa.
• Bersihkan ujung sarung tangan dala larutan klorin dalam ember, lepas dan masukan dalam ember.
B. Persiapan IUD
• Siapkan bagian-bagian alat : leher biru, pendorong, kertaspengukur, kertas transparan, kertas biasa, tabung, IUD.
• Yakinkan IUD berada pada tabung, jika berada di luar dorong masuk. Jika tali IUD keluar seluruhnya dari tabung, IUD tidak dapat dipakai. Letakan di tempat bersih, keras, datar dan IUD disisi kri.
• Buka kertas transparan 1/3 bagian, angkat ke atas vertikal, angkat bagian belakang seperti membuka pisang. Keluarkan pendorong, masukan kedalam tabung IUD. Kembalikan kertas bagian belakang, letakan ditampat datar lagi. Tahan kedua lengan iud dengan ibu jari dengan jari telunjuk tangan kiri. Dorong kertas pengukur keatas sampai rasa ada tahanan. Dorong tabung sampai kedua lengan terlipat. Tarik tabung kebawah seikit, angkat keatas. Masukan kedua lengan kedalam tabung.
C.
Pemasangan IUD
• Kenakan sarung tangan. Pasang spekulum dan kunsci. Ambil kasa demgan cunam tampon, celupkan dalam povidon iodin, masukan kedalam dan bersihkan 2-3 kali.
• Pasang tenakulum pada porsio di jam 11 sekkitar 1 cm dari porsio. Masukan sonde dengan notouch technique, tarik tenakulum kearahluar agar uterus dan saluran-salurannya berada dalam satu garis lurus, ukur panjang uterus. Keluarkan somde dalam keadaan mendatar. Tera panjang uterus pada kertas pengukur iud denagn meletakan ujung sonde pada garis biru atau merah dan memakai salah satu huruf sebagai ukuran batas
• Letakan tabung IUD sehingga leher biru bagian depan berada di batas huruf diatas.
• Tahan leher biru dengan telunjuk. Dorong tabung sampai ujung t (iud) sampai garis batas
• Buka plasti seluruhnya. Ambil iud dengan ibu jari dan telunjuk dengan posisi mendatar atau sejajar dan gunakan tiga jari sebagai alasnya.
• Masukan kedalam uters (porsio) sampai terasa tahanan tarik tenakulum. Pegang tenakulum dan pendorong dengan tangan kiri.
• Tahan pendorong, tari tabung sampai bertemu pangkal pendorong, keluarkan pendorong, dorong tabung sampai terasa ada tahanan. Lepas tenakulum
• Tarik tabung sampaii terlihat benang 3-4 cm dari porsio. Potong dengan benang dengan gunting
• Keluarkan tabung. Perhatikan bekas jepitan tenakulum berdarah atau tidak bila perlu ditekan degan kasa steril. Buka spekulum lalu lepas sarung tangan. Terangkan kepada ibu bahwa iud dapat dipertahankan selama 10 tahun, 1 minggu lagi ibu harus datang untuk kontrol atau ibu, diminta datang segera bila panas, berdarah banyak atau sakit diminta menunggu 15-20 menit di ruang tunggu sebelum pulang bila tidak pusing. Diberi tahu cara merawat tali IUD yaitu dengan membersihkan kemaluan dengan air sabun, jongkok, dan dengan jari, raba apakah masih ada tali di kemaluan
• Catat dibuku: tanggal, jenis IUD dan nama pemasang
4. Metoda Pembedahan / Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap ( kontap ) terdapat pada pria dan wanita merupakan metoda KB paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi.
a. Kontap Pada Wanita ( Tubektomi )
TUBEKTOMI adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan wanita bersangkutan tidak hamila lagi. Merupakan alat kontrasepsi paling efektif dengan angka kegagalankurang dari 1% ( kapita selakta, FKUI 2001 )
Keuntungan Tubektomi
• Sangat efektif
• Permanen
• Tidak mempengaruhi proses menyusui
• Tidak bergantung pada faktor senggama
• Baik bagi klien apabila kehanilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius
• Pembedahan sederhana dan dapat dilakukan dengan anastesi local
• Tidak ada efek samping dalam jangka waktu panjang
• Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
• Berkurangnya resiko kanker ovarium
Yang Dapat Menjalani Tubektomi
• Usia > 26 tahun
• Peritas > 2
• Yakin telah mempunyai besar keluarga ayng sesui dngan kehendak
• Pada kehamilannya akan menimbulakn resiko kesehatan yang serius
• Pascapersalinan
• Pascakeguguran
• Apham dan secara sukareka setuju dengan prosedur ini
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
• Hamil
• Perdarahan vaginal yang belum terjelasajn
• Infeksi sistemik atau pelvic yang akut
• Tidak boleh menjalani proses pembedahan
• Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
• Belum memberikan persetujuan tertulis
Kapan dilakukan
• Setiap wkt slm siklus mens apabila diyakini secara rasional klien tsb tidak hamil
• Hari ke 6 – 13 siklus menstruasi ( fase proliferasi )
• Pasca persalinan
• Minilap : didalam waktu 2 hari atau setelah 6 mgg atau 12 mgg
• Laparoskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan
• Pasca keguguran
• Triwulan I: dlm wkt 7hr slm tdk ada bukti infeksi pelvic (minilap/laparoskopi)
• Triwulan II: dlm wkt 7hr sepanjang tidak ada bukti ( minilap saja )
JENIS – JENIS STERILISASI TUBA
a. Prosedur irving
Merupakan pemotongan tuba falopi dan pemisahan kedua potongan tuba ini dari mesosalping sehingga cukup untuk menimbulkan segmen medial tuba tersebut yang ujungnya ditanam dalam terowongan pada miometrium di sebalah posterior, dan segmen lateral yang pendek, yang ujung proksimalnya kemudian ditanam didalam mesosalping
b. Prosedur pomeroy
Menggunakan catgut untuk mengikat gulungan tuba falapi, karena dasar dari prosedur ini terdapat pada absorbsi segera ikatan tersebut dan selanjutnya ujung tuba yang dipotong akan terpisah karena acap kali terbungkus oleh jarinagn fibrosa yang terbentuk
c. Prosedur parkland
Dirancang untuk menghindari pendekatan ujung – ujung tuba falopi yang sering terjadi pada prosedur pomeroy. Dengan menginsisi dinding abdomen dibawah umbilicus yang secara khas dilakukan cukup panjang untuk memungkinkan pemasangan retractor.
d. Prosedur madlener
Buku tuba dirusak dan diikat dengan jahitan yang tudak bisa diserap tetapi tidak direseksi. Penggunaannya tidak dianjurkan.
e. Fibriektomi
Fibrie dijepit dengan sebuah kle, bagian proksimal dari jepitan diikat dengan sehelai benang sutra. Atau dengan cut gut yang tidak mudah diabsorsipengangkatan semua fibrie untuk menghasilkan sterilisasi . Kemudian dagian distal dari jepitan diotong.
TEKNIK OPERASI
Minilaparatomi
Hanya diperlukan sayatan kecil ( sekitar 3 cm ) diperut bwaah, maupun pada lingkar pusat bawah
Baik pada masa interval maupun pascapersalinan , pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat lalu dikeluarkan, diikat, dan dipotong sebagia. Setelah itu dinding perut ditutup kemabli,luka sayatan ditutup dengan kasa yang kering dan steril apabial tidak ditemukan masalah yang berarti klien dapat dipulangkan setalah 2-4 jam.
Laparoskopi
Memerlukan tenaga spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang terlatih.
KEGAGALAN STERILISASI TUBA
Kegagalan metoda ini dapat terjadi akibat kagagalan metoda itu sendiri atau atau akibat pelaksanaan operasi sterilisasi yang tidak baik. Kegagalan metode reaksi yang paling sering diikuti pembentukan fistula atau reanastomose yang spontan. Kemudian terdapat kegagalan pada alat mekanis yang dipasang yang mengalami cacat atau ditempatkan secara tidak tepat
SINDROMA PASCA LIGASI TUBA
• Keluhan terganggu atau tidak enak pada panggul
• Pembentukan kista ovari khususnya menorhagia
• Dilaporkan memiliki kadar estradiol yang tinggi dan progesterone serum yang rendah bila disbanding kelompok control yang normal
Komplikasi
• Komplikasi estetika
• Koagulasi tanpa dikehendaki pada struktur yang penting
• Emboli pulmoner yang kadang – kadang dijumpai dan kegagalan untuk menghasilkan kemandulan tanpa disadari, mengakibatkan kehamilan ektopik yang ditangani secara keliru
• Anastesi
INFORMASI BAGI KLIEN
• jaga luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi ativitas normal secara bertahap
• hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman. Setelah itu mulai kembali melakukan hubungan intim, hentikan bila merasa kurang nyaman
• hindari mengangkat benda – benda berat dan bekerja keras selam 1mgg
• kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgesic setiap 4-6 jam
• jadwalkan sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah pembedahan.
• Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu, atau terdapat tanda – tanda yang tidak biasa
• Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relative lazim dialami karena gas di bawah diafragma, sekunder terhadap pneumoperitonium
• Tubektomi efektif setelah operasi
• Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa. ( apabila mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur , khusus PK atau KSK, umlah dan durasi haid dapat meningkat setelah pembedaahn
• Tubektomi tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular sseksual
b. KONTAP PADA PRIA ( VASEKTOMI )
Profil
• Sangat efektif dan permanent
• Tidak ada efeksamping jangka panjang
• Tindak bedah yang aman dan sederhana
• Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
• Konseling dan inform consent mutlak diperlukan
VASEKTOMI adalah prosedur klinik untuk menghenrtikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
INDIKASI
Upoaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi mengancam atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluaga.
KONDISI YANG MEMERLUKAN PERHATIAN KHUSUS BAGI TINDAKAN VASEKTOMI
• Infeksi kulit pada daerah operasi
• Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
• Hidrokel atau varikokel yamh besar
• Hernia inguinalis
• Filariasis / elefantiasis
• Undesensus testikularis
• Massa intraskrotalis
• Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia
INFORMASI BAGI KLIEN
• Prosedur vasektomi tidak mengganggu hormon pria atau menyebabkan perubahan kemampuan dan kepuasan seksual
• Setelah prosedur vasektomi gunakan metoda kontrasepsi terpilih hingga spermatozoa yang tersisa dalam vesikula seminalis telan dikeluarkan seluruhnya. Secara empiric, sperma analisis akan menunjukkan hasil negativ setelah 15-20 kali ejakulasi
• Pertahakan band aid pada luka operasi selama 3 hari
• Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik – tarik atau digaruk
• Boleh mandi setekah 24 jam, asal daerah luka tidak basah. Setelah 3 hari lka boleh dicuci dengan sabun atau air
• Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering
• Jika nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik spt parasetamol/ibuprofen tiap 4-5 jam
• Hindari mengangkat berang berat dan kerja keras untuk tiga hari
• Boleh bersenggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah kehamilan, pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-20 kali
• Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi
PELAKSANAAN VASEKTOMI
Tempat pelayanan vasektomi : dapat dilakukan difasilitas kesehatan umu yang mempunyai ruang tindakan bedah minor dengan persyaratan :
Mendapat penerangan yang cukup
Lantainya terbuat dari semen atau keramik sehingga mudah dibersihkan bebas debu dan serangga
Sedapat mungkin dilengkapi alat pengetur suhu ruangan
Teknik Vasektomi Standar
medikasi prabedah dan anastesi:
bila klien nampak sangat gelisah tanpa penyebab yang jelas maka dapat diberikan diazepam 5-10 mg peroral, 30-40 menit sebelum operasi. Anastesi yang digunakan haruslah anastesi local.
Tujuan anastesi: Menghilangkan nyeri & rs tak enak, Mengurangi stress & cemas
Tata cara :
1. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi telentang
2. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis, dan bag dlm pangkal paha kanan dbrsihkn dg cairan yg tdk merangsang seperti larutan iodofor ( betadine ) 0,75% atau larutan klorheksidin ( hibiscrub ) 4%. Bila ada bulu cukur terlebihdahulu.
3. Tutup daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang, pada daerah skrotum ditonjolkan keluar
4. Tepat dilinea mediana diatas vasdeferens, kulit skrotum diberi anastesi local ( prokain atau novokain ) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk dan didaerah distal serta proksimal vasdeferens dideponir lagi masing – masing 0,5 ml
5. Kulit skrotum diiris longitudinal 1-2 cm, tepat diatas vasdeverens yang ditonjolkan kepermukaan kulit
6. Setelah kulit dibuka vasdeferens dipegang dengan klem, disiangi sampai tampak vasdeferens mengkilat seperti mutiara, perdarahan dirawat dengan cermat. Sebaiknya ditambah lagi obot anastesi kedalam fasia vasdeferens dan baru kemudian fasia disayat longitudinal sepanjang 0,5 cm. Usahakan sayatan rata hingga memudahkan penjahitan kemabli. Setelah fasi vasdeferens di buka terlihat vasdeverens berwarna putih nengkilat seperti mutiara. Selanjutnya vasdeferen dan fasi dibebaskan dengan gunting halus berujang runcing
7. Jepitlah vasdeverens dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 1-2 cm dan ikat dengan benang kedua ujungnya. Setelah diikat ajngan dipotong dulu. Tariklah benang yang mengikat kedua ujung vasdeferens tersebut untuk melihat kalau ada perdarahan yang tersembunyi. Jepitan hanya pada titk perdarahan, jangan terlalu banyak, karena daapt menjepit pembuluh darah lain seperti arteri testikularis atau deferensialisis yang berakibat kematian testis itu sendiri.
8. Potonglah diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm. Gunakan benang sutra n0. 00,0 atau satu untuk mengikat vasdeferens tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi juga jangan terlalu keras karena dapat memotong vasdeferens
9. Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan adalah dengan melakukan interposisi fasi vasdeferens, yakni menjahit kembali fasia yang terluka sedemikian rupa, vasdeferens bagian distal dibenamkan dalam fasia dan vasdeferens bagian proksimal terletak diluar fasia. Cara ini akan mencegah timbulnya kemungkinan rekanalisasi
10. Lakukan tindakan diatas untuk vasdeferens kanan dan kiri, setelah selesai, tutuplah kulit engan 1-2 jahitan . Kemudian rawat luka operasi sebagaimana mestinya, tutup dengan kasa steril dan diplester.
Tekhnik vesektomi yang lain :
1. Insisi kulit dilakukan sagital atau transversal.
2. Fiksasi vasdeferens dengan menusukkan jarum di baeah vas deferens dengan menembus kulit
3. Cara mengikat vas deferens ada beberepa amcam :
a. Kedua ujung diikat tumpang tindih
b. Keduaujung dibelokkan dan diikat
c. Hanya satu ujung yang di belokkan
d. Hany saalh satu ujung saja yang diikat, sehingga dari avsdeferens yang proksimal sperma bisa keluar
KEGAGALAN VASEKTOMI
Dianggap gagal bila :
Pada analisa sperma setelah 3 bulan pasca vasektomi atau setelah 15-20 kali ejakulasi masih dijumpai sperma
Dijumpai sperma setelah sebelumnya azoospermia
Istri hamil
HAK-HAK KONSUMEN KB
1. Hak atas informasi , yaitu hak untuk mengetahui segala manfaat dan keterbatasan pilihan metode perencanaan keluarga
2. Hak akses, yaitu hak memperoleh pelayanan tanpa membedakan jenis kelamin, agama, dan keperceyaan dan suku, status sosial, status perkawinan, dan lokasi
3. Hak pilihan, yaitu hak untuk memutuskan secara bebas tanpa paksaan dalam memilih dan menerapkan metode keluarga berencana
4. Hak keamanan, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan yang aman dan efektif
5. Hak privasi, setiap konsumen keluarga berencana berhak untuk mendapatkan privasi atau bebas adri gangguan serta campur tangan orang lain dalam konseling dan pelayanan keluarga berencana
6. Hak kerahasiaan, yaitu hak untum mendapatkan jaminan rawat infomasi pribadi yang diberikan akan dirahasiakan
7. Hak harkat, yaitu hak mendaptkan pelyanan scr mausiawi, penuh penghargaan dan perhatian
8. Hak kenyamanan, yaitu setiap konsumen keluarga berencana berhak untuk memperoleh kenyamanan dalam pelayanan
9. Hak berpendapat, yaitu hak untuk menyatakan pendapat secara bebas terhadap pelayanan yang ditawarkan
10. Hak keberlangsungan, yaitu hak untuk mendapatkan ketersediaan metode keluarga berencana seara lengkap dan pelayanan yang berkesinambungan selama diprlukan
11. Hak ganti rugi, yaitu hak untuk mendapatkan ganti rugi apabila terjadi pelanggaran terhadap hak konsumen
( KELUARGA BERENCANA )
DEFENISI
Keluarga berencana merupakan suatu perencanaan tentang waktu yang tepat untuk memiliki anak. Di dalam keluarga berencana terdapat teknik kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan sebagai upaya untuk mengatur kehamilan.
Jika pasangan yang sudah menikah memiliki kesuburan baik, 90% pasangan wanita akan hamil dalam satu tahun bila mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi (Gunningham, et al., 1997). Oleh karena itu untuk pengaturan waktu kehamilan, tidak terlepas dari peran alat kontrasepsi. Kehamilan tak terencana dapat menyebabkan gangguan mayor di dalam kehidupan seorang wanita yang berdampak pada kesehatan ibu dan neonatus.
PERAN PERAWAT DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA
Peran perawat dalam program keluarga berencana adalah sebagai konselor dan edukator. Untuk melaksanakan ini perawat harus memiliki informasi terbaru dan akurat tentang metode kontrasepsi. Hampir sebagian dari kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi namun salah dan tidak konsisten dalam penggunaannya. Hal ini dapat dicegah bila wanita memiliki pendidikan yang adekuat terhadap metoda kontrasepsi yang mereka pilih. Maka perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pendidikan tentang teknik kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan, cara penggunaan yang tepat, dan fokus konselingnya haruslah pada kebutuhan dan kenyamanan pasangan yang akan menggunakan alat kontrasepsi.
PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH METODE KONTRASEPSI
Metode kontrasepsi sempurna belum dapat diciptakan oleh manusia. Setiap metoda kontrasepsi memiliki keuntungan dan kerugian masing- masing. Terkadang seorang wanita mencoba berbagai macam alat kontrasepsi sebelum menemukan metoda kontrasepsi yang cocok dan memuaskan.
Perawat perlu memberikan pertimbangan-pertimbangan yang membantu seorang wanita memilih metoda yang paling memenuhi kebutuhan mereka. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain:
1.Keamanan
Keamanan metode kontrasepsi merupakan pertimbangan utama dalam penggunaanya. Status kesehatan yang berbeda beda terkadang menyebabkan beberapa alat kontrasepsi tidak aman digunakan. Contohnya oral kontrasepsi tidak dianjurkan pada wanita dengan tromboplebitis atau stroke karena hormon yang dikandungnya dapat meningkatkan resiko keparahan penyakit tersebut dan diafragma (cap servix) tidak aman digunakan pada wanita dengan riwayat toxic shock syndome.
2.Perlindungan terhadap penyakit menular seksual
Tidak ada kontrasepsi yang 100% efektif mencegah Penyakit Menular Seksual. Resiko paparan terhadap Penyakit Menular Seksual harus dipertimbangkan dalam memberikan konseling tentang pilihan alat kontrasepsi. Kondom pria memberikan perlindungan yang baik terhadap penularan Penyakit Menular Seksual. Kondom ini harus dupakai jika salah satu pasangan mengidap Penyakit Menular Seksual meskipun pasangan tersebut telah menggunakan alat kontrasepsi lain.
3.Efektifitas
Efektifitas suatu alat kontrasepsi ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan alat kontrasepsi tersebut melindungi seseorang wanita dari kehamilan. Metoda sterilisasi dianggap yang paling efektif namun tidak dapat digunakan pada pasangan yang ingin anak lagi dikemudian hari. IUD juga merupakan metoda yang efektif tapi terkadang tidak menjadi pilihan karena efek samping atau kepercayaan yang dianut oleh pasangan.
4.Pilihan pribadi dan kecendrungan
Pilihan pribadi dan kecendrungan juga merupakan hal penting dalam memilih metode kontraseps. Jika seorang wanita berasumsi bahwa kontrasepsi yang dipilih terlalu sulit digunakan, menghabiskan banyak waktu atau terlalu banyak aturan akan menurunkan motifasi dan kekonsistenan pasangan tersebut untuk menggunakannya. Pendidikan yang diterima tentang metode kontrasepsi akan mempengaruhi persepsi pasangan terhadap kontrasepsi.
5.Education needed
Beberapa metoda kontrasepsi tidak membutuhkan pendidikan khusus, seperti kondom. Namun ada beberapa metode yang membutuhkan informasi lengkap agar metode tersebut menjadi efektif.
6.Efek samping
Efek samping penggunaan metoda kontrasepsi harus dijabarkan dengan lengkap kepada pasangan. Jika pasangan sudah mengetahui efek sampingnya lalu kemudian tetap memilih kontrasepsi tersebut, mereka akan lebih dapat bertoleransi pada efek samping yang ditimbulkan daripada pasangan yang tidak mengetahui efek samping sama sekali.
7.Pengaruh pada kepuasan seksual
Metode coitus related contraceptive, seperti spermisida dan metoda barrier, harus digunakan sebelum berhubungan seksual. Hal ini dapat menurunkan kepuasan seksual dan meningkatkan resiko penurunan minat terhadap metoda tersebut.
8.Ketersediaan
Kondom dan spermisida dapat diperoleh tanpa resep dokter. Pasangan dapat memiliki bahan ini tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu. Hal ini penting dipertimbangkan pada pasangan yang tidak dapat terbuka pada tenaga kesehatan tentang aktivitas seksual.
9.Biaya
Pada pasangan berpenghasilan rendah, faktor biaya menjadi hal penting dalam pemilihan metoda kontrasepsi. Pasangan tersebut mungkin akan lebih suka memilih menggunakan kondom daripada metoda sterilisasi yang relatif lebih mahal.
10.Agama dan kepercayaan
Agama dan kepercayaan akan mempengaruhi pilihan. Penganut katolik roma tidak memperkenankan metoda kontrasepsi apapun selain metoda alamiah.
11.Budaya
Budaya juga mempengaruhi pemilihan metoda kontrasepsi. Keturunan afrika-amerika banyak memilih sterilisasi pada wanita daripada sterilisasi pria, sedangkan pria latin tidak berminat tehadap penggunaan kondom dan menganut kebudayaan memiliki banyak keturunan.
Pada beberapa daerah, kontrasepsi tidak akan pernah digunakan sampai pasangan tersebut berhasil memperoleh anak laki-laki.
12.Informed consent
Beberapa meroda kontrasepsi memiliki efek yang berbahaya. Oleh karena itu, informed consent perlu disertakan untuk menyatakan bahwa pasangan mengerti resiko dan keuntungan dari metoda yang mereka pilih sehingga dapat menjadi aspek legal perawat.
METODA KONTRASEPSI
a.Tujuan penggunaan kontrasepsi
Dalam keluarga berencana, penggunaan metoda kontrasepsi menjadi sangat penting dengan tujuan :
1.Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilannya karena alat reproduksi wanita belum berkembang dengan baik dan belum siap untuk memulai proses kelahiran.
Alasan menunda kehamilan adalah:
a.Usia dibawah 20 tahun adalah usia resiko tinggi kehamilan karena kematangan alat reproduksi belum sempurna
b.Prioritas penggunaan pil karena akseptor masih muda
c.Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda sering melakukan hubungan seksual ( frekuensi tinggi ) sehingga akan mempunyai angka kegagalan yang tinggi
d.Penggunaan AKDR dapat digunakan karena efektif dan bersifat sementara sehingga apabila pasangan siap memiliki anak, AKDR tersebut dapat dilepas
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah :
a.Reversibility yang tinggi karena akseptor belum mempunyai anak
b.Efektifitas reatif tinggi, penting karea dapat menyebabkan kehamilan beresiko tinggi
Kontrasepsi yang sesuai yaitu : Pil, AKDR, Metoda alamiah.
2.Menjarangkan kehamilan
Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah masa yang paling baik untuk melahirkan 2 orang anak dengan jarak kehamilan 3-4 tahun.
Alasan-alasan penjarangan kehamilan adalah :
a. Usia 20-30 tahun merupakan usia emas untuk mengandung dan melahirkan
b. Segera setelah anak lahir, dianjurkan menggunakan akdr sbg pilihan utama
c. Kegagalan yg mybbkn kehamilan cukup tinggi namun tdk/krg berbahaya karena akseptor berada pada usia yang baik untuk melahirkan
Kontrasepsi yang digunakan sebaiknya harus memiliki kriteria berikut :
a. Reversibility cukup tinggi
b. Efektifitas cukup tinggi
c. Dapat dipakai 3-4 tahun
d. Tidak menghambat produksi asi
Kotrasepsi yang dianjurkan untuk pasangan adalah AKDR, Pil, Suntik, Metoda alamiah, dan susuk ( hormone implant ).
3.Meniadakan kehamilan ( mengakhiri kesuburan )
Saat usia istri di atas 30 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak karena usia tersebut memasuki usia rentan dan komplikasi kehamilan tinggi.
Kontrasepsi yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Efektivitas sangat tinggi karena kegagalan dapat menyebabkan kehamilan resiko tinggi terhadap ibu dan anak
b. Reversibilitas rendah
c. Dapat dipakai untuk jangka panjang
d. Tidak menambah kelainan yang sudah ada
Anjuran kontrasepsi yang dipakai adalah kontap (tubektomi/vasektomi), susuk, AKDR, suntikan, dan metoda alamiah.
JENIS-JENIS METODA KONTRASEPSI
Beberapa jenis metoda kontrasepsi yang dapat dipakai adalah
1.Metoda biologi/alamiah
2.Metoda kimiawi
3.Metoda mekanik
4.Metoda pembedahan
1.Metoda biologis/alamiah
a. Metode Amenorea Laktasi (MAL):
•Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yg mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI)
•MAL sebagai kontrasepsi bila :
-Menyususi secara penuh (full breast feeding)
-Belum haid
-Umur bayi kurang dari 6 bulan
•Efektif sampai 6 bulan
•Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya
Cara Kerja Penundaan/penekanan ovulasi
Keuntungan kontrasepsi:
•Efektivitas tinggi (keberhasilan 98 % pada enam bulan I pasca persalinan)
•Segera efektif
•Tidak mengganggu senggama
•Tidak ada efek samping sistemik
•Tidak perlu pengawasan medik
•Tidak perlu obat atau alat
•Tanpa biaya
Keuntungan nonkontrasepsi:
1.Untuk Bayi
•Mendaptkan kekebalan pasif (mdapatkan antibodi perlindunagn lewat ASI)
•Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna utk tumbang bayi yg optimal
•Terhindar dari keterpaparan thdp kontamiasi dari air, susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai
2.Untuk Ibu
•Mengurangi perdarahan pascapersalinan
•Mengurangi resiko anemia
•Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
Keterbatasan
•Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalm 30 menit pascapersalinan
•Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
•Efektivitas tinggi8 hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
•Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV DAN HIV/AIDS
Yang Dapat Menggunakan MAL
Ibu yang menyusui secara eksusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan.
Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL
•Sudah mendapat haid sesudah bersalin
•Tidak menyusui secara ekslusif
•Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
•Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
Instruksi Kepada Klien ( Hal Yang Harus Disampaikan Kepada Klien)
•Seberapa sering harus menyusui ?
Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi menyelesaikan menghisap dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.
•Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya
•Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui pada waktu malam hari membantu mempertahankan kecukupan persediaan ASI
•Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit
•ASI dapat disimpan dalam lemari pendimgin
•Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai pendamping ASI?
Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan.
•Apabila Ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi
•Haid
Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai metode KB lainnya.
•Untuk kontrasepsi dan kesehatan
-Anda memerlukan metode kontrasepsi lain ketika anda mulai dapat haid lagi, jika Anda tidak lagi menyusui secar ekslusif atau bila bayi Anda sudah berumur 6 bulan.
-Konsultasi dengan bidan/dokter atau klinik/Puskesmas sebelum Anda mulai memakai metode kontrasepsi lainnya.
-Jika suami/pasangan Anda beresiko tinggi terpapar IMS, AIDS harus pakai ketika pakai MAL.
•Apa yg hrs dilakukan jk Anda menyusui tdk secara ekslusif/berhenti menyusui ?
-Anda perlu kondom atau metode kontrasepsi lain ketik anda tidak meyusui lagi secara ekslusif
-Ke klinik KB untuk membantu memilihkan atau memberikan metode kontrasepsi lain yang sesuai
Beberapa Catatan dari Konsensus Bellagio (1988) Untuk Keefektifan 98%
•Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sekali diberi 1-2 teguik air/minuman pada upacara adat/agama.
•Perdarahan sebelum 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid)
•Bayi menghisap secara langsung
•Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah baby lahir
•Kolostrum diberikan nkepada bayi
•Pola menyusui on demand dan dari kedua payudara
•Sering menyusui selam 24 jam termasuk malam hari
•Hindari jarak menyusui lebih dari 6 jam.
Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetapi dapat juga tanpa didahuilui haid.Efek ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek:
•Cara menyusui
•Seringanya menyusui
•Lamanya setipa kali menyusui
•Kesungguhan menyusui
b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Profil
•Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung
•Efektif dipakai bila tertib
•Tidak ada efek samping
Pasangan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu (ketika ibu tersebut dapat menjadi hamil), atau senggama pada masa subur untuk mencapai kehamilan. Metode keluarga berencan alamiah berdasarkan kesadaran penuh dari siklus reproduksi Ibu tersebut.
Cara Kerja
Metode Lendir Servik atau lebih dikenala sebagai Metode Ovulasi Billings/MOB atau metode dua hari mukosa serviks dan Metode Simtomtermal adalah yang paling efektif. Cara yang kurang efektif misalnya Sistem Kalender atau Pantang Berkala dan metode Suhu Basal yang sudah tidak diajarkan lagi oleh pengajar KBA.
Mekanisme Kerja
1.Untuk Kontrasepsi
Senggama dihindari pada masa subur yaitu pada fase siklus menstruasi dimana kemungkinan terjadi konsepsi/kehamilan
2.Untuk Konsepsi/mencapai kehamilan
Senggam direncanakan pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan siklus (biasanya pada hari ke 10-15), atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan ketika kemungkinan besar terjadinya konsepsi.
Manfaat
1.Kontrasepsi
• Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
• Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi
• Tidak ada efek samping sistemik
• Murah atau tanpa biaya
2.Nonkontrasepsi
• Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
• Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri
• Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melaluim peningkatan komunikasi antara suami istri/pasangan
Keterbatsan
•Sebagai kontraseptif sedang (9-12 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian)
•Keefektifan tergantung dari kemauan & disiplin pasangan mengikuti instruksi
•Perlua ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis KBA yang paling efektif secara benar
•Dibutuhkan pelatih/guru KBA (bukan tenaga medis)
•Pelatih/guru KBA hrs mampu membantu ibu mengenali masa subur, memotivasi pasangan utk menaati aturan jk ingin menghindari kehamilan & meyediakan alat bantu jika diperlukan, msl buku catatan khusus, termometer,(oral/suhu basal)
•Perlu pantang selama masa subur untuk menghindari kehamilan
•Perlu pencatatan setiap hari
•Infeksi vagina membuat lendir servik sulit dinilai
•Termometer basal diperluikan untuk metode tertentu
•Tidak terlindung dari IMS termasuk HBV (VIRUS HAPETITIS b) & HIV/AIDS
Yang Dapat Menggunakan KB
1.Untuk Kontrasepsi
•Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid kerana menyusui atau premenopause
•Semua perempuan dengan paritas berapapun termasuk mulipara
•Perempuan kurus atau gemuk
•Perempuan yang merokok
•Perempua dengan alasan kesehatan tertentu a.l hipertensi sedang, varises, dismenore, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, dll
•Pasangan dengan alasan agama / filosofi utk tdk menggunnakan metode lain
•Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain
•Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid
•Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan
2.Untuk Konsepsi
•Pasangan yang ingin mencapai kehamilan, senggama dilakukan pada masa subur untuk mencapai kehamilan
Definisi
Hari-hari kering : Setelah darah haid bersih , kebanyakan ibu mempunyai 1- beberasp hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering
Hari-hari Subur : Ketika terobservasi adanay lendir sebelum ovulasi. Ibu dianggap subur, ketika terlihat adanya lendir, walaupun jenis lendir yang kental dan lengkap. Lendir subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di serviks dan hari subur sudah mulai.
Hari Puncak : Adalah hari terakhir adanya lendir licin, mulur dan ada perasaan basah
Contoh Kode Yang Dipakai Untuk Mencatat Kesuburan
Pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid)
Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering
Gambar suatu tanda (L) atau biarkan kosong untuk memperlihatkan lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur
Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur yang kental, putih, keruh dan lengket.
Untuk Kontrasepsi/Menghindari Kehamilan
• Lendir mungkin berubah pada hari yang sama, periksa lendir setiap kali ke belakang dan sebelum tidur, kecuali ada perasaan sangat basah waktu siang. Setiap malam sebelum tidur, tentukan tingkat yang paling subur (lihat kode diatas) dan beri tanda pada catatan ibu dengan kode yang sesuai
• Pantangan senggama utk paling sedikit satu siklus sehingga Ibu akan megenali hari-hari lendir, mengenali Pola Kesuburan & Pola Ketidaksuburan ibu dg bimbingan pelatih/guru KBA
• Hindari senggama pada waktu haid. Hari-hari ini tidak aman, pada siklus pendek. Ovulasi dapat terjadi pada harihari haid
• Pd hari kering setelah haid, aman utk bersenggama selang satu malam (aturan selang-seling). Ini akan menghindari Ibu bingung dg cairan sperma dan lendir
• Segera setelah ada lendir jenis apa juga atau perasaan basah muncul, hindari senggama atau kontak seksual. Hari-hari lendir, terutama hari-hari lendir subur adalah tdk aman. (Aturan awal atau “jk hari basah, Ibu akan memperoleh bayi”)
• Tandai hari terakhir dengan lendir jernih, licin, dan mulur dengan tanda X.Ini adalah hari puncak; ini adalah hari ovulasi dan adalah hari paling subur
• Setelah hari puncak, hindari senggama untuk 3 hari berikut siang dan malam. Hari-hari ini adalah tidak aman (Aturan Puncak). Mulai dari pagi hari keempat setelah kering, ini adalah hari-hari aman untuk bersenggama sampai hari haid berikutnya bila ingin menghindari kehamilan.
• Pada siklus yang tidak teratur seperti pascapersalinan atau premenopause maka perlu memperhatikan (Pola Dasar ke-Tidaksuburan ) dimana ada waktu 1-2 hari subur yang menyelingi diantara hari-hari tidak subur. Ibu harus mengamati perubahan ini dan bila PDTS sudah pulih kembali dan berlangsung minimal 3 hari berturut-turut tanpa perubahan maka senggama boleh dilakukan (Aturan Sabar Menunggu/Wait and See Rule)
Untuk Konsepsi/Mencapai Kehamilan
• Bersenggama pada setiap siklus pada hari-hari terdapat lendir yang teras mulur, basah dan licin
Suatu Contoh Catatan Suhu Basal Yang Lengkap
Ibu dapat mengenalai masa subur Ibu dengan mengukur suhu badan secara teliti dengan termometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,10 C untuk mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil , suhu tubuh anda.
Pakai Aturan Perubahan Suhu
• Ukur suhu Ibu pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat tidur) dan catat suhu Ibu pd kartu yg disediakan oleh instruktur KBA Ibu.
• Pakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama siklus haid Ibu untuk mementukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal, rendah”. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demem atau gangguan lain.
• Tari garis pada 0,05 – 0,1 0 C diatas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Ini dinamkan garis pelindung (cover line) atau garis suhu
• Masa tak subur bmulai pada sore seyelah hari ketiga berturut-turut suhu berada diatas garis pelindung tersebut (Aturan Perubahan Suhu)
Untuk Kontrasepsi
Pantang senggama mulai dari awal siklus haid sampai sore hari ketiga berturut-turut setelah suhu berada diatas garis pelindung (cover line). Masa pantang pada Aturan Perubahan Suhu lebih panjang dari pemakaina MOB
Catatan
• Jika salah satu dari 3 berada dibawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari, ini mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi . Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat diatas garis pelindung sebelum memulai senggama
• Ketika mulai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal Ibu. Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersenggama sampai hari pertama haid berikutnya
Metode Simtomtermal
Ibu harus mendapat instruksi untuk Metode Serviks dan Suhu Basal. Ibu dapat menentukan masa subur Ibu dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks.
• Setelah darah haid berhenti, Ibu dapat bersenggama pada malam hari pada hari kering dengan berselangsehari selama masa tak subur. Ini adalah Aturan Selang Hari Kering(Aturan Awal). Aturan yang sama dengan Metode Lendir Serviks.
• Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir, ini adalah Aturan Awal. Aturan yang sama dengan Metode Lendir Serviks. berpantang bersenggama sampai masa subur berakhir
• Pantang bersenggama sampai Hari Puncak & Aturan perubahan Suhu tlh tjd
• Apabila aturan ini tidak mengidentifikasikan hari yang sama sebagai akhir masa subur, sllu ikuti aturan yg paling konsevatif, yaitu aturan yg mengidentifikasikan masa subur yg paling panjang.
Senggama Terputus ( Coitus Interruptus )
Defenisi
Senggama terputus adalah mengeluarkan penis dari vagina sebelum ejakulasi. Meskipun keefektifan metoda ini adalah 80%, tetapi metoda ini membutuhkan kontrol yang baik dari pria. Metoda ini mengurangi kepuasan pasangan. Meskipun ejakulasi terjadi di luar vagina, cairan pre ejakulasi terkadang juga mengandung sperma sehingga pembuahan tetap saja dapat terjadi.
Cara kerja: Penis dikeluarkan sebelum ejakulasi sehigga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.
Manfaat Kontrasepsi
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi asi
3. Dapat digunakan sebagai pendukung metoda keluarga berencana lainnya
4. Tidak ada efek samping & Dapat digunakan setiap waktu
5. Tidak membutuhkan biaya
Nonkontrasepsi
1. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
2. Untuk pasangan, memungkinkan hubungan yang lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam
Keterbatasan
1. Efektivitas tergantung kesediaan pasangan melakukan senggama terputus
2. Efektivitas menurun bila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi melekat pada penis
3. Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual
Peran Perawat
Perawat memberikan penjelasan sebagai berikut :
1. Tingkatkan kerjasama dan bangun saling pengerian sebelum melakukan hubungan seksual dan
2. Sebelum berhubungan, pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis
3. Apabila pria merasa akan ejakulasi, segera tarik penis dari vagina. Pastikan pria tidak terlambat malakukannya
4. Tidak dianjurkan pada masa subur
3. Metoda mekanis
a.Kondom
Defenisi
Kondom merupakan selaput/selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis salama hubungan seksual. Kondom terbuat dari kareT sintetis yang tips, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau berbentuk putting susu. Kondom dibuat dlm berbagai variasi baik dari segi bentuk, warna, pelumas, ketebalan, maupun bahan pembuatnya. Kondom dapt digunakan bersamaan dengan alat kontrasepsi lain. Selain itu, kondom juga membantu mencegah penularan penyakit menular seksual, termasuk AIDS.
Cara kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah pada saluran reproduksi wanita. Selain itu, kondom juga mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan lain.
Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom menjadi tidak efektif karena tidak konsisten dalam pemakaian. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Manfaat
•Efektif bila digunakan dengan benar
•Tidak mengganggu produksi ASI
•Tidak mengganggu kesehatan klien
•Tidak memiliki pengaruh sistemik
•Murah dan dapat dibeli secara umum
•Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
•Dapat digunakan sebagai metoda kontrasepsi sementara
Keterbatasan
•Efektifitas tidak terlalu tinggi
•Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan
•Agak mengganggu hubungan seksual karena mengurangi sentuhan langsung
•Pada beberapa klien menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
•Harus selalu tersedia setiap klai berhubungan seksual
•Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
•Pembuangan kondom bekas dapat menimbulkan masalah limbah
b.Spermisida
Defenisi
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Spermisida ini dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal; suposituria; dissolvable film, dan krim.
Cara kerja
Spermisida ini menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat gerakan sperma, dan menurunkan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur.
Pilihan
•Aerosol (busa) efektif segera setelah insersi
•Busa spermisida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metoda kontrasepsi
•Tablet vaginal, suposituria, dissolvable film penggunaannya disarankan menunggu 10-15 menit sesudah dimasukkan sebelum hubungan seksual
•Jenis spermisida jeli digunakan dengan diafragma
Manfaat
•Efektif seketika (busa dan krim)
•Tidak mengganggu produksi ASI dan mampu melindungi dari IMS
•Bisa digunakan sebagai pendukung metoda lain
•Tidak mengaggu kesehatan klien
•Tidak memiliki pengaruh sistemik
•Mudah digunakan
•Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
•Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Keterbatasan
•Efektivitas kurang
•Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan
•Ketergantungan pengguna dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual
•Pengguna harus menunggu 10-15 menit untuk tablet vaginal, suposituria, dissolvable film
•Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam
Seleksi klien pengguna spermisida
Spermisida
Sesuai untuk klien yang: Tidak sesuai untuk klien yang:
•Tidak menyukai metoda kontrasepsi hormonal seperti perokok atau usia di atas 35 tahun
•Tidak menyukai penggunaan AKDR
•Menyusui dan perlu kontrasepsi
•Memerlukan proteksi terhadap IMS
•Memerlukan metoda sederhana sambil menunggu metoda yang lain • Berdasarkan umur & mslh kesehatan mybbkn kehamilan dg resiko tinggi
•Terinfeksi saluran uretra
•Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelamin
•Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan
•Ingin metoda KB efektif
Penaganan efek samping dan masalah lain
Efek samping dan masalah Penanganan
Iritasi vagina Periksa adanya vaginitis atau IMS. Jika penyebabnya spermisida, alihkan ke spermisida lain dengan komposisi berbeda / bantu pemilihan metoda lain
Iritasi penis dan rasa tidak nyaman Periksa IMS. Jk pyebabnya spermisida, alihkan ke spermisida lain dg komposisi berbeda / bantu pemilihan metoda lain
Gangguan rasa panas di vagina Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Jika tidak ada perubahan alihkan ke spermisida lain dengan komposisi berbeda atau bantu pemilihan meoda lain
Kegagalan tablet tidak larut Alihkan k spermisida lain dg komposisi berbeda atau bantu pemilihan meoda lain
Cara penggunaan/instruksi bagi klien
• Cuci tangan dg sabun & air mengalir sblm mgisi aplikator & insersi spermisida
• Gunakan spermisida tiap berhubungan intim
• Jarak tunggu setelah tablet vagina atau supposituria dimasukkan 10-15 menit
• Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa
• Ikuti petunjuk cara penggunaan dan cara penyimpanan
• Tempatkan spermisida jauh dalam vagina sehingga serviks terlindungi dg baik
Aerosol (Busa)
• Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum digunakan
• Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkank aplikator pada mulut kontainer dan tekan aplikator untuk mengisi busa
• Sambil berbaring, lakukan insersi aplikator ke dalam vagina mendekati serviks, dorong sampai busa keluar
• Aplikator segera dicuci dengan sabun dan air, tiriskan dan keringkan. Jangan berbagi aplikator bersama orang lain
Tablet vagina atau supposituria
• Cuci tangan sebelum membuka paket
• Lepaskan tablet/supposituria dari paket
• Sambil berbaring, masukkan talet/supposituria jauh ke dalam vagina
• Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual
• Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet maupun supposituria
Krim
• Insersi kontrasepsi krim setelah dikemas ke dalam aplikator sampai penuh, masukkan ke dalam vagina sampai mendekati serviks
• Tekan alat pendorong sampai krim keluar. Tidak perlu menunggu kerja krim
• Aplikator harus dicuci dengan sabun dan air sesuai dengan pencegahan infeksi untuk alat-alat, tiriskan dan keringkan
• Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagian-bagiannya. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain. Sediakan selalu ekstra krim dirumah
c. Diafragma
Defenisi
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Jenis-jenis diafragma
• Flat spring (flat metal band)
• Coil spring (coiled wire)
• Arching spring (kombinasi metal spring)
Cara kerja: Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaat
• Efektif bila digunakan dngan benar
• Tidak mengganggu produksi ASI
• Tidak mengganggu hub seksual krn telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya
• Tidak mengganggu kesehatan klien
• Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Keterbatasan
• Efektivitas sedang (bila digunakan dengan dengan spermisida angka kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)
• Keberhasilan sbg kontrasepsi bergantung pd kepatuhan mgikuti cr penggunaan
• Motivasi diperlukan berkesinambungan dg mnggunakannya stiap berhub seksual
• Pemeriksaan pelvik o/ petugas kes terlatih diperlukan utk memastikan ketepatan pemasangan
• Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra
• Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya
Seleksi klien pengguna diafragma
Diafragma
Sesuai untuk klien yang: Tidak sesuai untuk klien yang:
• Tidak menyukai metoda kontrasepsi, seperti perokok, atau di atas usia 35 tahun
• Tidak menyukai penggunaan AKDR
• Menyusui dan perlu kontrasepsi
• Memerlukan proteksi terhadap IMSmemerlukan metoda sederhana sambil menunggu metoda lain • Berdasarkan umur serta masala kesehatan menyebabkan kehamilan menjadi beresiko tinggi
• Terinfeksi saluran uretra
• Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelaminnya
• Mempunyai riwayat sinrom syok karena keracunan
• Ingin metoda KB efektif
Penanganan efek samping
Efek samping Penanganan
Infeksi saluran uretra Pengobatan dengan antibiotika yg sesuai, apabila diafragma mjd pilihan utama dlm ber-KB. Sarankn segera mengosongkan kandung kemih stlh melakukan hub seks atau sarankan memakai metoda lain
Dugaan adanya reaksi alergi diafragma atau dugaan adanya reaksi alergi spermisida Walaupun jrg tjd, terasa krg nyaman dan mgkn berbahaya. Jk ada gjl iriasi vagina, khususnya pasca senggama,tdk mengidap IMS, berikan spermisida yg lain atau bantu memilih metoda lain
Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektum Pastikn ketepatan letak diafragma apabila alat terlalu besar. Cobalah dg ukuran yg lebih kecil. Tindak lanjut utk meyakinkan masalah telah tertangani
Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24 jam Periksa IMS/benda asing dlm vagina. Jk tdk ada, sarankan mlepaskn diafragma stlh hub seks tapi tdk <6jam stlh hub yg terakhir. Stlh diangkat, diafragma dicuci dg hati-hati mggunakan sabun cair & air. Jika mengidap IMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi
Cara penggunaan/instruksi bagi klien
• Gunakan diafragma setiap kali berhubungan intim
• Diafragma dipasang beberapa saat sebelum berhubungan intim, oleh karena itu vesika urinaria perlu dikosongkan terlebih dahulu dan cuci tangan
• Tes bahwa diafragma tidak berlubang (dengan air/cahaya)
• Oleskan kira-kira satu sendok the spermisida pada dasar diafragma dan disekeliling diafragma
• Posisi yang memudahkan prosedur adalah dengan mengangkat satu kaki dan meletakkannya ke atas kursi/dudukan toilet. Diafragma juga dapat dipakai sambil berbaring atau jongkok
• Lebarkan kedua bibir vagina
• Pegang diafragma dengan erat, masukkan ke dalam vagina jauh ke belakang dengan bagian yang mengandung spermisida menghadap ke serviks. Dorong bagian depan ke pinggiran atas di balik tulang pubis
• Masukkan jari ke vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi
• Bila setelah 6 jam diafragma masih berada di dalam vagina atau masih ingin melakukan hubungan seksual, maka spermisida harus dioleskan kembali
• Lepaskan diafragma maksimal 6 jam setelah hubungan seksual terakhir. Ingat, hindari pemakaian diafragma selama 24 jam untuk mencegah infeksi
• Untuk mengeluarkan diafragma, tarik bagian depan diafragma kemudian tarik ke bawah dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
d. Cap cerviks
Bentuk dan cara penggunaan cap serviks sama dengan diafragma tapii memiliki ukuran yang lebih kecil. Karena ukurannya yang lebih kecil darii diafragma, cap serviks ini tidak menyebabkan tekanan pada VU sehingga cap ini dapat dipakai selama 48 jam dan tambahan ulang spermisida tidak dibutuhkan. Cap ini tidak harus dilepas selama 6 jam setelah hubungan seksual terakhir, cara pemasangannya dan pelepasannya sama dg diafragma tetapi lebih sulit krn ukurannya yang lebih kecil.
e. Alat kontrasepsi dalam rahim
• Sangat efektif, reversibel, dan berjangka panjang
• Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
• Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan
• Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
• Tidak boleh dipakai oleh wanita yang terpapar IMS
Jenis
• Inert, dari plastik ( lippes loop ) atau baja anti karat ( the chinese ring )
• Mengandung tembaga seperti CuT 380A, CuT 200C, dll
• Mengadung hormon steroid
Cara kerja
Sampai saat ini mekanisme kerja AKDR belum diketahui secara pasti. Pendapat terbanyak mengatakan AKDR menimbulkan reaksi radang pada endometrium dengan serbukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. AKDR yang mengandung tembaga juga menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfatase alkali, memblok bersatunya sperma dan ovum, mengurangi jumlah sperma yg mencapai tuba falopii, dan menginaktifkan sperma. AKDR yang mengeluarkan horman juga menebalkan lendir serviks hingga menghalangi pergerakan sperma.
Keuntungan
• Efektifitas tinggi (0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama
• AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
• Metoda jangka panjang (CuT 380A mempunyai jangka proteksi 10 tahun)
• Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
• Tidak mempengaruhi hubungan seksual
• Meningkatkat kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
• Tidak ada efek samping hormonal terhadap CuT 380A
• Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
• Dapat dipasang segera setelah abortus atau melahirkan
• Dapat digunakan sampai menopause
• Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
Kerugian
• Efek samping yang umum terjadi:
1. Perub siklus haid (umumnya pd 3 bln I dan akan berkurang setelah 3 bulan)
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Spotting antar menstruasi
4. Haid terasa lebih sakit
• Komplikasi lain:
1. merasakan sakit selama 3-5 hari setelah pemasangan
2. perdarahan berat waktu haid atau diantaranya dapat memungkinkan terjadinya anemia
3. perforasi dinding uterus
• Tidak mencegah IMS termasuk HIV
• Tidak baik digunakan pada wanita dengan IMS atau sering berganti pasangan
• Penyakit radang panggul terjadi sesudah wanita dengan IMS menggunakan AKDR. Hal ini dapat memicu infertilitas
• Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik perlu dilakukan dalam pemasangan AKDR. Beberapa wanita mungkin takut dengan prosedur ini
• Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
• Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri. Pelepasan AKDR dilakukan oleh petugas terlatih
• Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui
• Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik
• Wanita harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini, wanita harus memasukkan jarinya ke dalaam vagina. Sebagian perempuan tidak mau melakukan ini
Persyaratan pemakaian. Yang dapat menggunakan:
• Usia reproduktif
• Keadaan nullipara
• Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
• Menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
• Setelah melahirkan dan tidak menyusui
• Setelah abortus dan tidak ada tanda infeksi
• Resiko rendah IMS
• Tidak menghendaki metoda hormonal
• Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil
• AKDR juga dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan misalnya perokok, pasca abortus, gemuk/kurus, sedang menyusui, penderita tumor jinak payudara, penderita kanker payudara, pusing-pusing,hipertensi,varises, penderita penyakit jantung, pernah menderita stoke, penderita diabetes, penderita penyakit hati/empedu, malaria, penyakit tiroid, epilepsi, setelah pembedahan pelvik.
Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
• Sedang hamil atau kemungkinan hamil
• Perdarahan per vagina yang tidak diketahui penyebabnya
• Penderita infeksi alat genital
• Sering menderita PRP atau abortus septik
• Penyakit trofoblas yang ganas
• Penderita TBC pelvik
• Kanker alat geintal
Penanganan efek samping yang umum dan permasalahan yang lain
Efek samping Penanganan
Amenorea Periksa apakah sedang hamil, jika tidak jangan lepaskan AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea. Jika diketahui hamil, sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya keluar dan kehamilan kurang 13 minggu. Jika kehamilan besar 13 minggu dan benang tidak terlihat, AKDR jangan dilepaskan. Apabila klien sedang hamil dan tetap ingin mempertahankan kehamilan tanpa melepaskan AKDR, jelaskan adanya kemungkinan kegagalan kehamilan dan infeksi
Kejang Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain kejang. Tanggulangi penyebabnya bila ditemukan. Apabila tidak ditemukan, beri analgesik untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang berat, lepas AKDR dan anjurkan metoda lain
Perdarahan vagina hebat dan tidak teratur Pastikan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila perdarahan berlanjut, lakukan pemantauan
Benang yang hilang Pastikan ada kehamilan/tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, gunakan kondom. Periksa keberadaan benang dalam cavum uteri atau saluran endoserviks. Apabila tidak ditemukan, rujuk ke dokter untuk x-ray atau USG
Adanya pengeluaran dari vagina/dicurigai PRP Lepaskan AKDR bila ditemukan infeksi kelamin dan anjurkan menggunakan metoda lain
Waktu penggunaan
• Setiap waktu dalam siklus haid yang dapat dipastika klien tidak hamil
• Hari pertama sampai ke tujuh siklus haid
• Segera stlh melahirkan, selama 48 jam pertama atau 4 minggu pascapersalinan
• Setelah abortus apabila tidak ada gejala infeksi
• Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
Petunjuk bagi klien
• Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu pemasangan AKDR
• Slm bln I pemakaian AKDR, periksa benang AKDR scr rutin t.u stlh menstruasi
• Setelah bulan pertama kehamilan, benang diperiksa bila: kejang/kram pada perut bagian bawah, spotting setelah senggama, nyeri setelah senggama atau pasangan tidak nyaman dalam bersenggama
• CuT 380A perlu dilepas setelah 10 tahun tetapi dapat dilakukan lebih awal
• AKDR tidak mencegah penularan IMS, maka gunakan kondom jika pasangan beresiko
• Kembali ke klinik apabila; benang tidak teraba, bagian keras AKDR teraba, AKDR terlepas, terjadi pengeluaran vagina yang mencurigakan, adanya infeksi
Pemasangan Iud Cooper T380a
Alat dan bahan :
1. IUD COOPER T380A
2. Sarung tangan 2 pasang
3. Spekulum cocor bebek
4. Tenakulum
5. Sonde uterus
6. Lampu sorot atau senter
7. Gunting
8. Kom berisi povidon iodin
9. Kasa
10. Klorin 0,5
Cara pemakaian
A. Persiapan pasien
• Lakukan konseling agar pasien mantap. Minta pasien buang air kecil dulu dan ersihkan kemaluan dengan sabun. Siapkan peralatan, cek tanggal kadaluarsa IUD.
• Cuci tangan selama 15-30 detik dengan air mengalir dan bersihkan tangan dengan handuk kering dan bersih. Kenakan sarung tangan dengan baik dan steril.
• Periksa genitalia eksterna, awasi adanya luka bernanah, kelenjar bartolin yang membesar, kelenjar getah bening yang membesar, kelenjar getah bening yang membesar.
• Pasang spekulum dengan jari telunjuk kiri, menekan bagian bawah.
• Pada inspekulo lihat porsio, awasi adanya erosi, fluor yang ada normal atau tidak. Tutup spekulo, miringkan dan keluarkan.
• Lakukan pemeriksaan dalam bimanual, awasi adanya nyeri goyang, besar dan arah uterus, masa di adneksa.
• Bersihkan ujung sarung tangan dala larutan klorin dalam ember, lepas dan masukan dalam ember.
B. Persiapan IUD
• Siapkan bagian-bagian alat : leher biru, pendorong, kertaspengukur, kertas transparan, kertas biasa, tabung, IUD.
• Yakinkan IUD berada pada tabung, jika berada di luar dorong masuk. Jika tali IUD keluar seluruhnya dari tabung, IUD tidak dapat dipakai. Letakan di tempat bersih, keras, datar dan IUD disisi kri.
• Buka kertas transparan 1/3 bagian, angkat ke atas vertikal, angkat bagian belakang seperti membuka pisang. Keluarkan pendorong, masukan kedalam tabung IUD. Kembalikan kertas bagian belakang, letakan ditampat datar lagi. Tahan kedua lengan iud dengan ibu jari dengan jari telunjuk tangan kiri. Dorong kertas pengukur keatas sampai rasa ada tahanan. Dorong tabung sampai kedua lengan terlipat. Tarik tabung kebawah seikit, angkat keatas. Masukan kedua lengan kedalam tabung.
C.
Pemasangan IUD
• Kenakan sarung tangan. Pasang spekulum dan kunsci. Ambil kasa demgan cunam tampon, celupkan dalam povidon iodin, masukan kedalam dan bersihkan 2-3 kali.
• Pasang tenakulum pada porsio di jam 11 sekkitar 1 cm dari porsio. Masukan sonde dengan notouch technique, tarik tenakulum kearahluar agar uterus dan saluran-salurannya berada dalam satu garis lurus, ukur panjang uterus. Keluarkan somde dalam keadaan mendatar. Tera panjang uterus pada kertas pengukur iud denagn meletakan ujung sonde pada garis biru atau merah dan memakai salah satu huruf sebagai ukuran batas
• Letakan tabung IUD sehingga leher biru bagian depan berada di batas huruf diatas.
• Tahan leher biru dengan telunjuk. Dorong tabung sampai ujung t (iud) sampai garis batas
• Buka plasti seluruhnya. Ambil iud dengan ibu jari dan telunjuk dengan posisi mendatar atau sejajar dan gunakan tiga jari sebagai alasnya.
• Masukan kedalam uters (porsio) sampai terasa tahanan tarik tenakulum. Pegang tenakulum dan pendorong dengan tangan kiri.
• Tahan pendorong, tari tabung sampai bertemu pangkal pendorong, keluarkan pendorong, dorong tabung sampai terasa ada tahanan. Lepas tenakulum
• Tarik tabung sampaii terlihat benang 3-4 cm dari porsio. Potong dengan benang dengan gunting
• Keluarkan tabung. Perhatikan bekas jepitan tenakulum berdarah atau tidak bila perlu ditekan degan kasa steril. Buka spekulum lalu lepas sarung tangan. Terangkan kepada ibu bahwa iud dapat dipertahankan selama 10 tahun, 1 minggu lagi ibu harus datang untuk kontrol atau ibu, diminta datang segera bila panas, berdarah banyak atau sakit diminta menunggu 15-20 menit di ruang tunggu sebelum pulang bila tidak pusing. Diberi tahu cara merawat tali IUD yaitu dengan membersihkan kemaluan dengan air sabun, jongkok, dan dengan jari, raba apakah masih ada tali di kemaluan
• Catat dibuku: tanggal, jenis IUD dan nama pemasang
4. Metoda Pembedahan / Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap ( kontap ) terdapat pada pria dan wanita merupakan metoda KB paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi.
a. Kontap Pada Wanita ( Tubektomi )
TUBEKTOMI adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan wanita bersangkutan tidak hamila lagi. Merupakan alat kontrasepsi paling efektif dengan angka kegagalankurang dari 1% ( kapita selakta, FKUI 2001 )
Keuntungan Tubektomi
• Sangat efektif
• Permanen
• Tidak mempengaruhi proses menyusui
• Tidak bergantung pada faktor senggama
• Baik bagi klien apabila kehanilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius
• Pembedahan sederhana dan dapat dilakukan dengan anastesi local
• Tidak ada efek samping dalam jangka waktu panjang
• Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
• Berkurangnya resiko kanker ovarium
Yang Dapat Menjalani Tubektomi
• Usia > 26 tahun
• Peritas > 2
• Yakin telah mempunyai besar keluarga ayng sesui dngan kehendak
• Pada kehamilannya akan menimbulakn resiko kesehatan yang serius
• Pascapersalinan
• Pascakeguguran
• Apham dan secara sukareka setuju dengan prosedur ini
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
• Hamil
• Perdarahan vaginal yang belum terjelasajn
• Infeksi sistemik atau pelvic yang akut
• Tidak boleh menjalani proses pembedahan
• Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
• Belum memberikan persetujuan tertulis
Kapan dilakukan
• Setiap wkt slm siklus mens apabila diyakini secara rasional klien tsb tidak hamil
• Hari ke 6 – 13 siklus menstruasi ( fase proliferasi )
• Pasca persalinan
• Minilap : didalam waktu 2 hari atau setelah 6 mgg atau 12 mgg
• Laparoskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan
• Pasca keguguran
• Triwulan I: dlm wkt 7hr slm tdk ada bukti infeksi pelvic (minilap/laparoskopi)
• Triwulan II: dlm wkt 7hr sepanjang tidak ada bukti ( minilap saja )
JENIS – JENIS STERILISASI TUBA
a. Prosedur irving
Merupakan pemotongan tuba falopi dan pemisahan kedua potongan tuba ini dari mesosalping sehingga cukup untuk menimbulkan segmen medial tuba tersebut yang ujungnya ditanam dalam terowongan pada miometrium di sebalah posterior, dan segmen lateral yang pendek, yang ujung proksimalnya kemudian ditanam didalam mesosalping
b. Prosedur pomeroy
Menggunakan catgut untuk mengikat gulungan tuba falapi, karena dasar dari prosedur ini terdapat pada absorbsi segera ikatan tersebut dan selanjutnya ujung tuba yang dipotong akan terpisah karena acap kali terbungkus oleh jarinagn fibrosa yang terbentuk
c. Prosedur parkland
Dirancang untuk menghindari pendekatan ujung – ujung tuba falopi yang sering terjadi pada prosedur pomeroy. Dengan menginsisi dinding abdomen dibawah umbilicus yang secara khas dilakukan cukup panjang untuk memungkinkan pemasangan retractor.
d. Prosedur madlener
Buku tuba dirusak dan diikat dengan jahitan yang tudak bisa diserap tetapi tidak direseksi. Penggunaannya tidak dianjurkan.
e. Fibriektomi
Fibrie dijepit dengan sebuah kle, bagian proksimal dari jepitan diikat dengan sehelai benang sutra. Atau dengan cut gut yang tidak mudah diabsorsipengangkatan semua fibrie untuk menghasilkan sterilisasi . Kemudian dagian distal dari jepitan diotong.
TEKNIK OPERASI
Minilaparatomi
Hanya diperlukan sayatan kecil ( sekitar 3 cm ) diperut bwaah, maupun pada lingkar pusat bawah
Baik pada masa interval maupun pascapersalinan , pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat lalu dikeluarkan, diikat, dan dipotong sebagia. Setelah itu dinding perut ditutup kemabli,luka sayatan ditutup dengan kasa yang kering dan steril apabial tidak ditemukan masalah yang berarti klien dapat dipulangkan setalah 2-4 jam.
Laparoskopi
Memerlukan tenaga spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang terlatih.
KEGAGALAN STERILISASI TUBA
Kegagalan metoda ini dapat terjadi akibat kagagalan metoda itu sendiri atau atau akibat pelaksanaan operasi sterilisasi yang tidak baik. Kegagalan metode reaksi yang paling sering diikuti pembentukan fistula atau reanastomose yang spontan. Kemudian terdapat kegagalan pada alat mekanis yang dipasang yang mengalami cacat atau ditempatkan secara tidak tepat
SINDROMA PASCA LIGASI TUBA
• Keluhan terganggu atau tidak enak pada panggul
• Pembentukan kista ovari khususnya menorhagia
• Dilaporkan memiliki kadar estradiol yang tinggi dan progesterone serum yang rendah bila disbanding kelompok control yang normal
Komplikasi
• Komplikasi estetika
• Koagulasi tanpa dikehendaki pada struktur yang penting
• Emboli pulmoner yang kadang – kadang dijumpai dan kegagalan untuk menghasilkan kemandulan tanpa disadari, mengakibatkan kehamilan ektopik yang ditangani secara keliru
• Anastesi
INFORMASI BAGI KLIEN
• jaga luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi ativitas normal secara bertahap
• hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman. Setelah itu mulai kembali melakukan hubungan intim, hentikan bila merasa kurang nyaman
• hindari mengangkat benda – benda berat dan bekerja keras selam 1mgg
• kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgesic setiap 4-6 jam
• jadwalkan sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah pembedahan.
• Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu, atau terdapat tanda – tanda yang tidak biasa
• Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relative lazim dialami karena gas di bawah diafragma, sekunder terhadap pneumoperitonium
• Tubektomi efektif setelah operasi
• Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa. ( apabila mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur , khusus PK atau KSK, umlah dan durasi haid dapat meningkat setelah pembedaahn
• Tubektomi tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular sseksual
b. KONTAP PADA PRIA ( VASEKTOMI )
Profil
• Sangat efektif dan permanent
• Tidak ada efeksamping jangka panjang
• Tindak bedah yang aman dan sederhana
• Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
• Konseling dan inform consent mutlak diperlukan
VASEKTOMI adalah prosedur klinik untuk menghenrtikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
INDIKASI
Upoaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi mengancam atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluaga.
KONDISI YANG MEMERLUKAN PERHATIAN KHUSUS BAGI TINDAKAN VASEKTOMI
• Infeksi kulit pada daerah operasi
• Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
• Hidrokel atau varikokel yamh besar
• Hernia inguinalis
• Filariasis / elefantiasis
• Undesensus testikularis
• Massa intraskrotalis
• Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia
INFORMASI BAGI KLIEN
• Prosedur vasektomi tidak mengganggu hormon pria atau menyebabkan perubahan kemampuan dan kepuasan seksual
• Setelah prosedur vasektomi gunakan metoda kontrasepsi terpilih hingga spermatozoa yang tersisa dalam vesikula seminalis telan dikeluarkan seluruhnya. Secara empiric, sperma analisis akan menunjukkan hasil negativ setelah 15-20 kali ejakulasi
• Pertahakan band aid pada luka operasi selama 3 hari
• Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik – tarik atau digaruk
• Boleh mandi setekah 24 jam, asal daerah luka tidak basah. Setelah 3 hari lka boleh dicuci dengan sabun atau air
• Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering
• Jika nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik spt parasetamol/ibuprofen tiap 4-5 jam
• Hindari mengangkat berang berat dan kerja keras untuk tiga hari
• Boleh bersenggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah kehamilan, pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-20 kali
• Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi
PELAKSANAAN VASEKTOMI
Tempat pelayanan vasektomi : dapat dilakukan difasilitas kesehatan umu yang mempunyai ruang tindakan bedah minor dengan persyaratan :
Mendapat penerangan yang cukup
Lantainya terbuat dari semen atau keramik sehingga mudah dibersihkan bebas debu dan serangga
Sedapat mungkin dilengkapi alat pengetur suhu ruangan
Teknik Vasektomi Standar
medikasi prabedah dan anastesi:
bila klien nampak sangat gelisah tanpa penyebab yang jelas maka dapat diberikan diazepam 5-10 mg peroral, 30-40 menit sebelum operasi. Anastesi yang digunakan haruslah anastesi local.
Tujuan anastesi: Menghilangkan nyeri & rs tak enak, Mengurangi stress & cemas
Tata cara :
1. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi telentang
2. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis, dan bag dlm pangkal paha kanan dbrsihkn dg cairan yg tdk merangsang seperti larutan iodofor ( betadine ) 0,75% atau larutan klorheksidin ( hibiscrub ) 4%. Bila ada bulu cukur terlebihdahulu.
3. Tutup daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang, pada daerah skrotum ditonjolkan keluar
4. Tepat dilinea mediana diatas vasdeferens, kulit skrotum diberi anastesi local ( prokain atau novokain ) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk dan didaerah distal serta proksimal vasdeferens dideponir lagi masing – masing 0,5 ml
5. Kulit skrotum diiris longitudinal 1-2 cm, tepat diatas vasdeverens yang ditonjolkan kepermukaan kulit
6. Setelah kulit dibuka vasdeferens dipegang dengan klem, disiangi sampai tampak vasdeferens mengkilat seperti mutiara, perdarahan dirawat dengan cermat. Sebaiknya ditambah lagi obot anastesi kedalam fasia vasdeferens dan baru kemudian fasia disayat longitudinal sepanjang 0,5 cm. Usahakan sayatan rata hingga memudahkan penjahitan kemabli. Setelah fasi vasdeferens di buka terlihat vasdeverens berwarna putih nengkilat seperti mutiara. Selanjutnya vasdeferen dan fasi dibebaskan dengan gunting halus berujang runcing
7. Jepitlah vasdeverens dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 1-2 cm dan ikat dengan benang kedua ujungnya. Setelah diikat ajngan dipotong dulu. Tariklah benang yang mengikat kedua ujung vasdeferens tersebut untuk melihat kalau ada perdarahan yang tersembunyi. Jepitan hanya pada titk perdarahan, jangan terlalu banyak, karena daapt menjepit pembuluh darah lain seperti arteri testikularis atau deferensialisis yang berakibat kematian testis itu sendiri.
8. Potonglah diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm. Gunakan benang sutra n0. 00,0 atau satu untuk mengikat vasdeferens tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi juga jangan terlalu keras karena dapat memotong vasdeferens
9. Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan adalah dengan melakukan interposisi fasi vasdeferens, yakni menjahit kembali fasia yang terluka sedemikian rupa, vasdeferens bagian distal dibenamkan dalam fasia dan vasdeferens bagian proksimal terletak diluar fasia. Cara ini akan mencegah timbulnya kemungkinan rekanalisasi
10. Lakukan tindakan diatas untuk vasdeferens kanan dan kiri, setelah selesai, tutuplah kulit engan 1-2 jahitan . Kemudian rawat luka operasi sebagaimana mestinya, tutup dengan kasa steril dan diplester.
Tekhnik vesektomi yang lain :
1. Insisi kulit dilakukan sagital atau transversal.
2. Fiksasi vasdeferens dengan menusukkan jarum di baeah vas deferens dengan menembus kulit
3. Cara mengikat vas deferens ada beberepa amcam :
a. Kedua ujung diikat tumpang tindih
b. Keduaujung dibelokkan dan diikat
c. Hanya satu ujung yang di belokkan
d. Hany saalh satu ujung saja yang diikat, sehingga dari avsdeferens yang proksimal sperma bisa keluar
KEGAGALAN VASEKTOMI
Dianggap gagal bila :
Pada analisa sperma setelah 3 bulan pasca vasektomi atau setelah 15-20 kali ejakulasi masih dijumpai sperma
Dijumpai sperma setelah sebelumnya azoospermia
Istri hamil
HAK-HAK KONSUMEN KB
1. Hak atas informasi , yaitu hak untuk mengetahui segala manfaat dan keterbatasan pilihan metode perencanaan keluarga
2. Hak akses, yaitu hak memperoleh pelayanan tanpa membedakan jenis kelamin, agama, dan keperceyaan dan suku, status sosial, status perkawinan, dan lokasi
3. Hak pilihan, yaitu hak untuk memutuskan secara bebas tanpa paksaan dalam memilih dan menerapkan metode keluarga berencana
4. Hak keamanan, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan yang aman dan efektif
5. Hak privasi, setiap konsumen keluarga berencana berhak untuk mendapatkan privasi atau bebas adri gangguan serta campur tangan orang lain dalam konseling dan pelayanan keluarga berencana
6. Hak kerahasiaan, yaitu hak untum mendapatkan jaminan rawat infomasi pribadi yang diberikan akan dirahasiakan
7. Hak harkat, yaitu hak mendaptkan pelyanan scr mausiawi, penuh penghargaan dan perhatian
8. Hak kenyamanan, yaitu setiap konsumen keluarga berencana berhak untuk memperoleh kenyamanan dalam pelayanan
9. Hak berpendapat, yaitu hak untuk menyatakan pendapat secara bebas terhadap pelayanan yang ditawarkan
10. Hak keberlangsungan, yaitu hak untuk mendapatkan ketersediaan metode keluarga berencana seara lengkap dan pelayanan yang berkesinambungan selama diprlukan
11. Hak ganti rugi, yaitu hak untuk mendapatkan ganti rugi apabila terjadi pelanggaran terhadap hak konsumen
Jumat, 16 November 2007
Komplikasi Intranatal Kelompok II A’04
INDUKSI PERSALINAN
I. Defenisi
Induksi persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses kelahiran (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.
II. Etiologi
Induksi persalinan dilakukan karena:
Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :
Pertumbuhan janin makin melambat.
Terjadi perubahan metabolisme janin.
Air ketuban berkurang dan makin kental.
Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan lewat waktu perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir menuju well born baby dan well health mother dapat tercapai.
Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu terkena infeksi serius, atau menderita diabetes.
Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetik sebelumnya. Meliputi:
Aborsi spontan(berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan).
Hipertensi akibat kehamilan, mengkibatkan terjadinya preeklamsi dan eklamsi.
Hidramnion.
Infeksi, terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius; infeksi ini bersifat serius karena dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan ketoasidosis.
Ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni saat efek diabetogenik pada kehamilan yang paling besar karena resistansi insulin meningkat.
Dapat mengancam kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi, mengakibatkan cacat bawaan
Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin.
Membran ketuban pecah sebelum adanya tanda-tanda awal persalinan (ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. Temperatur ibu dan lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua jam) untuk penemuan dini infeksi setelah ketuban ruptur.
Mempunyai riwayat hipertensi.
Gangguan hipertensi pada awal kehamilan mengacu berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil.
Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang ditandai dengan hemokosentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Tanda dan gejala dari preeklamsi ini timbul saat masa kehamilan dan hilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Kira-kira 85% preeklamsia ini terjadi pada kehamilan yang pertama. Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh darah otak, gangguan penglihatan (skotoma), perubahan kesadaran mental dan tingkat kesadaran.
Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa didahului ganguan neurologis.
Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama masa hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia atau hipertensi kronis lainnya.
Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam minggu pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis.
Indikasi pokok untuk induksi persalinan:
1. Untuk janin yang masih dalam kandungan, pertimbangannya adalah kondisi ekstrauterin akan lebih baik daripada intrauterin, atau kondisi intrauterin tidak lebih baik atau mungkin membahayakan.
2. Untuk ibu, pertimbangannya adalah menghindari/mencegah/mengatasi rasa sakit atau masalah-masalah lain yang membahayakan nyawa ibu.
Indikasi janin, misalnya: kehamilan lewat waktu (postmaturitas), inkompatibilitas Rh. Pada saat usia kehamilan postmatur, diatas 10 hari lebih dari saat perkiraan partus, terjadi penurunan fungsi plasenta yang bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin (gangguan sirkulasi uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin). Indikasi ibu, misalnya: kematian janin intrauterin. Indikasi ibu dan janin, misalnya, preeklamsia berat.
Kontra indikasi induksi persalinan antara lain adalah:
Bagi ibu
Plasenta previa.
Grande multipara.
Infeksi herpes genital aktif.
Riwayat insisi uterus klasik atau bedah uterus.
Distensi rahim yang berlabihan, misalnya pada hidramnion.
Bagi bayi
Disproporsi sefalopelvis.
Malposisi dan malpresentasi janin.
Denyut janung janin yang meragukan.
III. Manifestasi klinis
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian dilakukan operasi caesar.
IV. Patofisiologi
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal.
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen (< href="http://www.medicastore.com/">http://www.medicastore.com/. Kehamilan Beresiko Tinggi. Diakses tanggal 7 September 2007.
http://www.ayahbunda-online.com/. Kelahiran. Diakses tanggal 7 September 2007.
http://www.conectique.com/. Persalinan Normal dengan Induksi. Diakses tanggal 7 September 2007.
http://www.info-sehat.com/. Tipe persalinan dengan Bantuan?. Diakses tanggal 7 September 2007.
Yulianti, Devi. 2005. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta. EGC.
WOC
Plasenta menua
pe↓ jlh air ketuban
Pasokan maknan&O2↓
oligihidramnion
Gerakan janin terbatas
Tganggu proses ptumbuhan
Aliran darah-plasenta b’ubah
Kehamilan lewat waktu
Hipoksia janin
asfiksia
INDUKSI PERSALIAN
Sindrom gawat nafas
MK: resti krusakan ptukaran gas pd janin
Ketuban pecah dini
infeksi
Masuknya MO ke kantong amnion
Amnionitis dan plasentitis
Ketuban tlalu tipis
Pecah
Kontraksi belum tjadi
Amniotomi/ infuse oksitosin
Ibu mrasa t’ancam
MK:cemas
cemas
P’berian oksitosin
pe↑ kontraksi uterus blebihan
MK:nyeri
Hipertensi
pe↑ TD
pe↓ perfusi plasenta
Vasokontriksi pemb.darah
Ppindahan cairan intravaskuler ke intrasel
Lesi arteri uretroplasenta
Kontraksi uterus me↓
Rupture uterus
MK: resiko cidera
SEKSIO CAESAREA
I. Defenisi
Adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi)..(dunn j. Leen obstetrics and gynekology)
II. Etiologi
Ini biasanya dilakukan jika ada gangguan pada salah satu dari tiga faktor yang terlibat dalam proses persalinan yang menyebabkan persalinan tidak dapat berjalan lancar dan bila dibiarkan maka dapat terjadi komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin. 3 faktor tersebut adalah :
o Jalan lahir (passage)
o Janin (passanger)
o Kekuatan yang ada pada ibu (power)
III. Indikasi
Didasarkan atas 3 faktor :
Faktor janin.
Bayi terlalu besar
Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada ibu yang berbeda maka tindakan persalinan yang dilakukan juga berbeda. Misalnya untuk ibu yang mempunyai panggul terlalu sempit, berat janin 3000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat melewati jalan lahir. Selain janin yang besar, berat janin kurang dari 2,5 kg, lahir prematur, dan dismatur, atau pertumbuhan janin terlambat , juga menjadi pertimbangan dilakukan seksiocaesarea.
Kelainan letak
- Letak sungsang.
Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada persalinan alami diperkirakan 4x lebih besar dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa menit, akibat penurunan kepala menyesuaikan dengan panggul ibu, padahal hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kedua, persalinan yang dipacu dapat menyebabkan trauma karena penekanan, traksi ataupun kedua-duanya. Misalnya trauma otak, syaraf, tulang belakang, tulang rangka dan viseral abdomen.
- Letak lintang.
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir, panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa, cairan ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu lama, mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.
Gawat janin
Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan oksigen (hipoksia) yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan seksio caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan neurologis akibat keadaan asidosis yang progresif.
Janin abnormal
Misalnya pada keadaan hidrosefalus, kerusakan Rh dan kerusakan genetik.
Plasenta
- Plasenta previa.
Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebahgian dan atau seluruh jalan lahir. Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahit lebih dahulu dari janin. Hal ni menyebabkan janin kekurangan O2 dan nutrisi yang biasanya diperoleh lewat plasenta. Bila tidak dilakukan SC, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada tempat implantasi plasenta sehingga serviks dan SBR menjadi tipis dan mudah robek.
- Solusio plasenta
Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum janin lahir. SC dilakukan untuk mencegah kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban pada janin. Terlepasnya plasenta ditandai dengan perdarahan yang banyak, baik pervaginam maupun yang menumpuk di dalam rahim.
- Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika sisa plasenta yang menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika banyak perlu dilakukan pengangkatan rahim.
- Yasa previa
Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila dilewati janin dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
Kelainan tali pusat.
- Pelepasan tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan dimana tali pusat berada di depan atau di samping bagian terbawah janin, atau tali pusat telah berada dijalan lahir sebelum bayi, dan keadaan bertambah buruk bila tali pusat tertekan.
- Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin akan berbahaya jika kondisi tali pusat terjepit atau terpelintir sehinggga aliran oksigen dan nutrisi ketubuh janin tidak lancar. Lilitan tali pusat mengganggu turunnya kepala janin yang sudah waktunya dilahirkan.
Bayi kembar
Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi misalnya terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan ketuban yang berlebihan.
Faktor ibu
Usia
Ibu ynag melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35th, memiliki resiko melahirkan dengan seksiocaesarea karena pada usia tersebut ibu memiliki penyakit beresiko seperti hipertensi, jantung, DM, dan preeklamsia.
Cephalopevic disspiroprion.
Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin menimbulkan kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul sempit lebih sering pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih, PAP dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau diameter transversal <12>6 minggu solusio plasenta, dan emboli air ketuban.
¨ Retensio plasenta atau plasenta rest, :gangguan pelepasan plasenta menimbulakan perdarahan dari tempat implantasi palsenta
b. Infeksi
Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila didahului oleh :
Keadaan umum yang kurang baik: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi intra-uterin, sudah terdapat infeksi.
Perluakaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri.
Terdapat retensio plasenta
Pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis.
c. Trauma tindakan operasi persalinan .
Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan dijabarkan sebagai berikut :
· Perluasan luka episiotomi
· Perlukaan pada vagian
· Perlukaan pada serviks
· Perlukaan pada forniks-kolfoporeksis
· Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap
· Terjadi fistula dan ingkontinensia
2. Komplikasi pada janin
Terjadi ”trias komplikasi” bayi dalam bentuk : asfiksia, trauma tindakan, dan infeksi.
a. Asfiksia
¨ Tekanan langsung pada kepala yang mengakibatkan penekanan pusat-pusat vital pada medula oblongata
¨ Aspirasi oleh air ketuban, mekonium,dan cairan lambung
¨ Perdarahan atau edema jaringan saraf pusat.
b. Trauma langsung pada bayi
¨ Fraktura ekstremitas
¨ Dislokasi persendian
¨ Ruptur alat-alat vital :hati, lien dan robekan pada usus.
¨ Fraktur tulang kepala
¨ Perdarahan atau trauma jaringan otak
¨ Trauma langsung pada mata, telinga, hidung, dan lainnya.
c. Infeksi. Dapat terjadi infeksi ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan kematian.
Asuhan keperawatan pada klien post natal dengan SC
I. Pengkajian
1. Identitas klien : nama, umur, tempat/tangal lahir, alamat, pekerjaan.
2. Riwayat kesehatan sekarang
· Nyeri bekas insisi
· Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah karena anestesi spinal dan epidural
· Ketidaknyamanan atau distensi abdomen dan kandung kemih
· Mulut terasa kering
· Perasaan penuh pada abdomen
· Kesulitan BAB
· Nyeri/ sakit kepala dan kelemahan
· Klien merasa cemas, gelisah, gembira atau ekspresi lainnya.
3. Riwayat kesehatan dahulu
§ Riwayat pada saluran urogenital
§ Riwayat SC klasik
§ Riwayat obstetri yang jelek
§ Riwayat pre-eklamsia dan eklamsia selama kehamilan dan kehamilan sebelumnya
§ Riwayat tumor jalan lahir
§ Riwayat stenosis serviks / vagina pada post partum terdahulu
§ Riwayat primigravida tua
4. Riwayat kesehatan keluarga
o Riwayat DM
o Riwayat penyakit menular dalam keluarga
5. Riwayat menstruasi
o Siklus menstruasi
o Lama menstruasi
o Gangguan menstruasi seperti dismenorhea, hipermenorhea dll
o Umur menarche
6. Riwayat perkawinan
o Riwayat menikah
o Riwayat waktu pertama kali mendapat keturunan
7. Riwayat keluarga berencana
o Alat kb yang digunakan
o Lama & waktu penggunaan
o Efek yang dirasakan
Pemeriksaan fisik:
Tanda-tanda vital :tekanan darah, suhu, pernafasan dan nadi.
Keadaan umum. Kesadaran : composmentis
§ Klien terlihat cemas dan gelisah dan tidak mampu mempertahankan kontak mata, Bibir/ mulut kering
Sirkulasi : Kehilangan darah selama pembedahan sekitar 600-800 ml.
Reproduksi : Fundus mengalami kontraksi yang terdapat di umbilikalis, Aliran lochea sedang, bekas bekuan belebihan/ banyak.
Pernafasan : Bunyi paru jelas dan vesikuler
Eliminasi : Terpasang kateter urinarius redweling, urin jernih.
Abdomen : Tidak terdapat distensi, ukur jumlah bising usus.
Neurosensori : Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah pengaruh anestesi spinal dan epidural
Keamanan : Balutan abdomen bersih atau bisa tampak sedikit noda .
Pemeriksaan diagnostik: 1. Hitung darah lengkap, Hb, Ht.
2. Urinalisis :kultur urin, darah, vagina, lochea.
II. Diagnosa keperawatan
Ketidaknyamanan : nyeri b.d trauma pembedahan, afek anestasi, efek hormonal, distensi kandung kemih / abdomen.
Resiko infeksi b.d prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen.
Resiko cidera b.d kehilangan darah berlebihan, trauma jaringan, perlambatan mobilisasi, gastrik, efek anastesi,.
Ansietas b.d krisis situasi, ancaman konsep diri, kbutuhan tak terpenuhi.
Perubahan eliminasi urin b.d trauma urogenotal, efek-efek hormonal, efek enestasi
Konstipasi b.d penurunan tonus otot, motilitas usus, nyeri perineal dan rektal.
Perubahan proses keluarga b.d penambahan jumlah anggota keluarga
Harga diri rendah b.d merasa gagal dalam peristiwa kehidupan.
III. Intervensi keperawtan
Dx. 1 Ketidaknyamanan: nyeri b.d trauma pembedahan, efek anestesi, efek hormonal, distensi kandung kemih/abdomen.
Tujuannya : mengurangi nyeri yang dirasakan pasien dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan penurunan rentang nyeri
2. Tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan baik.
3. Ttv dalam batas normal
No
Intervensi mandiri
Rasional
1
Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan. Perhatikan isyarat verbal&nonverbal
Membedakan karakteristik pasca operasi dan terjadinya komplikasi
2
Evaluasi tekanan darah dan nadi
Nyeri dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi
3.
Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya nyeri penyerta
Selama 12 jam pp, kontraksi uterus kuat dan teratur dan berlanjut sampai 2-3 hari, meskipun frekuensi dan intensitasnya menurun secara bertahap. Nyeri penyerta akibat over kontraksi uterus, menyusui.
4.
Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya dan berikan masase pungung
Merilekskan dan mengalihkan perhatian ari sensasi nyeri
5.
Palpasi kandung kemih
Overdistensi kandung kemih dapat menimbulkan ketidaknyamanan.
6.
Anjurkan posisi berbaring datar
Merinagnkan gejala sakit kepala akibat peningkatan tekanan css
Intervensi kolaborasi
7.
Beri analgesik setiap 3-4 jam, berikan obat 48-60 menit sebelum menyusui
Meningkatkan kenyamanan
8.
Tinjau ulang penggunaan analgetik terkontrol dan sesuai indikasi
Analgetik yang terkontrol dapt menghilangkan nyeri dengan cepat dan tanpa efek samping
Dx 2. Resiko infeksi b.d prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen.
Tujuan :
infeksi tidak terjadi pada ibu
pencapaian tepat waktu pada pemulihan luka tanpa komplikasi
No
Intervensi mandiri
Rasional
1.
Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Resiko korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga meningkatkan resiko infeksi ibu dan janin.
2.
Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya: peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).
Pecah ketuban terjadi 24jam sebelum pembedahan dapat menyebabkan amnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
3.
Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah.
Menurunkan resiko infeksi asenden.
Intervensi kolaborasi
4.
Lakukan persiapan kulit pra operatif, scrub sesuai protokol.
Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan resiko infeksi pasca operrasi.
5.
Dapatka kultur darah, vagina, plasenta sesuai indikasi.
Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
6.
Catat hb, dan ht, catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan.
Resiko infeksi pasca melahirkan dan
EKSTRAKSI FORSEP/CUNAM
I. Definisi
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang dikepalanya.
Forsep mempunyai sejarah yang panjang. Mulai dengan penemuan Albucasis pada tahun 1112, yang lengkungannya mempunyai gigi, sehingga hanya dipakai untuk janin yang telah amti. Selanjutnya Chamberlein pada abad 17 menemukan forsep yang hanya mempunyai lengkungan kepala saja. Forsep Chamberlein dikembangkan oleh Kiellan. Lengkungan pelvis dikembangkan oleh Levret pada tahun 1747 dan Smellie tahun 1751 dan selanjutnya disempurnakan menjadi forsep Naegle.
Prinsip forsep adalah:
Kedua daun forsep dapat dipisahkan, kanan dan kiri.
Terjadi persilangan saat mengunci.
Setiap daun forsep mempunyai:
Blade-pemegang kepala dengan pintunya
Tangkai
Kunci
Pemegang untuk melakukan tarikan
Daun forsep mempunyai:
Lengkungan kepala untuk menjepit.
Lengkungan pelvis sesuai denngan jalan lahir.
Bentuk kuncinya
Sistem Inggris tanpa menyangga, dapat bergeser.
Sistem Prancis, dengan penyangga, tidak mungkin bergeser.
Fungsi forsep
Fungsi forsep yang sampai sekarang masih berlaku ialah:
1. Esktraktor
2. Rotator
3. Ekstraktor dan rotator bersama-sama
Pemilihan jenis cunam yang akan dipakai hendaknya disesuaikan dengan fungsi cunam
Tujuan pertolongan persalinan forsep:
Melakukan putaran sehingga hipomoklion terletak pada posisi yang tepat
Tarikan untuk pertolongan persalinan
Bentuk dan bagian-bagian forsep
Sepasang cunam terdiri dari 2 sendok, yaitu sendok kiri dan sendok kanan. Sendok kiri ialah sendok yang dipegang oleh tangan kiri dan diletakkan dis ebelah kiri panggul ibu. Sendok kanan ialah sendok yang dipegang oleh tangan kanan dan diletakkan dise belah kanan panggul ibu.
Sendok cunam mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
a. Daun cunam.
Bagian yang dipakai untuk mencengkam kepala janin. Umumnya mempunyai 2 lengkungan, yaitu lengkungan panggul (pelvic carve) ialah lengkungan daun cunam yang sdisesuaikan dengan lengkungan panggul dan lengkungan kepala (chepalic curve) ialah lengkungan daun cunam yang disesuaikan dengan lengkungan kepala janin.
Contoh daun cunam yang mempunyai lengkungan panggul dan hanya mempunyai lengkungan kepala saja, yaitu pada cunam Kielland.
Daun cunam dapat berlubang (fenstra) misalnya cunam Simpson dan cunam Naegele, dan solid, misalnya cunam Tucker Mc. Lane. Daun cunam yang solid dapat mencekam kepala lebih kuat.
b. Tangkai cunam (shank)
Bagian antara daun dan kunci cunam. Terdiri 2 macam : tangkai terbuka dan tangkai tertutup
c. Kunci cunam (lock). Terdiri dari:
Kunci Prancis : tangkai cunam dipersilangkan kemudian disekrup.
Kunci Inggris : kedua tangkai cunam disilangkan dan dikunci dg cara kait mengkait (interlocking) misalnya cunam Naegele.
Kunci Jerman : bentuk kunci cunam yang merupakan kombinasi antara bentuk kunci Perancis dan kunci Inggris, misalnya cunam Simpson.
Kunci Norwegia : bentuk kunci cunam yang dapat diluncurkan (slidinglock) misalnya cunam Kielland.
d. Pemegang cunam (handle)
Bagian yang dipakai memegang pada waktu ekstraksi.
Jenis forsep berdasarkan bentuknya :
Tipe Simpson
Bentuk cunam ini mempunyai tangkai cunam yang terbuka, sehingga lengkungan kepala lebih mendatar dan lebih besar. Bentuk cunam ini baik untuk kepala janin yang sudah mengalami moulase.
Tipe Elliot
Bentuk tipe cunam ini mempunyai tangkai yang tertutup, sehingga lengkungan kepala lebih bundar dan lebih sempit. Cunam jenis ini baik untuk kepala yang bundar dan belum mengalami moulase.
Tipe khusus
Ada bentuk khusus cunam, misalnya: cunam Piper yang dipakai untuk melahirkan kepala janin pada letak sungsang.
II. Etiologi
Melakukan tindakan ekstraksi forsep perlu memperhitungkan petunjuk (indikasi) yang tepat, sehingga komplikasinya ringan. Indikasi pertolongan ekstraksi forsep adalah:
Indikasi Ibu
Persalinan distosia (kemacetan persalinan)
· persalinan terlantar
· rupture uteri imminen
· kala dua lama
Profilaksis penyakit sistemik ibu: Gestosis, Hipertensi, Penyakit jantung, Penyakit paru-paru.
Indikasi Bayi
a. Distres janin
b. Kedudukan ganda kepala dengan:
· Anggota badan (ekstremitas)
· Prolapsus funikuli
Indikasi Waktu
Indikasi Pinard : 2 jam mengejan tidak lahir
Modifikasi Remeltz
· Setelah kepala di dasar panggul diberikan 5 unit oksitosin
· Tunggu 1 jam tidak lahir dilakukan ekstraksi forsep
Tindakan Pertolongan Persalinan Forsep
Bentuk persalinan forsep dapat dibagi menjadi:
Forsep rendah
· dilakukan setelah kepala bayi mencapai Hodge III atau lebih
· kepala bayi mendorong perineum, forsep dilakukan dengan ringan disebutkan outlet forsep
Forsep tengah
· pada kedudukan kepala antara Hodge II/III
· salah satu bentuk forsep tengah adalah forsep percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forsep berat, membuktikan terdapat disproporsi kepala-panggul. Forsep percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vakum.
Forsep tinggi
· dilakukan pada kedudukan kepala di antara Hodge I/II
· forsep tinggi sudah diganti dengan seksio sesarea
Aplikasi Ekstraksi Forsep
Persiapan
a. Persiapan untuk ibu
Posisi lithotomic
Rambut vulva dicukur
Kandung kemih dan rectum dikosongkan
Desinfeksi vulva
Infuse bila diperlukan
Narcosis bila diperlukan
Kain penutup pembedahan
Gunting episiotomi
Alat-alat untuk menjahit robekan jalan lahir
Uterotonika
b. Persiapan untuk janin
Alat-alat pertolongan persalinan
Alat penghisap lendir
Oksigen
Alat-alat untuk resusitasi bayi
c. Persiapan untuk penolong
1. Mencuci tangan
2. Sarung tangan suci hama
3. Baju operasi suci hama
Prosedur
Untuk meningkatkan keamanan operasi ekstraksi forsep hanya pada letak belakang kepala dalam operasi forsep rendah. Daun forsep dipasang melintang terhadap kepala dan melintang terhadap jalan lahir.
Aplikasi forsep dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Operator membayangkan pemasangan daun forsep melintang terhadap kepala bayi dan melintang terhadap jalan lahir.
2. Daun forsep kiri dipasang di sebelah kiri penderita dan dipegang oleh tangan kiri.
3. Pemasangan daun forsep kanan dengan tangan kanan dan dipasang di sebelah kanan penderita.
4. Teknik pemasangan daun forsep sebagai berikut:
· Dua jari tangan kanan masuk vagina sedalam mungkin
· Forsep dipegang tangan kiri seolah-olah memegang pensil, dengan gagang forsep berada di atas pelipatan paha.
· Daun forsep dipasang dengan tuntutan dua jari kanan
· Daun forsep didorong perlahan-lahan, sampai lengkungan forsep berada di tulang parietalis
· Setelah terpasang gagang forsep dijepit antara jari amnis dan kelingking tangan kiri.
· Dua jari tangan kiri dimasukkan ke dalam liang senggama. Forsep kanan dipegang dengan cara sama seperti forsep kiri, dimasukkan dengan tuntunan dua jari tangan kiri.
· Setelah kedua forsep ditempatkan sesuai dengan posisinya, forsep dikunci.
· Setelah terkunci dilakukan evaluasi, guna mencari apakah tidak terdapat bagian ibu (serviks) yang terjepit antara kepala janin dan daun forsep.
· Dilakukan tarikan percobaan, dengan ringan serta jari menyentuh kepala bayi
· Tarikan percobaan berhasil bila kepala bayi ikut tertarik
· Setelah tarikan percobaan berhasil, dilakukan tarikan definitive dengan melakukan tarikan cunam ke abwah sehingga hpomoklion berada di bawah simfisis
· Dilakukan tarikan ke atas untuk melahirkan ubun-ubun besar, hidung, muka-dagu, kepala bayi seluruhnya.
· Setelah kepala lahir daun forsep dilepaskan
· Kepala diberikan kesempatan untuk melakukan putar paksi luar
· Kepala bayi ditarik curam ke bawah dank e atas untuk melahirkan bahu depan dan bahu belakang.
· Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikaitkan untuk emlahirkan badan bayi
· Lendir pada jalan nafas dibersihkan
· Setelah bayi menangis tali pusat dipotong dan bayi diserahkan untuk drawat sebagaimana mestinya
· Persalinan plasenta ditunggu sampai terdapat tanda lepasnya plasenta atau dilakukan tes plasenta lepas dengan metode Kustner, Straassman, Klein, atau Manuaba.
· Plasenta dilahirkan dengan tekanan ringan pada fundus uteri secara Crese atau dengan plasenta manual.
· Dilakukan eksplorasi ke dalam rahim untuk mencari kemungkinan rupture uteri, sisa plasenta, atau membrane.
· Selanjutnya luka bekas episiotomi dijahit kembali
· Pada kala IV dilakukan observasi intensif terhadap kesadaran penderita; tekanan darah; nadi; pernapasan; dan suhu; kontraksi rahim untuk menhentikan perdarahan; pengeluaran darah dari vagina atau luka episiotomi.
· Observasi dilakukan selama 2 jam. Bila semua berjalan dengan baik, penderita dipindahkan ke ruangan.
III. Komplikasi Ekstraksi Forsep
Komplikasi langsung akibat aplikasi forsep dibagi menjadi:
Komplikasi ibu
Komplikasi ibu bersumber dari “trias komplikasi” ibu.
a. Perdarahan terjadi karena: Atonia uteri, Retensio plasenta, Trauma jalan lahir: rupture uteri, rupture serviks, robekan forniks-kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum
b. Infeksi terjadi karena: sudah terdapat sebelumnya, Aplikasi alat menimbulkan infeksi, Plasenta rest atau membrane bersifat benda asing, yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan subinvolusi uteri dan Saat melakukan pemeriksaan dalam
c. Robekan jalan lahir: Ruptura uteri, Rupture serviks, Robekan forniks-kolpoforeksis, Robekan perineum, dan Sinfisiolisis
Komplikasi segera pada bayi: “Trias komplikasi bayi.”
1. Asfiksia
a. Terlalu lama di dasar panggul, terjadi rangsangan pernapasan menyebabkan aspirasi lender dan air ketuban
b. Jepitan langsung forsep yang menimbulklan perdarahan intracranial, edema intracranial, kerusakan pusat vital di emdulla oblongata, trauma langsung jaringan otak.
2. Infeksi oleh karena infeksi pd ibu menjalar ke bayi
3. Trauma langsung forsep
- Fraktura tulang kepala
- Dislokasi sutura tulang kepala: kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung pada mata, telinga dan hidung, trauma langsung pada persendian tulang leher, gangguan fleksus brakialis/paralysis Erb
· Kerusakan saraf trigeminus dan fasialis
· Hematoma pada daerah tertekan
Komplikasi kemudian atau terlambat
komplikasi terlambat untuk ibu
bersumber juga pada “tria komplikasi ibu” dengan penjabaran sebagai berikut:
a. Perdarahan: Plasenta rest, Atonia uteri sekunder, Jahitan robekan jalan lahir yang terlepas
b. Infeksi à Penyebaran infeksi makin meluas
c. Tauma jalan lahir
· terjadi fistula vesiko-vaginal
· terjadi fistula rekto-vaginal
· terjadi fistula utero-vaginal
komplikasi terlambat pada bayi
a. Trauma ekstraksi forsep: cacat karena aplikasi forsep
b. Infeksi
· Infeksi yang berkembang menjadi sepsis dan dapat menyebabkan kematian
· Ensefalitis sampai meningitis
c. Gangguan susunan saraf pusat
· Trauma langsung pada susunan saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual
· Gangguan pendengaran dan keseimbangan
IV. Patofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep. Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intrakranial.
V. WOC (Terlampir)
VI. Terapi
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan postpartum biasa, hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat karena kemungkinan terjadinya trias komplikasi lebih besar, yaitu perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi. Oleh karena itu, perawatan setelah ekstraksi forsep memerlukan profilaksis pemberian infus sampai terjadi keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi otot rahim menjadi kuat, dan pemberian antibiotika untuk menghindari infeksi.
Yang cukup penting untuk diperhatikan adalah kemungkinan terjadi “fistel”, sehingga memerlukan pemasangan dauer kateter selama tiga sampai lima hari. Fistel vesiko-vaginal, rekto-vaginal merupakan komplikasi yang serius dan memerlukan tindakan operasi yang sulit.
Pertimbangan Keperawatan
Perawat menyiapkan forsep yang ditentukan dokter. Denyut jantung janin diperiksa, dilaporkan, dan dicatat sebelum forsep dipasang. Ibu diberi informasi bahwa bilah forsep akan digunakan seperti dua sendok makan yang mengelilingi telur. Bilah ini akan masuk sampai ke telinga bayi.denyut jantung janin akan diperiksa kembali, dilaporkan, dan dicatat sebelum traksi dipasang setelah forsep dipasang. Penekanann tali pusat di antara kepala dan forsep akan menyebabkan frekuensi denyut jantung janin turun mendadak. Dokter kemudian akan melepas dan memasang kembali forsep tersebut.
VII. Pemeriksaan Fisik
A Keadaan umum
* Kesadaran
* TTV : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
B.Keadaan khusus (syarat-syarat ekstraksi forsep):
Besar dan konsistensi kepala dalam batas normal
Janin dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi sefalopelvik)
Pembukaan serviks lengkap
Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi engagement)
Kepala janin harus dapat dipegang oleh cunam
Janin hidup
Ketuban sudah pecah/dipecahkan
EKSTRAKSI VAKUM
I. Definisi
Suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negative (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.
II. Sejarah
Gagasan untuk melahirkan kepala janin dengan memakai tenaga vakum, mula-mula dipelajari oleh Young (1706) dari Inggris, yang kemudian secara berturut-turut dikembangkan oleh ahli-ahli obstetrik di negara-negara Eropa dalam bentuk yang bermacam-macam. Bentuk ekstraktor vakum bermacam-macam inti ternyata kurang popular dalam pemakaiannya, karena banyak hambatan-hambatan teknik. Akhirnya pada tahun 1952-1954 Tage Malmstrom dari Gothenberg, Swedia menciptakan ekstraktor vakum yang setelah emngalami percobaan-percobaan dan modifikasi dalam bentuknya, sejak tahun 1956 menjadi sangat populer dipakai dalam klinik-klnik obstetrik sampai saat ini.
Bentuk dan Bagian-bagian Ekstraktor Vakum
1. Mangkuk (cup)
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum artifisialis. Dengan mangkuk inilah kepala diekstraksi. Diameter mangkuk : 3,4,5,6 cm. pada dinding belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator.
2. Botol
Tempat membuat tenaga negative (vakum). Apda tutup botol terdapat manometer, saluran menuju ke pompa pemghisap, dan saluran menuju ke mangkuk yang dilengkapi dengan pentil.
3. Karet Penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang
5. Pemegang (extraction handle)
6. Pompa Penghisap (vacuum pump)
III. Etiologi
Ibu
· Memperpendek kala II. misalnya: - Penyakit jantung kompensata
- Penyakit paru-paru fibrotik
· Waktu: kala II yang memanjang.
Janin à gawat janin (masih kontroversi)
Kontra Indikasi
Ibu
· Ruptura uteri membakat
· Pada penyakit-penyakit di mana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan, misalnya payah jantung, preeklamsia berat
Janin : Letak muka, After coming head,dan Janin preterm
Komplikasi Ekstraksi vakum
Ibu : Perdarahan, Trauma jalan lahir dan Infeksi
Janin
Ekskoriasi kulit kepala
Sefalhematoma
Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat.
Nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dpt menimbulkan alopesia.
Prosedur Ekstraksi Vakum
Ibu tidur dalam posisi lithotomi
Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum. Bila pada waktu pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri, dapat diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang amngkuk saja.
Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks. Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator.
Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga -0,2 kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : -0,7 sampai -0,8 kg/cm2. ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit. Denagn adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum artifisial (chignon).
Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit.
Bersamaan dengan timbulnya HIS, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini ahrus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan tangan kanan penolong.
Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kea rah muka penolong.
Traksi dilakukan terus selama ada HIS dan ahrus mengikuti puaran apksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis. Bila HIS berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermitten, bersama-sama dengan HIS.
Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya. Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas.
Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva.
Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal
Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali.
Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan:
a. Tenaga vakum terlalu rendah
b. Tenaga negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.
c. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencengkam dengan baik.
d. Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.
e. Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik
f. traksi terlalu kuat
g. cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.
h. adanya dispropporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi.
Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.
IV. Patofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep. Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intrakranial.
V. WOC (Terlampir)
VI. Terapi
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan postpartum biasa, hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat karena kemungkinan terjadinya komplikasi lebih besar, yaitu perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi. Oleh karena itu, perawatan setelah ekstraksi vacum memerlukan profilaksis pemberian infus sampai terjadi keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi otot rahim menjadi kuat, dan pemberian antibiotika untuk menghindari infeksi.
Pertimbangan Keperawatan
Dalam membantu wanita yang melahirkan melaluui penggunaan ekstraksi vacum, perawat berperan sebagai pendukung dan pendidik. Perawat dapat menyiapkan ibu untuk melahirkan dan mendorongnya untuk tetap aktif dalam proses melahirkan yakni dengan menganjurkan ibu untuk mendorong saat kontraksi. Denyut jantung janin juga harus sering dinilai selama prosedur tersebut. Setelah lahir, bayi harus diobservasi untuk melihat tanda infeksi pada tempat pemasangan mangkuk dan iritasi serebral (misalnya, akibat pengisapan yang buruk, ketidakberdayaan). Orang tua perlu diyakinkan bahwa kaput suksedaneum akan hilang setelah beberapa jam. Para tenaga perawatan neonatus harus menyadari bahwa bayi tersebut dilahirkan dengan ekstraksi vakum.
VII. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran dan TTV : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
Keadaan khusus (syarat-syarat ekstraksi vakum)
· Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pasa multigravida)
· Penurunan kepala janin (boleh) pada hodge II
· Kontraksi rahim dan tenaga mengejan.
Keunggulan dan Kerugian Ekstraksi Vakum
Keunggulan
· pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)
· tidak diperlukan narkosis umum
· mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang ahrus melalui jalan lahir
· ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap
· trauma pada kepala janin lebih ringan
Kerugian
· persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama
· tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.
· Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Usia :
Alamat : Pekerjaan :
No. Telp :
Suami :
Pekerjaan :
No. Telp :
2. Riwayat Kesehatan
a. RKD: Adanya riwayat abortus, SC pada persalinan sebelumnya
b. RKS: Distosia (kesulitan persalinan), Penyakit jantung, eklampsia, Fetal distres , Janin berhenti berotasi, Posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse, Ketidakmampuan mengejan, Keletihan, Kala II yang lama
c. RKK : Adanya penyakit keturunan (jantung)
d. Riwayat Obstetri
3. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
Eliminasi : Retensi urine, Makanan/cairan
Seksualitas : adanya laserasi servik uteri dan vagina
Pada janin/bayi
- DJJ sebelum forsep dipasang.
- DJJ sebelum traksi dipasang setelah forsep dipasang.
- Fraktur tengkorak, subdural hematoma, edema
- Perdarahan intrakranial
- Adanya lecet dan abrasi pada pemasangan bilah/laserasi kulit kepala
- Paralisis fasial
II. ANALISA DATA
NO
DATA PENUNJANG
MASALAH KEPERAWATAN
1.
DO:
- hipotensi
- peningkatan frekuensi nadi
- penurunan tekanan nadi
- urin menurun/terkonsentrasi
- penurunan pengisian vena
- perubahan mental
Kekurangan volume cairan
2.
DO:
- laserasi kemerahan
- adanya pus pada laserasi
- leukosit meningkat
Resti infeksi
3.
- adanya perdarahan
- adanya laserasi serviks uteri dan vagina
Resti cedera
4.
- meminta informasi
- pernyataan salah konsep
- perilaku berlebihan
Kurang pengetahuan
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.
2. Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap patogen.
3. Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.
4. Kurang pengetahuan.
IV. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa I : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.
Tujuan: Mendemonstrasikan kestabilan/perbaikan kseimbangan cairan.
Kriteria hasil:TTV stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan factor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (mis: laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amniotic, atau retensi janin mati selama lebih dari 5 mgg).
Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut; simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.
Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua tepat di atas simfisis pubis.
Perhatikan hipotensi atau takikardi, pelambatan pengisian kapiler, atau sianosis dasar kuku, membrane mukosa, dan bibir.
Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal, bila ada.
Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.
Pertahankan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien.
Pantau masukan dan haluaran; perhatikan berat jenis urin.
Hindari pengulangan / gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vaginal dan/atau rectal.
Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis.
Kaji terhadap nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.
Pantau klien dengan akreta plasenta (penetrasi sedikit dari miometrium dengan jaringan plasenta), HKK, atau abrupsio plasenta terhadap tanda-tanda KID.
Kolaborasi
Mulai infuse 1 atau 2 I.V. dari cairan isotonic atau elektrolit dengan kateter 18G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (missal: plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi:
- oksitosin, metilergononovin maleat, prostaglandin F2ά.
- Magnesium sulfat (MgSO4)
- Heparin
- Terapi antibiotic (berdasarkan pada kultur dan sensitivitas terhadap lokhia)
- Natrium bikarbonat.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
- Hb dan Ht
- Kadar pH serum
- Trombosit, FDP, fibrinogen, dan APTT.
- Pasang kateter urinarius indwelling.
Bantu dengan prosedur-prosedur sesuai indikasi:
- separasi manual dan penglepasan plasenta
- pemasangan kateter indwelling besar ke dalam kanal servikal.
- Penempatan kembali uterus atau tampon bila inverse kira-kira akan terjadi.
Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi, missal, penggalian/perbaikan untuk menutup sobekan, laserasi atau pelebaran episiotomi, evakuasi hematoma, dilatasi dan kuretase (D dan K), ligasi bilateral dari arteri hipogastrik, histerektomi sepraservikal, atau histerektomi abdominal segera.
Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.
Perkiraan kehilangan darah, arterial versus vena; dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian. (1 gram peningkatan berat pembalut sama dengan kira-kira 1ml kehilangan darah.
Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan di atas simfisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.
Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan pada TD tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30%-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan pengisian.
Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatklan aliran balik vena, menjamin persediaan darah ke otak dan organ vital lainnya lebih besar.
Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian di mana sensorium berubah dan atau intervensi pembedahan diperlukan.
Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar.
Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.
Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik.
Hematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.
Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan plasenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.
Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi pada adanya atoni.
Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MgSO4 memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual.
Bila cara-cara lain gagal, heparin dapat digunakan dengan kewaspadaan untuk menghentikan siklus pembekuan.
Antibiotik bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin diperlukan untuk infeksi disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.
Mungkin perlu untuk memperbaiki asidosis
Membantu dalam menentukan jumlah kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb.
Pada syok lama, hipoksia jaringan dan asidosis dapat terjadi sebagai respon terhadap metabolisme anaerobik.
Membantu menentukan beratnya masalah dan efek dari terapi.
Memberikan pengkajian lebih akurat terhadap fungsi ginjal dan perfusi relatif volume cairan.
Hemoragi berhenti bila fragmen-fragmen plasenta dilepaskan dan uterus berkontraksi, menutup sinus-sinus vena.
Beberapa pemeriksaan telah melaporkan keberhasilan dalam pengontrolan hemoragi yang disebabkan oleh implantasi plasenta ke dalam segmen servikal nonkontraktil dengan menempatkan kateter indwelling dalam kanal servikal dan mengisi balon dengan larutan salin 60 ml untuk bekerja sebagai tamponade.
Penempatan kembali uterus memungkinkan uterus berkontraksi, menutup sinus-sinus vena dan mengontrol perdarahan.
Perbaikan pembedahan terhadap lasersi/episiotomi, insisi/evakuasi hematoma, dan pengangkatan jaringan tertahan akan menghentikan perdarahan. Histerektomi abdominal segera diindikasikan untuk perlekatan plasenta abnormal.
Diagnosa 2 : Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap patogen
Tujuan : Bebas dari infeksi.
Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.
INTERVENSI
MASALAH KEPERAWATAN
Mandiri
Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya.
Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (mis. peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina.
Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam.
Kolaborasi
Lakukan persiapan kulit praoperatif, scruc sesuai protokol.
Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.
Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht), catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan.
Berikan antibiotik spektrum luas parenteral pada praoperasi.
Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial risiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk.
Infeksi dapat mengubah penyembuhan luka.
Menurunkan resiko infeksi asenden.
Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan risiko infeksi pascaoperasi.
Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
Risiko infeksi pasca-melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.
Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses infeksi, atau sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi.
Diagnosa 3: Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas,efek-efek obat/penurunan sensasi
Tujuan : Bebas dari cedera
INTERVENSI
MASALAH KEPERAWATAN
Mandiri
Lepaskan alat prostetik (mis, lensa kontak, gigi palsu/kawat gigi) dan perhiasan.
Tinjau ulang catatan persalinan, perhatikan frekuensi berkemih, haluaran, penampilan, dan waktu berkemih pertama.
Pantau haluaran dan warna urin setelah insersi kateter indwelling. Perhatikan adanya darah dan urin.
Kolaborasi
Dapatkan specimen urin untuk analisis rutin, protein, dan berat jenis.
Menurunkan resiko cedera kecelakaan.
Dapat menandakan retensi urin atau menunjukkan keseimbangan cairan atau dehidrasi pada klien yang sedanga bersalin.
Menunjukkan tingkat hidrasi, status sirkulasi dan kemungkinan trauma kandung kemih.
Risiko meningkat pada klien bila proses infeksi atau keadaan hipertensif ada.
Diagnosa 4: Kurang pengetahuan
Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi ekstraksi forsep/vakum.
Mengenali ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.
INTERVENSI
MASALAH KEPERAWATAN
Mandiri
Kaji kebutuhan belajar
Catat tingkat stress dan apakah prosedur direncanakan atau tidak.
Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana. Anjurkan pasangan untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pemahaman mereka.
Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap pilihan alternatif kelahiran.
Gambarkan prosedur sebelum tindakan dengan jelas, dan berikan rasional dengan tepat.
Berikan penyuluhan setelah tindakan, termasuk instruksi latihan kaki, batuk dan napas dalam.
Diskusikan sensasi yang diantisipasi selama melahirkan dan periode pemulihan
Metode kelahiran ini didiskusikan pada kelas persiapan melahirkan anak, tetapi banyak klien gagal untuk menyerap informasi karena ini tidak mempunyai makna pribadi pada waktunya. Klien yang mengalami lagi kelahiran melalui ekstraksi forsep/vakum tidak dapat mengingat dengan jelas atau memahami detil-detil melahirkan sebelumnya.
Mengidentifikasi kesiapan klien/pasangan untuk menerima informasi.
Memberikan informasi dan mengklarifikasi kesalahan konsep. Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman klien/pasangan terhadap situasi.
Perkiraan satu dari 5 atau 6 kelahiran melalui ekstraksi forsep/vakum, seharusnya dilihat sebagai alternative bukan cara yang abnormal, untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan maternal/janin.
Informasi memungkinkan klien mengantisipasi kejadian dan memahami alasan intervensi/tindakan.
Memberikan teknik untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan stasis vena dan pneumonia hipostatik.
Mengetahui apa yang dirasakan dan apa yang “normal” membantu mencegah masalah yang tidak perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Bedah Kebidanan.1989. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan.2006. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2. 2001. Jakarta:EGC.
Bobak. Buku Ajar Keperawatan Mataternitas, Edisi 4. 2004. Jakarta:EGC.
EKLAMSIA
1. Definisi
Eklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang serius, dan dapat dikarakteristikkan dengan adanya kejang. Biasanya eklamsia merupakan lanjutan dari pre- eklamsia walaupun kadang – kadang tidak diketahui terlebih dahulu. Definisi lain dari eklamsia adalah onset baru hipertensi gestasi yang diikuti dengan kejang grand mal (Zeeman, Fleckenstein, twickler,& Cunningham,2004), dan kejang pada pre-eklampsia yang tidak bisa dikaitkan dengan penyebab lain (Abbrescia & Sheridan,2003). Kejang pada eklampsia tidak berhubungan dengan kondisi otak dan biasanya terjadi setelah 20 minggu kehamilan.
2. Etiologi
Eklamsia dapat terjadi apabila pre-eklampsia tidak ditangani, sehingga penyebab dari eklampsia sama dengan penyabab pre-eklampsia. Ada beberapa factor resiko predisposisi tertentu yang dikenal, antara lain:
Status primigravida
Riwayat keluarga pre-eklamsia atau eklamsia
Pernah eklamsia atau pre-eklamsia
Suami baru
Usia ibu yang ekstrem (<> 35 tahun)
Sejak awal menderita hipertensi vascular, penyakit ginjal atau autoimun
Diabetes Mellitus
Kehamilan ganda
3. Manifestasi Kinis
Gejala dan tanda yang terdapat pada pasien eklamsia berhubungan dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain yaitu: Oliguria (kurang dari 400ml/24 jam atau urin tetap kurang dari 30 ml/jam, Nyeri Epigastrium, Penglihatan kabur, Dyspnea, Sakit kepala, Nausea dan Vomitting, Scotoma, dan Kejang.
Kebanyakan kasus dihubung-hubungkan dengan hipertensi dikarenakan kehamilan dan proteinuria tapi satu – satunya tanda nyata dari eklamsia adalah terjadinya kejang eklamtik, yang dibagi menjadi empat fase.
I. Stadium Premonitory
Fase ini biasanya tidak diketahui kecuali dengan monitoring secara konstan, mata berputar – putar ketika otot wajah dan tangan tegang.
II. Stadium Tonik
Segera setelah fase premonitory tangan yang tegang berubah menjadi mengepal. Terkadang ibu menggigit lidah seiring dengan ibu mengatupkan gigi, sementara tangan dan kaki menjadi kaku. Otot respirasi menjadi spasme, yang dapat menyebabkan ibu berhenti bernafas. Stadium ini berlangsung selama sekitar 30 menit.
III. Stadium Klonik
Pada fase ini spasme berhenti tetapi otot mulai tersentak dengan hebat. Berbusa, saliva yang bercampur sedikit darah pada bibir dan kadang – kadang bisa menarik nafas. Setelah sekitar dua menit kejang berhenti, menuju keadaan koma, tapi beberapa kasus menuju gagal jantung.
IV. Stadium coma
Ibu tidak sadar, suara nafas berisik. Keadaan ini bisa berlangsung hanya beberapa menit atau bahkan dpat menetap sampai beberapa jam.
4. Patofisiologi
Pada kehamilan normal, volume vascular dan cardiac output meningkat. Meskipun meningkat, tekanan darah tidak normal pada kehamilan normal. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena wanita hhamil menjadi resisten terhadap efek vasokonstriktor, seperti angitensin II. Tahanan vascular perifer meningkat karena efek beberapa vasodilator seperti prostacyclin (PGI2), prostaglandin E (PGE), dan endothelium derived relaxing factor(EDRF). Rasio tromboxan dan PGI2 meningkat. Tromboxane diproduksi oleh ginjal dan jaringan trophoblastic, menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi platelet.
Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah, yang akan merusak sel endothelial dan menurunkan EDRF. Vasokonstriksi juga akan mengganggu darah dan meningkatkan tekanan darah. Hasilnya, sirkulasi ke seluruh organ tubuh termasuk ginjal, hati, otak, dan placenta menurun.
Perubahan – perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut:
§ Penurunan perfusi ginjal menyebabkan penurunan glomerular filtration rate (GFR); sehingga urea nitrogen darah, kreatinin, dan asam urat mulai meningkat.
§ Penurunan aliran darah ke ginjal juga menyebabkan kerusakan ginjal. Hal ini menyebabkan protein dapat melewati membrane glomerular yang pada normalnya adalah impermeable terhadap molekul protein yang besar. Kehilangan protein menyebabkan tekanan koloid osmotic menurun dan cairan dapat berpindah ke ruang intersisial. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya edema dan penurunan volume intravascular, yang meningkatkan viskositas darah dan meningktanya hematokrit. Respon untuk mengurangi volume intravascular, angiotensin II dan aldosteron akan dikeluarkan untuk memicu retensi air dan sodium. Terjadilah lingkaran proses patologik: penambahan angiotensin II semakin mengakibatkan vasospasme dan hipertensi; aldosteron meningkatkan retensi carian dan edema akan semakin parah.
§ Penurunan sirkulasi ke hati mengakibatkan kerusakan fungsi hati dan edema hepatic dan perdarahan sibcapsular, yang dapat mengakibatkan hemorrhagic necrosis. Di manifestasikan dengan peningkatan enzim hati dalam serum ibu.
§ Vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan tekanan yang akan menghancurkan dinding tipis kapiler, dan perdarahan kecil cerebral. Gejala vasospasme arteri adalah sakit kepala, gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur, spot, dan hiperaktif reflek tendon dalam.
§ Penurunan tekanan koloid onkotik dapat menyebabkan bocornya kapiler pulmonal mengakibatkan edema pulmonal. Gejala primer adalah dyspnea
§ Penurunan sirkulasi plasenta mengakibatkan infark yang meningktakan factor resiko abruptio placentae dan DIC. Ketika aliran darah maternal melalui placenta berkurang, mengakibatkan pembatasan perkembangan intrauterine janin dan janin mengalami hipoksemia dan asidosis.
5. WOC (telampir)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Albuminuria : +2 atau +4
Proteinuria : (5 g dalam urine 24 jam atau +3 atau lebih pada dipstick)
Nitrogen urea darah (BUN) : kurang dari 10
Kreatinin serum : meningkat
Klirens kreatinin : 130-180
Trombositopenia : (Trombosit < name="TT7">ASUHAN KEPERAWATAN pasien Eklamsia
I. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Usia :
Alamat : Pekerjaan :
No. Telephone :
Suami :
Pekerjaan :
No.Telephone :
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu: Pernah mengalami pre-eklampsia, Pernah mengalami eklampsia, Hipertensi vascular, Diabetes Mellitus, Penyakit ginjal.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang: Kehamilan Ganda, Mola Hidatidosa, Nyeri kepala di daerah frontal, Penglihatan kabur, Scotoma, Muntah , Mual keras, Nyeri di epigastrium, Hiperrefleksia, Kejang, Dyspnea
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Ada keluarga yang juga mengalami pre – eklampsia
- Keluarga mengalami eklampsia
d. Riwayat Obstetri
G2 P1 H1 A0
Anak
Ke
Lahir
BB
Keluhan
Keterangan
1
Cecsio caesarea
2,5 kg
Anak lahir premature pada usia kehamilan 8 bulan
Ibu mengalami pre eklamsia
Riwayat menstruasi:
- Ibu pertama kali mendapatkan menstruasi pada umur 12 tahun
- Setelah 3 bulan menstruasi ibu mulai teratur, ibu tidak mengalami keluhan selama menstruasi
Riwayat KB: Ibu tidak menggunakan KB
Riwayat Konsumsi: Ibu menyukai makanan bergaram
3. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital : TD: Sistolik > 160 mmHg P: <> 110 mmHg S: 40oC
MAP: 160/110 = 127
N: <> Rabas vagina berair
Ø Cairan menetes secara berkala atau terpancar secara tiba-tiba
Ø Cairan terlihat pada introitus
Ø Tidak ada kontraksi dalam 1 jam
Amnionitis
Ø Rabas vagina berair dan berbau busuk setelah gestasi 22 minggu
Ø Demam/menggigil
Ø Nyeri abdomen
Ø Riwayat kehilangan cairan
Ø Nyeri tekan uterus
Ø DJJ cepat
Ø Pendarahan pervagina ringan
Vaginitis
Ø Rabas vagina berbau busuk
Ø Tidak ada riwayat kehilangan cairan
Ø Gatal
Ø Rabas berbusa / warna didih
Ø Nyeri abdomen
Ø Disuria
Kemungkinan persalinan term / preterm
Rabas vagina berair atau lendir bercampur darah
Ø Pembukaan dan pelunakan serviks
Ø Kontraksi
Hemoragik antepartum
Rabas vagina berdarah
Ø Nyeri abdomen
Ø Kehilangan pergerakan pada janin
Ø Pendarahan pervaginam
I. 5. Pemeriksaan Penunjang
o Letakan Pembalut pada vulva dan periksa pembalut tersebut (secara visual dan melalui baunya) satu jam kemudian
o Gunakan spekulum yang disinfeksi tingkat tinggi untuk pemeriksaan pervagina :
Ø Cairan dapat terlihat berasal dari servik atau membentuk genangan di forniks posterior.
Ø Minta ibu untuk batuk karena hal ini dapat menyebabkan cairan memancar.
o Pemeriksaan leukosit darah : > 15.000/mm3 bila terjadi infeksi ( N : 5000-9000), suhu > 38 oC, takikardi.
o Pemeriksaan nitrazin : bergantung pada fakta bahwa sekresi vagina dan urin bersifat asam sementara cairan amnion bersifat basa. Pegang satu lembar kertas nitrazin pada hemostat dan sentuhkan kertas tersebut ke genangan cairan di ujung spekulum. Perubahan warna kertas kuning menjadi biru menunjukan alkalinitas ( adanya cairan amnion). Darah dan beberapa infeksi vagina memberi hasil positif palsu.
o Amniosentesis
o USG : menentukan usia kehamilan dan indeks cairan amnion berkurang.
o Penentuan volume cairan ketuban bisa membantu dalam mengidentifikasi pasien dengan peningkatan resiko gawat janin.
o Pemeriksaan servik bila telah ada kontraksi yang sakit dan teratur.
I. 6. Terapi
Penatalaksanaan Umum :
- Konfirmasikan keakuratan perhitungan usia gestasi
- Gunakan spekulum yang disinfeksi tingkat tinggi untik mengkaji rabas vagina (jumlah, warna, bau ) dan singkirka diagnosa inkontinensia urine
- Jika terdapat pendarahan per-vagina dengan nyeri abdomen konstan, curigai terjadinya abrupsio plasenta
- Jika terdapat tanda-tanda infeksi ( demam, rabas vagina berbau busuk) berikan antibiotik
- Jika terdapat tanda-tanda infeksi dan kehamilan kurang dari 37 minggu (janin imatur) :
· Berikan anti biotik untuk mengurangi morbiditas ibu dan neonatus karena infeksi dan memperlambat pelahiran
# Eritromisin 250 mg per oral tiga kali sehari selama 7 hari
# Ditambah amoksilin 500 mg per oral tiga kali sehari selama 7 hari
· Pertimbangkan memindahkan beyi ke layanan yang paling tepat untuk perawatan bayi baru lahir jika mungkin
· Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk meningkatkan kematangan paru janin
· Lakukan induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin pada gestasi 37 minggu dan berikan antibiotik profilaksis untuk membantu mengurangi infeksi streptokokus pada neonatus walaupun ibu telah mendapatkan antibiotik sebelumnya.
· Jika kontraksi teraba dan terdapat rabas lendir bercampur darah, curigai terjadi persalinan preterem
- Jika terdapat tanda-tanda infeksi dan usia kehamilan 37 minggu atau lebih ( matur )
· Jika ketuban pecah lebih dari 18 jam, berikan penisilin atau ampisilin profilksis untuk membentu mengurangi infeksi streptokokus grup B pada neonatus. Jika terdapat tanda-tanda infeksi setelah pelahiran hentikan pemberian antibiotik
· Kaji servik :
# Jika kondisi servik baik ( lunak, tipis, membuka sebagian ) lakukan induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin
# Jika kondisi servik tidak baik ( keras, tebal, tertutup ), matangkan servik dengan menggunakan prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan janin melalui sesaria.
ASUHAN KEPERAWATAN KPD
1. Pengkajian
> Sirkulasi. Kehilangan darah yg keluar bersamaan dg rabasan vagina, .
Hipertensi, penyakit jantung seblumnya.
> Integritas Ego : Peka rangsang, sangat cemas dan ketakutan
> Makanan / cairan : Ketidak adekuatan nutrisi, mual / muntah
> Nyeri / Ketidaknyamanan :
Pengeluaran rabas vagina warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan dalam jumlah sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. Kemungkinan tidak ada kontraksi yang dapat diraba atau kontraksi yang dapat diraba. Dapat disertai demam > 38 oC.. Kontraksi uterus yang lemah ( his + atau his - ).
> Keamanan
Dilatasi servik, penurunan janin, dan prolap tali pusat
Kekeringan cairan ketuban.
Bayi praterm atau kecil untuk usia gestasi ( kemungkinan untuk persalinan cepat / Persalinan prematur ).
Janin dalam malposisi
Servik mungkin kaku/tidak siap
> Seksualitas
Primipara atau multipara
Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramion, gestasi multipel, janin besar . Peningkatan tekanan intrauterin
Infeksi genitalia
2. Pemeriksaan Diagnostik
Tes pranatal : dpt memastikan polihidramion, janin besar, gestasi multipel
Tes kontraksi : mengkaji keejahteraan janin
Ultrasound : Menentukan usia kehamilan dan indeks cairan amnion
Pemeriksaan jumlah sel leukosit darah: penentu terjadinya infeksi
Pemeriksaan spekulum: pengkajian rabas vagina ( jumlah, warna & bau )
Pemeriksaan Nitrazin : Penentuan sekresi vagina atau cairan amnion
3. Diagnosa Keperawatan
Ø Resti infeksi b. d Pe↑ pemajanan lingkungan, pecah ketuban amniotik
Ø Kerusakan pertukaran gas pada janin b. d kompresi mekanis kepala/tali pusat, penurunan perfusi plasenta.
Ø Resti infeksi thdp maternal b. d pemajanan patogen dan pecah ketuban.
Ø Resiko tinggi cidera pada janin b. d malpersentasi dan pencetus kelahiran,
Ø Resiko tinggi cidera pada maternal b. d obstruksi mekanis, penurunan otot dan keletihan maternal.
Ø Kerusakan pertukaran gas b. d ketidakadekuatan kadar surfaktan, imaturitas otot anteriol pulmonal dan imaturitas sistem saraf pusat (SSP).
Ø Gangguan rasa nyaman : nyeri b. d kejadian yang cepat, kontraksi otot kuat ; isu-isu psikologis.
Ø Berduka b. d kematian janin/byi
Ø Asientas ( ketakutan b. d krisis situasional, ancaman yang dirasakan pada klien/janin dan penyimpangan yang tidak diantisipasi dari harapan.
4. Intervensi Keperawatan
1. Resti infeksi b. d Pe↑ pemajanan lingkungan, pecah ketuban amniotik
Kriteria hasil : Bebas dari infeksi
Intervensi
Rasional
Mandiri
Berikan sebanyak mungkin privasi dalam kasus kelahiran diluar rumah sakit yang tidak direncanakan. Siapkan alas melahirkan yang bersih dengan menggunakan handuk bersih, pakaian yang dibalik,/koran yg tidak dipakai letakan dibawah bokong.
Cuci tangan, kenakan sarung tangan steril, tempatkn handuk seril dibawah bokong, semprotkan larutan povidon-iodin ( betadin ) ke perineum bila wkt memungkinkan di RS.
Bungkus tali pusat yang berada di vulva dengan kain hangat yg dilapisi plastik bila terjadi prolap tali pusat
Kolaborasi
Angkat kain penghalas / koran bila basah
Catat waktu pecah ketuban. Perhatikan jumlah dan warna darinase.
Menurunkan kemungkinan kontaminasi
Menurunkan kemungkinan infeksi pasca melahirkan.
Untuk menghindari terpajanya dengan kuman patogen.
Menghambat media yang dapat mendukung pertumbuhan patogen
Pecah ketuban dapat meningkatkan resiko infeksi asenden. Karakteristik drainase dapat menandakan adanya infeksi.
2. Resti cidera pada janin b. d malpersentasi, pencetus kelahiran. Dan KPD
Tujuan : Berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan menurunkan faktor resiko yang teridentifikasi.
Kriteria hasil : menunjikan denyut jantung janin ( DJJ ) batas normal
Intervensi
Rasional
Mandiri
Kaji DJJ secara manual/elektronik. Perhatikn variablitas, perub periodik, dan frekuensi dasar. Bila pada pusat kelahiran alternatif (PKA), periksa irama jantung janin antara kontraksi dg menggunakan doptone. Jlhkn slm 10 mnt, istirahatkan slm 5 mnt dan jlhkn lg 10 mnt. Lanjutkan pola ini spanjang kontraksi sampai prtengahn dian-taranya dan setelah kontraksi.
Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia.
Identifikasi faktor-faktor maternal dehidrasi, asidosis, asientas atau sindrom vena kava.
Kolaborasi
Perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi 2 mnt atau kurang.
Kaji malposisi dengan menggunakan manuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal (lokasi fontanel dan sutura kranial). Tinjau ulang hasil ultrasonografi.
Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna vetebralis iskial.
Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi pada klien PKA.
Siapkan untuk metode melahirkan yang palin layak, bila janin pada persentase kening, wajah atau dagu.
Kaji terhadap henti transversa dalam dari kepala janin.
Biarkan klien memilih posisi tangan dan lutut atau posisi sim lateral pada sisi berlawanan di mana oksiput janin diarahkan bila janin pada posisi Op.
Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
Observasi terhadap prolap tali pusat samar atau dapat dilihat bila pecah ketuban dan untuk deselerasi variabel pada strip pemantauan, khususnya bila janin pada persentasi bokong.
Perhatikan bau perubahan warna cairan amnion pada pecah ketuban lama.
Dapatkan kultur bila temuan abnormal.
Berikan antibiotik pada klien sesuai indikasi.
Siapkan untuk melahirkan pada posisi posterior, bila janin gagal memutar dari op ke oa ( wajah ke pubis). Sedangkan penggunaan ganda forsep dapat digunakan untuk memutar dan melahirkan janin.
Siapkan untuk melahirkan sesar bila persentasi bokong terjadi, janin gagal turun, kemajuan persalinan berhenti atau teridentifikasi CPD.
Mendeteksi respon abnormal, seperti variabelitas yang dilebih-lebihkan, bradikardi dan takikardi yang mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asodosis atau sepsis
Tekanan istirahat >30mmHg / tekanan kontraksi >50mmHg menurunkan/ mengganggu oksigenasi dlm ruang intravilos.
Kadang-kadang, prosedur sderhana (spt membalikan klien ke posisi rekumben lateral) meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen ke uterus dan plasenta serta mencegah/memperbaiki hipoksia janin.
Kontraksi yg terjadi tiap 2 mnt kurang tidak mungkinkan Oksigenasi adekuat dari ruang intravilos
Menentukan pembaringan janin, posisi, dan persentasi dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
Penurunan yang kurang dari 1 cm/jam untuk primipara tau kurang 2 cm/jam untuk multipara, dapat menandakan KPD atau mal posisi.
Resiko cidera atau kematian janin meningkat dengan melahirkan pervaginam bila persentasi verteks
Persentasi ini meningkatkan resiko KPD, karena diameter lebih besar dari tengkorak janin masuk ke pelvis .
Kegagalan verteks untuk memutar penuh dari posisi oksiput posterior ke posisi oksiput anterior dapat mengakibatkan posisi transversa, penghentian persalinan dan kebutuhan kelahiran sesaria.
Posisi ini mendorong pemutaran anterior dengan memungkinkan kolumna vetebralis janin turun ke arah anterior dinding abdomen klien (70 % janin pada posisi OP memutar secara spontan).
Kelebihan volume amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan yang dihubungkan dengan anomali janin. Cairan amnion mengandung mekonium pada persentasi verteks diakibatkan dari hipoksia yang menyebabkan stimulasi vagal dan relaksasi sfingter anal. Tidak adanya karakteristik cairan amnion mewaspadakan staf terhadap potensial kebutuhan bayi baru lahir.
Prolap tali pusat lebih memungkinka terjadi pada persentase bokong, karena begian perentase tidak menonjol kuat, juga tidak secara total memblok tulang seperti pada presentase verteks.
Infeksi asenden dan sepsis disertai dengan takikardi dapat terjadi pada pecahan ketuban lama.
Mencegah/ mengatasi infeksi asenden dan akan melindungi janin juga.
Melahirkan dalam posisi posterior mengakibatkan insiden lebih tinggi dari laserasi maternal. Melahirkan dengan menggunakan aplikasi ganda forsep.
.
3. Kerusakan pertukaran gas pada janin b. d kompresi mekanis kepala/tali pusat, penurunan perfusi plasenta.
Tujuan : - Mempertahankan kontrol pernafasan
- Menggunakan posisi yang meningkatkan aliran balik vena/ sirkulasi plasenta.
Kriteria hasil : Bebas dari variabel atau deselerasi lanjut dengan DJJ DBN
Intervensi
Rasional
Mandiri
Kaji station janin, dan posisi. Bila janin pada posisi posterior oksiput, tempatkan klien menyamping.
Posisikan klien pada rekumben lateral atau posisi tegak atau miring dari sisi ke sisi sesuai indikasi
Hindari menempatkan klien pada posisi dorsal rekumben
Kaji pola pernafasan klien. Perhatikan laporan sensasi kesemutan dari wajah atau tangan, pusing atau spasme karpopedal.
Kaji DJJ, dengan fetoskop atau monitor janin, selama dan setelah setiap kontraksi atau upaya mendorong
Pantau perubahan periodik DJJ terhadap deselerasi berat, sedang atau lama. Perhatikan adanya deselerasi variabel atau lambat.
Perhatikan variabilitas DJJ jangka pendek dan jangka panjang
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan vagina steril, rasakan prolap. Bila prolap ada, angkat verteks dari tali pusat.
Pindahkan pada lingkungan perawatan akut, bila klien pad pusat kelahiran alternatif.
Pantau DJJ secara elektronik dengan lead internal. Bila bradikardi berat, muncul deselerai lambat atau deselerasi variabel lama :
· Posisikan klien pada posisi miring kiri, tingkatkan cairan IV biasa.
· Berikan Oksigen pada klien
· Bantu sesuai kebutuhan pada pengambilan sampel kulit kepala janin intermiten
· Siapkan untuk intervensi bedah bila kelahiran spontan pervaginam atau melahirkan dengan forsep tidak memungkinkan
Janin sangat rentan pada bradikadi dan hipoksia, yang dihubungkan dengan stimulasi vagal selama kompresi kepala. Malpresentasi seperti wajah, dagu atau kening dapat memperlambat persalinan dan meningkatkan resiko terhadap hipoksia dan kemungkinan perlunya kelahiran sesaria. Posisi posterior meningkatkan durasi persalinan. Posisi rekumben lateral memudahkan rotasi dari posisi posterior oksiput ke posisi anterior oksiput.
Meningkatkan perfusi plasenta, mencegah sindrom hipotensif supine, dan memindahkan tekanan dari bagian presentasi dari tali pusat, meningkatkan oksigenasi janin menperbaiki pola DJJ
Menimbulkan hipoksia dan asidosis janin, menurunkan dasar variabilitas dan sirkulasi plasenta.
Mengidentifikasi pola pernafasan tidak efektif. Pada awalnya, hiperventilasi mengakibatkan alkalosis respiratorik dan meningkatkan PH serum, menuju akhir persalinan, pH turun dan asidosis terjadi karena asam laktat yang dibentuk dari aktivitas miometrik
Deselerasi dini karena stimulasi vegal dari kopresi kepala harus kembali pada pola dasar diantara kontraksi
Deselerasi variabel meandakan hipoksia karena kemungkinan terjebaknya tali pusat atau pada tali pusat nukal atau pendek.Deselerasi lambat menandakan insufisiensi uteroplasenta, yang tidak boleh dizinkan bila menetap selama lebih dari 30 ment.
Rata-rata perubhan denyut per denyut harus direntang dari 6 sampai 10 dpm, menandakan integritas SSP janin.
Peninggian verteks membantu membebaskan tali pusat, yang dapat ditekan diantara bagian presentasi dan jalan lahir.
Pada kasus bradikardi atau penurunan variabilitas DJJ, pemantauan lebih invasif, peralatan perawatan akut atau kelahiran sesaria dapat dilakukan.
Pemantauan elektronik memungkinkan pengkajian akurat dan kontiniu. Elektroda kulit kepala langsung secara akurat mendeteksi respon janin abnormal dan penurunan pada variabilitas denyut per denyut.
Meningkatkan volume darah sirkulasi ibu dan perfusi plasenta
Meningkatkan ketersediaan oksigen sirkulasi untuk ambilan janin. Selama tahap persalinan ini, naiknya proses metabolik meningkatkan konsumsi O2 dua kali kadar nomal.
Menentukan kecendrungan pada status asam basa janin. Selama tahap persalinan ini naiknya proses metabolik meningkatkan konsumsi O2 dua kali kadar normal.
Cara kelahiran yang cepat harus diimplementasikan bila janin mengalami hipoksia atau asidosis berat atau tidak pulih.
I. Defenisi
Induksi persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses kelahiran (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.
II. Etiologi
Induksi persalinan dilakukan karena:
Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :
Pertumbuhan janin makin melambat.
Terjadi perubahan metabolisme janin.
Air ketuban berkurang dan makin kental.
Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan lewat waktu perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir menuju well born baby dan well health mother dapat tercapai.
Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu terkena infeksi serius, atau menderita diabetes.
Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetik sebelumnya. Meliputi:
Aborsi spontan(berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan).
Hipertensi akibat kehamilan, mengkibatkan terjadinya preeklamsi dan eklamsi.
Hidramnion.
Infeksi, terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius; infeksi ini bersifat serius karena dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan ketoasidosis.
Ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni saat efek diabetogenik pada kehamilan yang paling besar karena resistansi insulin meningkat.
Dapat mengancam kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi, mengakibatkan cacat bawaan
Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin.
Membran ketuban pecah sebelum adanya tanda-tanda awal persalinan (ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. Temperatur ibu dan lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua jam) untuk penemuan dini infeksi setelah ketuban ruptur.
Mempunyai riwayat hipertensi.
Gangguan hipertensi pada awal kehamilan mengacu berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil.
Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang ditandai dengan hemokosentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Tanda dan gejala dari preeklamsi ini timbul saat masa kehamilan dan hilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Kira-kira 85% preeklamsia ini terjadi pada kehamilan yang pertama. Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh darah otak, gangguan penglihatan (skotoma), perubahan kesadaran mental dan tingkat kesadaran.
Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa didahului ganguan neurologis.
Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama masa hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia atau hipertensi kronis lainnya.
Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam minggu pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis.
Indikasi pokok untuk induksi persalinan:
1. Untuk janin yang masih dalam kandungan, pertimbangannya adalah kondisi ekstrauterin akan lebih baik daripada intrauterin, atau kondisi intrauterin tidak lebih baik atau mungkin membahayakan.
2. Untuk ibu, pertimbangannya adalah menghindari/mencegah/mengatasi rasa sakit atau masalah-masalah lain yang membahayakan nyawa ibu.
Indikasi janin, misalnya: kehamilan lewat waktu (postmaturitas), inkompatibilitas Rh. Pada saat usia kehamilan postmatur, diatas 10 hari lebih dari saat perkiraan partus, terjadi penurunan fungsi plasenta yang bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin (gangguan sirkulasi uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin). Indikasi ibu, misalnya: kematian janin intrauterin. Indikasi ibu dan janin, misalnya, preeklamsia berat.
Kontra indikasi induksi persalinan antara lain adalah:
Bagi ibu
Plasenta previa.
Grande multipara.
Infeksi herpes genital aktif.
Riwayat insisi uterus klasik atau bedah uterus.
Distensi rahim yang berlabihan, misalnya pada hidramnion.
Bagi bayi
Disproporsi sefalopelvis.
Malposisi dan malpresentasi janin.
Denyut janung janin yang meragukan.
III. Manifestasi klinis
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian dilakukan operasi caesar.
IV. Patofisiologi
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal.
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen (< href="http://www.medicastore.com/">http://www.medicastore.com/. Kehamilan Beresiko Tinggi. Diakses tanggal 7 September 2007.
http://www.ayahbunda-online.com/. Kelahiran. Diakses tanggal 7 September 2007.
http://www.conectique.com/. Persalinan Normal dengan Induksi. Diakses tanggal 7 September 2007.
http://www.info-sehat.com/. Tipe persalinan dengan Bantuan?. Diakses tanggal 7 September 2007.
Yulianti, Devi. 2005. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta. EGC.
WOC
Plasenta menua
pe↓ jlh air ketuban
Pasokan maknan&O2↓
oligihidramnion
Gerakan janin terbatas
Tganggu proses ptumbuhan
Aliran darah-plasenta b’ubah
Kehamilan lewat waktu
Hipoksia janin
asfiksia
INDUKSI PERSALIAN
Sindrom gawat nafas
MK: resti krusakan ptukaran gas pd janin
Ketuban pecah dini
infeksi
Masuknya MO ke kantong amnion
Amnionitis dan plasentitis
Ketuban tlalu tipis
Pecah
Kontraksi belum tjadi
Amniotomi/ infuse oksitosin
Ibu mrasa t’ancam
MK:cemas
cemas
P’berian oksitosin
pe↑ kontraksi uterus blebihan
MK:nyeri
Hipertensi
pe↑ TD
pe↓ perfusi plasenta
Vasokontriksi pemb.darah
Ppindahan cairan intravaskuler ke intrasel
Lesi arteri uretroplasenta
Kontraksi uterus me↓
Rupture uterus
MK: resiko cidera
SEKSIO CAESAREA
I. Defenisi
Adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi)..(dunn j. Leen obstetrics and gynekology)
II. Etiologi
Ini biasanya dilakukan jika ada gangguan pada salah satu dari tiga faktor yang terlibat dalam proses persalinan yang menyebabkan persalinan tidak dapat berjalan lancar dan bila dibiarkan maka dapat terjadi komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin. 3 faktor tersebut adalah :
o Jalan lahir (passage)
o Janin (passanger)
o Kekuatan yang ada pada ibu (power)
III. Indikasi
Didasarkan atas 3 faktor :
Faktor janin.
Bayi terlalu besar
Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada ibu yang berbeda maka tindakan persalinan yang dilakukan juga berbeda. Misalnya untuk ibu yang mempunyai panggul terlalu sempit, berat janin 3000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat melewati jalan lahir. Selain janin yang besar, berat janin kurang dari 2,5 kg, lahir prematur, dan dismatur, atau pertumbuhan janin terlambat , juga menjadi pertimbangan dilakukan seksiocaesarea.
Kelainan letak
- Letak sungsang.
Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada persalinan alami diperkirakan 4x lebih besar dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa menit, akibat penurunan kepala menyesuaikan dengan panggul ibu, padahal hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kedua, persalinan yang dipacu dapat menyebabkan trauma karena penekanan, traksi ataupun kedua-duanya. Misalnya trauma otak, syaraf, tulang belakang, tulang rangka dan viseral abdomen.
- Letak lintang.
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir, panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa, cairan ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu lama, mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.
Gawat janin
Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan oksigen (hipoksia) yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan seksio caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan neurologis akibat keadaan asidosis yang progresif.
Janin abnormal
Misalnya pada keadaan hidrosefalus, kerusakan Rh dan kerusakan genetik.
Plasenta
- Plasenta previa.
Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebahgian dan atau seluruh jalan lahir. Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahit lebih dahulu dari janin. Hal ni menyebabkan janin kekurangan O2 dan nutrisi yang biasanya diperoleh lewat plasenta. Bila tidak dilakukan SC, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada tempat implantasi plasenta sehingga serviks dan SBR menjadi tipis dan mudah robek.
- Solusio plasenta
Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum janin lahir. SC dilakukan untuk mencegah kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban pada janin. Terlepasnya plasenta ditandai dengan perdarahan yang banyak, baik pervaginam maupun yang menumpuk di dalam rahim.
- Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika sisa plasenta yang menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika banyak perlu dilakukan pengangkatan rahim.
- Yasa previa
Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila dilewati janin dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
Kelainan tali pusat.
- Pelepasan tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan dimana tali pusat berada di depan atau di samping bagian terbawah janin, atau tali pusat telah berada dijalan lahir sebelum bayi, dan keadaan bertambah buruk bila tali pusat tertekan.
- Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin akan berbahaya jika kondisi tali pusat terjepit atau terpelintir sehinggga aliran oksigen dan nutrisi ketubuh janin tidak lancar. Lilitan tali pusat mengganggu turunnya kepala janin yang sudah waktunya dilahirkan.
Bayi kembar
Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi misalnya terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan ketuban yang berlebihan.
Faktor ibu
Usia
Ibu ynag melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35th, memiliki resiko melahirkan dengan seksiocaesarea karena pada usia tersebut ibu memiliki penyakit beresiko seperti hipertensi, jantung, DM, dan preeklamsia.
Cephalopevic disspiroprion.
Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin menimbulkan kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul sempit lebih sering pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih, PAP dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau diameter transversal <12>6 minggu solusio plasenta, dan emboli air ketuban.
¨ Retensio plasenta atau plasenta rest, :gangguan pelepasan plasenta menimbulakan perdarahan dari tempat implantasi palsenta
b. Infeksi
Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila didahului oleh :
Keadaan umum yang kurang baik: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi intra-uterin, sudah terdapat infeksi.
Perluakaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri.
Terdapat retensio plasenta
Pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis.
c. Trauma tindakan operasi persalinan .
Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan dijabarkan sebagai berikut :
· Perluasan luka episiotomi
· Perlukaan pada vagian
· Perlukaan pada serviks
· Perlukaan pada forniks-kolfoporeksis
· Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap
· Terjadi fistula dan ingkontinensia
2. Komplikasi pada janin
Terjadi ”trias komplikasi” bayi dalam bentuk : asfiksia, trauma tindakan, dan infeksi.
a. Asfiksia
¨ Tekanan langsung pada kepala yang mengakibatkan penekanan pusat-pusat vital pada medula oblongata
¨ Aspirasi oleh air ketuban, mekonium,dan cairan lambung
¨ Perdarahan atau edema jaringan saraf pusat.
b. Trauma langsung pada bayi
¨ Fraktura ekstremitas
¨ Dislokasi persendian
¨ Ruptur alat-alat vital :hati, lien dan robekan pada usus.
¨ Fraktur tulang kepala
¨ Perdarahan atau trauma jaringan otak
¨ Trauma langsung pada mata, telinga, hidung, dan lainnya.
c. Infeksi. Dapat terjadi infeksi ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan kematian.
Asuhan keperawatan pada klien post natal dengan SC
I. Pengkajian
1. Identitas klien : nama, umur, tempat/tangal lahir, alamat, pekerjaan.
2. Riwayat kesehatan sekarang
· Nyeri bekas insisi
· Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah karena anestesi spinal dan epidural
· Ketidaknyamanan atau distensi abdomen dan kandung kemih
· Mulut terasa kering
· Perasaan penuh pada abdomen
· Kesulitan BAB
· Nyeri/ sakit kepala dan kelemahan
· Klien merasa cemas, gelisah, gembira atau ekspresi lainnya.
3. Riwayat kesehatan dahulu
§ Riwayat pada saluran urogenital
§ Riwayat SC klasik
§ Riwayat obstetri yang jelek
§ Riwayat pre-eklamsia dan eklamsia selama kehamilan dan kehamilan sebelumnya
§ Riwayat tumor jalan lahir
§ Riwayat stenosis serviks / vagina pada post partum terdahulu
§ Riwayat primigravida tua
4. Riwayat kesehatan keluarga
o Riwayat DM
o Riwayat penyakit menular dalam keluarga
5. Riwayat menstruasi
o Siklus menstruasi
o Lama menstruasi
o Gangguan menstruasi seperti dismenorhea, hipermenorhea dll
o Umur menarche
6. Riwayat perkawinan
o Riwayat menikah
o Riwayat waktu pertama kali mendapat keturunan
7. Riwayat keluarga berencana
o Alat kb yang digunakan
o Lama & waktu penggunaan
o Efek yang dirasakan
Pemeriksaan fisik:
Tanda-tanda vital :tekanan darah, suhu, pernafasan dan nadi.
Keadaan umum. Kesadaran : composmentis
§ Klien terlihat cemas dan gelisah dan tidak mampu mempertahankan kontak mata, Bibir/ mulut kering
Sirkulasi : Kehilangan darah selama pembedahan sekitar 600-800 ml.
Reproduksi : Fundus mengalami kontraksi yang terdapat di umbilikalis, Aliran lochea sedang, bekas bekuan belebihan/ banyak.
Pernafasan : Bunyi paru jelas dan vesikuler
Eliminasi : Terpasang kateter urinarius redweling, urin jernih.
Abdomen : Tidak terdapat distensi, ukur jumlah bising usus.
Neurosensori : Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah pengaruh anestesi spinal dan epidural
Keamanan : Balutan abdomen bersih atau bisa tampak sedikit noda .
Pemeriksaan diagnostik: 1. Hitung darah lengkap, Hb, Ht.
2. Urinalisis :kultur urin, darah, vagina, lochea.
II. Diagnosa keperawatan
Ketidaknyamanan : nyeri b.d trauma pembedahan, afek anestasi, efek hormonal, distensi kandung kemih / abdomen.
Resiko infeksi b.d prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen.
Resiko cidera b.d kehilangan darah berlebihan, trauma jaringan, perlambatan mobilisasi, gastrik, efek anastesi,.
Ansietas b.d krisis situasi, ancaman konsep diri, kbutuhan tak terpenuhi.
Perubahan eliminasi urin b.d trauma urogenotal, efek-efek hormonal, efek enestasi
Konstipasi b.d penurunan tonus otot, motilitas usus, nyeri perineal dan rektal.
Perubahan proses keluarga b.d penambahan jumlah anggota keluarga
Harga diri rendah b.d merasa gagal dalam peristiwa kehidupan.
III. Intervensi keperawtan
Dx. 1 Ketidaknyamanan: nyeri b.d trauma pembedahan, efek anestesi, efek hormonal, distensi kandung kemih/abdomen.
Tujuannya : mengurangi nyeri yang dirasakan pasien dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan penurunan rentang nyeri
2. Tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan baik.
3. Ttv dalam batas normal
No
Intervensi mandiri
Rasional
1
Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan. Perhatikan isyarat verbal&nonverbal
Membedakan karakteristik pasca operasi dan terjadinya komplikasi
2
Evaluasi tekanan darah dan nadi
Nyeri dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi
3.
Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya nyeri penyerta
Selama 12 jam pp, kontraksi uterus kuat dan teratur dan berlanjut sampai 2-3 hari, meskipun frekuensi dan intensitasnya menurun secara bertahap. Nyeri penyerta akibat over kontraksi uterus, menyusui.
4.
Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya dan berikan masase pungung
Merilekskan dan mengalihkan perhatian ari sensasi nyeri
5.
Palpasi kandung kemih
Overdistensi kandung kemih dapat menimbulkan ketidaknyamanan.
6.
Anjurkan posisi berbaring datar
Merinagnkan gejala sakit kepala akibat peningkatan tekanan css
Intervensi kolaborasi
7.
Beri analgesik setiap 3-4 jam, berikan obat 48-60 menit sebelum menyusui
Meningkatkan kenyamanan
8.
Tinjau ulang penggunaan analgetik terkontrol dan sesuai indikasi
Analgetik yang terkontrol dapt menghilangkan nyeri dengan cepat dan tanpa efek samping
Dx 2. Resiko infeksi b.d prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen.
Tujuan :
infeksi tidak terjadi pada ibu
pencapaian tepat waktu pada pemulihan luka tanpa komplikasi
No
Intervensi mandiri
Rasional
1.
Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Resiko korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga meningkatkan resiko infeksi ibu dan janin.
2.
Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya: peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).
Pecah ketuban terjadi 24jam sebelum pembedahan dapat menyebabkan amnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
3.
Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah.
Menurunkan resiko infeksi asenden.
Intervensi kolaborasi
4.
Lakukan persiapan kulit pra operatif, scrub sesuai protokol.
Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan resiko infeksi pasca operrasi.
5.
Dapatka kultur darah, vagina, plasenta sesuai indikasi.
Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
6.
Catat hb, dan ht, catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan.
Resiko infeksi pasca melahirkan dan
EKSTRAKSI FORSEP/CUNAM
I. Definisi
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang dikepalanya.
Forsep mempunyai sejarah yang panjang. Mulai dengan penemuan Albucasis pada tahun 1112, yang lengkungannya mempunyai gigi, sehingga hanya dipakai untuk janin yang telah amti. Selanjutnya Chamberlein pada abad 17 menemukan forsep yang hanya mempunyai lengkungan kepala saja. Forsep Chamberlein dikembangkan oleh Kiellan. Lengkungan pelvis dikembangkan oleh Levret pada tahun 1747 dan Smellie tahun 1751 dan selanjutnya disempurnakan menjadi forsep Naegle.
Prinsip forsep adalah:
Kedua daun forsep dapat dipisahkan, kanan dan kiri.
Terjadi persilangan saat mengunci.
Setiap daun forsep mempunyai:
Blade-pemegang kepala dengan pintunya
Tangkai
Kunci
Pemegang untuk melakukan tarikan
Daun forsep mempunyai:
Lengkungan kepala untuk menjepit.
Lengkungan pelvis sesuai denngan jalan lahir.
Bentuk kuncinya
Sistem Inggris tanpa menyangga, dapat bergeser.
Sistem Prancis, dengan penyangga, tidak mungkin bergeser.
Fungsi forsep
Fungsi forsep yang sampai sekarang masih berlaku ialah:
1. Esktraktor
2. Rotator
3. Ekstraktor dan rotator bersama-sama
Pemilihan jenis cunam yang akan dipakai hendaknya disesuaikan dengan fungsi cunam
Tujuan pertolongan persalinan forsep:
Melakukan putaran sehingga hipomoklion terletak pada posisi yang tepat
Tarikan untuk pertolongan persalinan
Bentuk dan bagian-bagian forsep
Sepasang cunam terdiri dari 2 sendok, yaitu sendok kiri dan sendok kanan. Sendok kiri ialah sendok yang dipegang oleh tangan kiri dan diletakkan dis ebelah kiri panggul ibu. Sendok kanan ialah sendok yang dipegang oleh tangan kanan dan diletakkan dise belah kanan panggul ibu.
Sendok cunam mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
a. Daun cunam.
Bagian yang dipakai untuk mencengkam kepala janin. Umumnya mempunyai 2 lengkungan, yaitu lengkungan panggul (pelvic carve) ialah lengkungan daun cunam yang sdisesuaikan dengan lengkungan panggul dan lengkungan kepala (chepalic curve) ialah lengkungan daun cunam yang disesuaikan dengan lengkungan kepala janin.
Contoh daun cunam yang mempunyai lengkungan panggul dan hanya mempunyai lengkungan kepala saja, yaitu pada cunam Kielland.
Daun cunam dapat berlubang (fenstra) misalnya cunam Simpson dan cunam Naegele, dan solid, misalnya cunam Tucker Mc. Lane. Daun cunam yang solid dapat mencekam kepala lebih kuat.
b. Tangkai cunam (shank)
Bagian antara daun dan kunci cunam. Terdiri 2 macam : tangkai terbuka dan tangkai tertutup
c. Kunci cunam (lock). Terdiri dari:
Kunci Prancis : tangkai cunam dipersilangkan kemudian disekrup.
Kunci Inggris : kedua tangkai cunam disilangkan dan dikunci dg cara kait mengkait (interlocking) misalnya cunam Naegele.
Kunci Jerman : bentuk kunci cunam yang merupakan kombinasi antara bentuk kunci Perancis dan kunci Inggris, misalnya cunam Simpson.
Kunci Norwegia : bentuk kunci cunam yang dapat diluncurkan (slidinglock) misalnya cunam Kielland.
d. Pemegang cunam (handle)
Bagian yang dipakai memegang pada waktu ekstraksi.
Jenis forsep berdasarkan bentuknya :
Tipe Simpson
Bentuk cunam ini mempunyai tangkai cunam yang terbuka, sehingga lengkungan kepala lebih mendatar dan lebih besar. Bentuk cunam ini baik untuk kepala janin yang sudah mengalami moulase.
Tipe Elliot
Bentuk tipe cunam ini mempunyai tangkai yang tertutup, sehingga lengkungan kepala lebih bundar dan lebih sempit. Cunam jenis ini baik untuk kepala yang bundar dan belum mengalami moulase.
Tipe khusus
Ada bentuk khusus cunam, misalnya: cunam Piper yang dipakai untuk melahirkan kepala janin pada letak sungsang.
II. Etiologi
Melakukan tindakan ekstraksi forsep perlu memperhitungkan petunjuk (indikasi) yang tepat, sehingga komplikasinya ringan. Indikasi pertolongan ekstraksi forsep adalah:
Indikasi Ibu
Persalinan distosia (kemacetan persalinan)
· persalinan terlantar
· rupture uteri imminen
· kala dua lama
Profilaksis penyakit sistemik ibu: Gestosis, Hipertensi, Penyakit jantung, Penyakit paru-paru.
Indikasi Bayi
a. Distres janin
b. Kedudukan ganda kepala dengan:
· Anggota badan (ekstremitas)
· Prolapsus funikuli
Indikasi Waktu
Indikasi Pinard : 2 jam mengejan tidak lahir
Modifikasi Remeltz
· Setelah kepala di dasar panggul diberikan 5 unit oksitosin
· Tunggu 1 jam tidak lahir dilakukan ekstraksi forsep
Tindakan Pertolongan Persalinan Forsep
Bentuk persalinan forsep dapat dibagi menjadi:
Forsep rendah
· dilakukan setelah kepala bayi mencapai Hodge III atau lebih
· kepala bayi mendorong perineum, forsep dilakukan dengan ringan disebutkan outlet forsep
Forsep tengah
· pada kedudukan kepala antara Hodge II/III
· salah satu bentuk forsep tengah adalah forsep percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forsep berat, membuktikan terdapat disproporsi kepala-panggul. Forsep percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vakum.
Forsep tinggi
· dilakukan pada kedudukan kepala di antara Hodge I/II
· forsep tinggi sudah diganti dengan seksio sesarea
Aplikasi Ekstraksi Forsep
Persiapan
a. Persiapan untuk ibu
Posisi lithotomic
Rambut vulva dicukur
Kandung kemih dan rectum dikosongkan
Desinfeksi vulva
Infuse bila diperlukan
Narcosis bila diperlukan
Kain penutup pembedahan
Gunting episiotomi
Alat-alat untuk menjahit robekan jalan lahir
Uterotonika
b. Persiapan untuk janin
Alat-alat pertolongan persalinan
Alat penghisap lendir
Oksigen
Alat-alat untuk resusitasi bayi
c. Persiapan untuk penolong
1. Mencuci tangan
2. Sarung tangan suci hama
3. Baju operasi suci hama
Prosedur
Untuk meningkatkan keamanan operasi ekstraksi forsep hanya pada letak belakang kepala dalam operasi forsep rendah. Daun forsep dipasang melintang terhadap kepala dan melintang terhadap jalan lahir.
Aplikasi forsep dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Operator membayangkan pemasangan daun forsep melintang terhadap kepala bayi dan melintang terhadap jalan lahir.
2. Daun forsep kiri dipasang di sebelah kiri penderita dan dipegang oleh tangan kiri.
3. Pemasangan daun forsep kanan dengan tangan kanan dan dipasang di sebelah kanan penderita.
4. Teknik pemasangan daun forsep sebagai berikut:
· Dua jari tangan kanan masuk vagina sedalam mungkin
· Forsep dipegang tangan kiri seolah-olah memegang pensil, dengan gagang forsep berada di atas pelipatan paha.
· Daun forsep dipasang dengan tuntutan dua jari kanan
· Daun forsep didorong perlahan-lahan, sampai lengkungan forsep berada di tulang parietalis
· Setelah terpasang gagang forsep dijepit antara jari amnis dan kelingking tangan kiri.
· Dua jari tangan kiri dimasukkan ke dalam liang senggama. Forsep kanan dipegang dengan cara sama seperti forsep kiri, dimasukkan dengan tuntunan dua jari tangan kiri.
· Setelah kedua forsep ditempatkan sesuai dengan posisinya, forsep dikunci.
· Setelah terkunci dilakukan evaluasi, guna mencari apakah tidak terdapat bagian ibu (serviks) yang terjepit antara kepala janin dan daun forsep.
· Dilakukan tarikan percobaan, dengan ringan serta jari menyentuh kepala bayi
· Tarikan percobaan berhasil bila kepala bayi ikut tertarik
· Setelah tarikan percobaan berhasil, dilakukan tarikan definitive dengan melakukan tarikan cunam ke abwah sehingga hpomoklion berada di bawah simfisis
· Dilakukan tarikan ke atas untuk melahirkan ubun-ubun besar, hidung, muka-dagu, kepala bayi seluruhnya.
· Setelah kepala lahir daun forsep dilepaskan
· Kepala diberikan kesempatan untuk melakukan putar paksi luar
· Kepala bayi ditarik curam ke bawah dank e atas untuk melahirkan bahu depan dan bahu belakang.
· Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikaitkan untuk emlahirkan badan bayi
· Lendir pada jalan nafas dibersihkan
· Setelah bayi menangis tali pusat dipotong dan bayi diserahkan untuk drawat sebagaimana mestinya
· Persalinan plasenta ditunggu sampai terdapat tanda lepasnya plasenta atau dilakukan tes plasenta lepas dengan metode Kustner, Straassman, Klein, atau Manuaba.
· Plasenta dilahirkan dengan tekanan ringan pada fundus uteri secara Crese atau dengan plasenta manual.
· Dilakukan eksplorasi ke dalam rahim untuk mencari kemungkinan rupture uteri, sisa plasenta, atau membrane.
· Selanjutnya luka bekas episiotomi dijahit kembali
· Pada kala IV dilakukan observasi intensif terhadap kesadaran penderita; tekanan darah; nadi; pernapasan; dan suhu; kontraksi rahim untuk menhentikan perdarahan; pengeluaran darah dari vagina atau luka episiotomi.
· Observasi dilakukan selama 2 jam. Bila semua berjalan dengan baik, penderita dipindahkan ke ruangan.
III. Komplikasi Ekstraksi Forsep
Komplikasi langsung akibat aplikasi forsep dibagi menjadi:
Komplikasi ibu
Komplikasi ibu bersumber dari “trias komplikasi” ibu.
a. Perdarahan terjadi karena: Atonia uteri, Retensio plasenta, Trauma jalan lahir: rupture uteri, rupture serviks, robekan forniks-kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum
b. Infeksi terjadi karena: sudah terdapat sebelumnya, Aplikasi alat menimbulkan infeksi, Plasenta rest atau membrane bersifat benda asing, yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan subinvolusi uteri dan Saat melakukan pemeriksaan dalam
c. Robekan jalan lahir: Ruptura uteri, Rupture serviks, Robekan forniks-kolpoforeksis, Robekan perineum, dan Sinfisiolisis
Komplikasi segera pada bayi: “Trias komplikasi bayi.”
1. Asfiksia
a. Terlalu lama di dasar panggul, terjadi rangsangan pernapasan menyebabkan aspirasi lender dan air ketuban
b. Jepitan langsung forsep yang menimbulklan perdarahan intracranial, edema intracranial, kerusakan pusat vital di emdulla oblongata, trauma langsung jaringan otak.
2. Infeksi oleh karena infeksi pd ibu menjalar ke bayi
3. Trauma langsung forsep
- Fraktura tulang kepala
- Dislokasi sutura tulang kepala: kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung pada mata, telinga dan hidung, trauma langsung pada persendian tulang leher, gangguan fleksus brakialis/paralysis Erb
· Kerusakan saraf trigeminus dan fasialis
· Hematoma pada daerah tertekan
Komplikasi kemudian atau terlambat
komplikasi terlambat untuk ibu
bersumber juga pada “tria komplikasi ibu” dengan penjabaran sebagai berikut:
a. Perdarahan: Plasenta rest, Atonia uteri sekunder, Jahitan robekan jalan lahir yang terlepas
b. Infeksi à Penyebaran infeksi makin meluas
c. Tauma jalan lahir
· terjadi fistula vesiko-vaginal
· terjadi fistula rekto-vaginal
· terjadi fistula utero-vaginal
komplikasi terlambat pada bayi
a. Trauma ekstraksi forsep: cacat karena aplikasi forsep
b. Infeksi
· Infeksi yang berkembang menjadi sepsis dan dapat menyebabkan kematian
· Ensefalitis sampai meningitis
c. Gangguan susunan saraf pusat
· Trauma langsung pada susunan saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual
· Gangguan pendengaran dan keseimbangan
IV. Patofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep. Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intrakranial.
V. WOC (Terlampir)
VI. Terapi
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan postpartum biasa, hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat karena kemungkinan terjadinya trias komplikasi lebih besar, yaitu perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi. Oleh karena itu, perawatan setelah ekstraksi forsep memerlukan profilaksis pemberian infus sampai terjadi keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi otot rahim menjadi kuat, dan pemberian antibiotika untuk menghindari infeksi.
Yang cukup penting untuk diperhatikan adalah kemungkinan terjadi “fistel”, sehingga memerlukan pemasangan dauer kateter selama tiga sampai lima hari. Fistel vesiko-vaginal, rekto-vaginal merupakan komplikasi yang serius dan memerlukan tindakan operasi yang sulit.
Pertimbangan Keperawatan
Perawat menyiapkan forsep yang ditentukan dokter. Denyut jantung janin diperiksa, dilaporkan, dan dicatat sebelum forsep dipasang. Ibu diberi informasi bahwa bilah forsep akan digunakan seperti dua sendok makan yang mengelilingi telur. Bilah ini akan masuk sampai ke telinga bayi.denyut jantung janin akan diperiksa kembali, dilaporkan, dan dicatat sebelum traksi dipasang setelah forsep dipasang. Penekanann tali pusat di antara kepala dan forsep akan menyebabkan frekuensi denyut jantung janin turun mendadak. Dokter kemudian akan melepas dan memasang kembali forsep tersebut.
VII. Pemeriksaan Fisik
A Keadaan umum
* Kesadaran
* TTV : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
B.Keadaan khusus (syarat-syarat ekstraksi forsep):
Besar dan konsistensi kepala dalam batas normal
Janin dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi sefalopelvik)
Pembukaan serviks lengkap
Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi engagement)
Kepala janin harus dapat dipegang oleh cunam
Janin hidup
Ketuban sudah pecah/dipecahkan
EKSTRAKSI VAKUM
I. Definisi
Suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negative (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.
II. Sejarah
Gagasan untuk melahirkan kepala janin dengan memakai tenaga vakum, mula-mula dipelajari oleh Young (1706) dari Inggris, yang kemudian secara berturut-turut dikembangkan oleh ahli-ahli obstetrik di negara-negara Eropa dalam bentuk yang bermacam-macam. Bentuk ekstraktor vakum bermacam-macam inti ternyata kurang popular dalam pemakaiannya, karena banyak hambatan-hambatan teknik. Akhirnya pada tahun 1952-1954 Tage Malmstrom dari Gothenberg, Swedia menciptakan ekstraktor vakum yang setelah emngalami percobaan-percobaan dan modifikasi dalam bentuknya, sejak tahun 1956 menjadi sangat populer dipakai dalam klinik-klnik obstetrik sampai saat ini.
Bentuk dan Bagian-bagian Ekstraktor Vakum
1. Mangkuk (cup)
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum artifisialis. Dengan mangkuk inilah kepala diekstraksi. Diameter mangkuk : 3,4,5,6 cm. pada dinding belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator.
2. Botol
Tempat membuat tenaga negative (vakum). Apda tutup botol terdapat manometer, saluran menuju ke pompa pemghisap, dan saluran menuju ke mangkuk yang dilengkapi dengan pentil.
3. Karet Penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang
5. Pemegang (extraction handle)
6. Pompa Penghisap (vacuum pump)
III. Etiologi
Ibu
· Memperpendek kala II. misalnya: - Penyakit jantung kompensata
- Penyakit paru-paru fibrotik
· Waktu: kala II yang memanjang.
Janin à gawat janin (masih kontroversi)
Kontra Indikasi
Ibu
· Ruptura uteri membakat
· Pada penyakit-penyakit di mana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan, misalnya payah jantung, preeklamsia berat
Janin : Letak muka, After coming head,dan Janin preterm
Komplikasi Ekstraksi vakum
Ibu : Perdarahan, Trauma jalan lahir dan Infeksi
Janin
Ekskoriasi kulit kepala
Sefalhematoma
Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat.
Nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dpt menimbulkan alopesia.
Prosedur Ekstraksi Vakum
Ibu tidur dalam posisi lithotomi
Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum. Bila pada waktu pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri, dapat diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang amngkuk saja.
Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks. Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator.
Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga -0,2 kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : -0,7 sampai -0,8 kg/cm2. ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit. Denagn adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum artifisial (chignon).
Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit.
Bersamaan dengan timbulnya HIS, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini ahrus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan tangan kanan penolong.
Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kea rah muka penolong.
Traksi dilakukan terus selama ada HIS dan ahrus mengikuti puaran apksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis. Bila HIS berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermitten, bersama-sama dengan HIS.
Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya. Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas.
Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva.
Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal
Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali.
Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan:
a. Tenaga vakum terlalu rendah
b. Tenaga negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.
c. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencengkam dengan baik.
d. Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.
e. Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik
f. traksi terlalu kuat
g. cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.
h. adanya dispropporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi.
Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.
IV. Patofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep. Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intrakranial.
V. WOC (Terlampir)
VI. Terapi
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan postpartum biasa, hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat karena kemungkinan terjadinya komplikasi lebih besar, yaitu perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi. Oleh karena itu, perawatan setelah ekstraksi vacum memerlukan profilaksis pemberian infus sampai terjadi keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi otot rahim menjadi kuat, dan pemberian antibiotika untuk menghindari infeksi.
Pertimbangan Keperawatan
Dalam membantu wanita yang melahirkan melaluui penggunaan ekstraksi vacum, perawat berperan sebagai pendukung dan pendidik. Perawat dapat menyiapkan ibu untuk melahirkan dan mendorongnya untuk tetap aktif dalam proses melahirkan yakni dengan menganjurkan ibu untuk mendorong saat kontraksi. Denyut jantung janin juga harus sering dinilai selama prosedur tersebut. Setelah lahir, bayi harus diobservasi untuk melihat tanda infeksi pada tempat pemasangan mangkuk dan iritasi serebral (misalnya, akibat pengisapan yang buruk, ketidakberdayaan). Orang tua perlu diyakinkan bahwa kaput suksedaneum akan hilang setelah beberapa jam. Para tenaga perawatan neonatus harus menyadari bahwa bayi tersebut dilahirkan dengan ekstraksi vakum.
VII. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran dan TTV : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
Keadaan khusus (syarat-syarat ekstraksi vakum)
· Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pasa multigravida)
· Penurunan kepala janin (boleh) pada hodge II
· Kontraksi rahim dan tenaga mengejan.
Keunggulan dan Kerugian Ekstraksi Vakum
Keunggulan
· pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)
· tidak diperlukan narkosis umum
· mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang ahrus melalui jalan lahir
· ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap
· trauma pada kepala janin lebih ringan
Kerugian
· persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama
· tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.
· Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Usia :
Alamat : Pekerjaan :
No. Telp :
Suami :
Pekerjaan :
No. Telp :
2. Riwayat Kesehatan
a. RKD: Adanya riwayat abortus, SC pada persalinan sebelumnya
b. RKS: Distosia (kesulitan persalinan), Penyakit jantung, eklampsia, Fetal distres , Janin berhenti berotasi, Posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse, Ketidakmampuan mengejan, Keletihan, Kala II yang lama
c. RKK : Adanya penyakit keturunan (jantung)
d. Riwayat Obstetri
3. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
Eliminasi : Retensi urine, Makanan/cairan
Seksualitas : adanya laserasi servik uteri dan vagina
Pada janin/bayi
- DJJ sebelum forsep dipasang.
- DJJ sebelum traksi dipasang setelah forsep dipasang.
- Fraktur tengkorak, subdural hematoma, edema
- Perdarahan intrakranial
- Adanya lecet dan abrasi pada pemasangan bilah/laserasi kulit kepala
- Paralisis fasial
II. ANALISA DATA
NO
DATA PENUNJANG
MASALAH KEPERAWATAN
1.
DO:
- hipotensi
- peningkatan frekuensi nadi
- penurunan tekanan nadi
- urin menurun/terkonsentrasi
- penurunan pengisian vena
- perubahan mental
Kekurangan volume cairan
2.
DO:
- laserasi kemerahan
- adanya pus pada laserasi
- leukosit meningkat
Resti infeksi
3.
- adanya perdarahan
- adanya laserasi serviks uteri dan vagina
Resti cedera
4.
- meminta informasi
- pernyataan salah konsep
- perilaku berlebihan
Kurang pengetahuan
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.
2. Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap patogen.
3. Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.
4. Kurang pengetahuan.
IV. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa I : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.
Tujuan: Mendemonstrasikan kestabilan/perbaikan kseimbangan cairan.
Kriteria hasil:TTV stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan factor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (mis: laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amniotic, atau retensi janin mati selama lebih dari 5 mgg).
Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut; simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.
Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua tepat di atas simfisis pubis.
Perhatikan hipotensi atau takikardi, pelambatan pengisian kapiler, atau sianosis dasar kuku, membrane mukosa, dan bibir.
Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal, bila ada.
Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.
Pertahankan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien.
Pantau masukan dan haluaran; perhatikan berat jenis urin.
Hindari pengulangan / gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vaginal dan/atau rectal.
Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis.
Kaji terhadap nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.
Pantau klien dengan akreta plasenta (penetrasi sedikit dari miometrium dengan jaringan plasenta), HKK, atau abrupsio plasenta terhadap tanda-tanda KID.
Kolaborasi
Mulai infuse 1 atau 2 I.V. dari cairan isotonic atau elektrolit dengan kateter 18G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (missal: plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi:
- oksitosin, metilergononovin maleat, prostaglandin F2ά.
- Magnesium sulfat (MgSO4)
- Heparin
- Terapi antibiotic (berdasarkan pada kultur dan sensitivitas terhadap lokhia)
- Natrium bikarbonat.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
- Hb dan Ht
- Kadar pH serum
- Trombosit, FDP, fibrinogen, dan APTT.
- Pasang kateter urinarius indwelling.
Bantu dengan prosedur-prosedur sesuai indikasi:
- separasi manual dan penglepasan plasenta
- pemasangan kateter indwelling besar ke dalam kanal servikal.
- Penempatan kembali uterus atau tampon bila inverse kira-kira akan terjadi.
Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi, missal, penggalian/perbaikan untuk menutup sobekan, laserasi atau pelebaran episiotomi, evakuasi hematoma, dilatasi dan kuretase (D dan K), ligasi bilateral dari arteri hipogastrik, histerektomi sepraservikal, atau histerektomi abdominal segera.
Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.
Perkiraan kehilangan darah, arterial versus vena; dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian. (1 gram peningkatan berat pembalut sama dengan kira-kira 1ml kehilangan darah.
Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan di atas simfisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.
Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan pada TD tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30%-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan pengisian.
Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatklan aliran balik vena, menjamin persediaan darah ke otak dan organ vital lainnya lebih besar.
Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian di mana sensorium berubah dan atau intervensi pembedahan diperlukan.
Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar.
Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.
Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik.
Hematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.
Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan plasenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.
Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi pada adanya atoni.
Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MgSO4 memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual.
Bila cara-cara lain gagal, heparin dapat digunakan dengan kewaspadaan untuk menghentikan siklus pembekuan.
Antibiotik bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin diperlukan untuk infeksi disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.
Mungkin perlu untuk memperbaiki asidosis
Membantu dalam menentukan jumlah kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb.
Pada syok lama, hipoksia jaringan dan asidosis dapat terjadi sebagai respon terhadap metabolisme anaerobik.
Membantu menentukan beratnya masalah dan efek dari terapi.
Memberikan pengkajian lebih akurat terhadap fungsi ginjal dan perfusi relatif volume cairan.
Hemoragi berhenti bila fragmen-fragmen plasenta dilepaskan dan uterus berkontraksi, menutup sinus-sinus vena.
Beberapa pemeriksaan telah melaporkan keberhasilan dalam pengontrolan hemoragi yang disebabkan oleh implantasi plasenta ke dalam segmen servikal nonkontraktil dengan menempatkan kateter indwelling dalam kanal servikal dan mengisi balon dengan larutan salin 60 ml untuk bekerja sebagai tamponade.
Penempatan kembali uterus memungkinkan uterus berkontraksi, menutup sinus-sinus vena dan mengontrol perdarahan.
Perbaikan pembedahan terhadap lasersi/episiotomi, insisi/evakuasi hematoma, dan pengangkatan jaringan tertahan akan menghentikan perdarahan. Histerektomi abdominal segera diindikasikan untuk perlekatan plasenta abnormal.
Diagnosa 2 : Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap patogen
Tujuan : Bebas dari infeksi.
Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.
INTERVENSI
MASALAH KEPERAWATAN
Mandiri
Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya.
Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (mis. peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina.
Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam.
Kolaborasi
Lakukan persiapan kulit praoperatif, scruc sesuai protokol.
Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.
Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht), catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan.
Berikan antibiotik spektrum luas parenteral pada praoperasi.
Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial risiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk.
Infeksi dapat mengubah penyembuhan luka.
Menurunkan resiko infeksi asenden.
Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan risiko infeksi pascaoperasi.
Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
Risiko infeksi pasca-melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.
Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses infeksi, atau sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi.
Diagnosa 3: Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas,efek-efek obat/penurunan sensasi
Tujuan : Bebas dari cedera
INTERVENSI
MASALAH KEPERAWATAN
Mandiri
Lepaskan alat prostetik (mis, lensa kontak, gigi palsu/kawat gigi) dan perhiasan.
Tinjau ulang catatan persalinan, perhatikan frekuensi berkemih, haluaran, penampilan, dan waktu berkemih pertama.
Pantau haluaran dan warna urin setelah insersi kateter indwelling. Perhatikan adanya darah dan urin.
Kolaborasi
Dapatkan specimen urin untuk analisis rutin, protein, dan berat jenis.
Menurunkan resiko cedera kecelakaan.
Dapat menandakan retensi urin atau menunjukkan keseimbangan cairan atau dehidrasi pada klien yang sedanga bersalin.
Menunjukkan tingkat hidrasi, status sirkulasi dan kemungkinan trauma kandung kemih.
Risiko meningkat pada klien bila proses infeksi atau keadaan hipertensif ada.
Diagnosa 4: Kurang pengetahuan
Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi ekstraksi forsep/vakum.
Mengenali ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.
INTERVENSI
MASALAH KEPERAWATAN
Mandiri
Kaji kebutuhan belajar
Catat tingkat stress dan apakah prosedur direncanakan atau tidak.
Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana. Anjurkan pasangan untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pemahaman mereka.
Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap pilihan alternatif kelahiran.
Gambarkan prosedur sebelum tindakan dengan jelas, dan berikan rasional dengan tepat.
Berikan penyuluhan setelah tindakan, termasuk instruksi latihan kaki, batuk dan napas dalam.
Diskusikan sensasi yang diantisipasi selama melahirkan dan periode pemulihan
Metode kelahiran ini didiskusikan pada kelas persiapan melahirkan anak, tetapi banyak klien gagal untuk menyerap informasi karena ini tidak mempunyai makna pribadi pada waktunya. Klien yang mengalami lagi kelahiran melalui ekstraksi forsep/vakum tidak dapat mengingat dengan jelas atau memahami detil-detil melahirkan sebelumnya.
Mengidentifikasi kesiapan klien/pasangan untuk menerima informasi.
Memberikan informasi dan mengklarifikasi kesalahan konsep. Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman klien/pasangan terhadap situasi.
Perkiraan satu dari 5 atau 6 kelahiran melalui ekstraksi forsep/vakum, seharusnya dilihat sebagai alternative bukan cara yang abnormal, untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan maternal/janin.
Informasi memungkinkan klien mengantisipasi kejadian dan memahami alasan intervensi/tindakan.
Memberikan teknik untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan stasis vena dan pneumonia hipostatik.
Mengetahui apa yang dirasakan dan apa yang “normal” membantu mencegah masalah yang tidak perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Bedah Kebidanan.1989. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan.2006. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2. 2001. Jakarta:EGC.
Bobak. Buku Ajar Keperawatan Mataternitas, Edisi 4. 2004. Jakarta:EGC.
EKLAMSIA
1. Definisi
Eklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang serius, dan dapat dikarakteristikkan dengan adanya kejang. Biasanya eklamsia merupakan lanjutan dari pre- eklamsia walaupun kadang – kadang tidak diketahui terlebih dahulu. Definisi lain dari eklamsia adalah onset baru hipertensi gestasi yang diikuti dengan kejang grand mal (Zeeman, Fleckenstein, twickler,& Cunningham,2004), dan kejang pada pre-eklampsia yang tidak bisa dikaitkan dengan penyebab lain (Abbrescia & Sheridan,2003). Kejang pada eklampsia tidak berhubungan dengan kondisi otak dan biasanya terjadi setelah 20 minggu kehamilan.
2. Etiologi
Eklamsia dapat terjadi apabila pre-eklampsia tidak ditangani, sehingga penyebab dari eklampsia sama dengan penyabab pre-eklampsia. Ada beberapa factor resiko predisposisi tertentu yang dikenal, antara lain:
Status primigravida
Riwayat keluarga pre-eklamsia atau eklamsia
Pernah eklamsia atau pre-eklamsia
Suami baru
Usia ibu yang ekstrem (<> 35 tahun)
Sejak awal menderita hipertensi vascular, penyakit ginjal atau autoimun
Diabetes Mellitus
Kehamilan ganda
3. Manifestasi Kinis
Gejala dan tanda yang terdapat pada pasien eklamsia berhubungan dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain yaitu: Oliguria (kurang dari 400ml/24 jam atau urin tetap kurang dari 30 ml/jam, Nyeri Epigastrium, Penglihatan kabur, Dyspnea, Sakit kepala, Nausea dan Vomitting, Scotoma, dan Kejang.
Kebanyakan kasus dihubung-hubungkan dengan hipertensi dikarenakan kehamilan dan proteinuria tapi satu – satunya tanda nyata dari eklamsia adalah terjadinya kejang eklamtik, yang dibagi menjadi empat fase.
I. Stadium Premonitory
Fase ini biasanya tidak diketahui kecuali dengan monitoring secara konstan, mata berputar – putar ketika otot wajah dan tangan tegang.
II. Stadium Tonik
Segera setelah fase premonitory tangan yang tegang berubah menjadi mengepal. Terkadang ibu menggigit lidah seiring dengan ibu mengatupkan gigi, sementara tangan dan kaki menjadi kaku. Otot respirasi menjadi spasme, yang dapat menyebabkan ibu berhenti bernafas. Stadium ini berlangsung selama sekitar 30 menit.
III. Stadium Klonik
Pada fase ini spasme berhenti tetapi otot mulai tersentak dengan hebat. Berbusa, saliva yang bercampur sedikit darah pada bibir dan kadang – kadang bisa menarik nafas. Setelah sekitar dua menit kejang berhenti, menuju keadaan koma, tapi beberapa kasus menuju gagal jantung.
IV. Stadium coma
Ibu tidak sadar, suara nafas berisik. Keadaan ini bisa berlangsung hanya beberapa menit atau bahkan dpat menetap sampai beberapa jam.
4. Patofisiologi
Pada kehamilan normal, volume vascular dan cardiac output meningkat. Meskipun meningkat, tekanan darah tidak normal pada kehamilan normal. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena wanita hhamil menjadi resisten terhadap efek vasokonstriktor, seperti angitensin II. Tahanan vascular perifer meningkat karena efek beberapa vasodilator seperti prostacyclin (PGI2), prostaglandin E (PGE), dan endothelium derived relaxing factor(EDRF). Rasio tromboxan dan PGI2 meningkat. Tromboxane diproduksi oleh ginjal dan jaringan trophoblastic, menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi platelet.
Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah, yang akan merusak sel endothelial dan menurunkan EDRF. Vasokonstriksi juga akan mengganggu darah dan meningkatkan tekanan darah. Hasilnya, sirkulasi ke seluruh organ tubuh termasuk ginjal, hati, otak, dan placenta menurun.
Perubahan – perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut:
§ Penurunan perfusi ginjal menyebabkan penurunan glomerular filtration rate (GFR); sehingga urea nitrogen darah, kreatinin, dan asam urat mulai meningkat.
§ Penurunan aliran darah ke ginjal juga menyebabkan kerusakan ginjal. Hal ini menyebabkan protein dapat melewati membrane glomerular yang pada normalnya adalah impermeable terhadap molekul protein yang besar. Kehilangan protein menyebabkan tekanan koloid osmotic menurun dan cairan dapat berpindah ke ruang intersisial. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya edema dan penurunan volume intravascular, yang meningkatkan viskositas darah dan meningktanya hematokrit. Respon untuk mengurangi volume intravascular, angiotensin II dan aldosteron akan dikeluarkan untuk memicu retensi air dan sodium. Terjadilah lingkaran proses patologik: penambahan angiotensin II semakin mengakibatkan vasospasme dan hipertensi; aldosteron meningkatkan retensi carian dan edema akan semakin parah.
§ Penurunan sirkulasi ke hati mengakibatkan kerusakan fungsi hati dan edema hepatic dan perdarahan sibcapsular, yang dapat mengakibatkan hemorrhagic necrosis. Di manifestasikan dengan peningkatan enzim hati dalam serum ibu.
§ Vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan tekanan yang akan menghancurkan dinding tipis kapiler, dan perdarahan kecil cerebral. Gejala vasospasme arteri adalah sakit kepala, gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur, spot, dan hiperaktif reflek tendon dalam.
§ Penurunan tekanan koloid onkotik dapat menyebabkan bocornya kapiler pulmonal mengakibatkan edema pulmonal. Gejala primer adalah dyspnea
§ Penurunan sirkulasi plasenta mengakibatkan infark yang meningktakan factor resiko abruptio placentae dan DIC. Ketika aliran darah maternal melalui placenta berkurang, mengakibatkan pembatasan perkembangan intrauterine janin dan janin mengalami hipoksemia dan asidosis.
5. WOC (telampir)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Albuminuria : +2 atau +4
Proteinuria : (5 g dalam urine 24 jam atau +3 atau lebih pada dipstick)
Nitrogen urea darah (BUN) : kurang dari 10
Kreatinin serum : meningkat
Klirens kreatinin : 130-180
Trombositopenia : (Trombosit < name="TT7">ASUHAN KEPERAWATAN pasien Eklamsia
I. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Usia :
Alamat : Pekerjaan :
No. Telephone :
Suami :
Pekerjaan :
No.Telephone :
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu: Pernah mengalami pre-eklampsia, Pernah mengalami eklampsia, Hipertensi vascular, Diabetes Mellitus, Penyakit ginjal.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang: Kehamilan Ganda, Mola Hidatidosa, Nyeri kepala di daerah frontal, Penglihatan kabur, Scotoma, Muntah , Mual keras, Nyeri di epigastrium, Hiperrefleksia, Kejang, Dyspnea
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Ada keluarga yang juga mengalami pre – eklampsia
- Keluarga mengalami eklampsia
d. Riwayat Obstetri
G2 P1 H1 A0
Anak
Ke
Lahir
BB
Keluhan
Keterangan
1
Cecsio caesarea
2,5 kg
Anak lahir premature pada usia kehamilan 8 bulan
Ibu mengalami pre eklamsia
Riwayat menstruasi:
- Ibu pertama kali mendapatkan menstruasi pada umur 12 tahun
- Setelah 3 bulan menstruasi ibu mulai teratur, ibu tidak mengalami keluhan selama menstruasi
Riwayat KB: Ibu tidak menggunakan KB
Riwayat Konsumsi: Ibu menyukai makanan bergaram
3. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital : TD: Sistolik > 160 mmHg P: <> 110 mmHg S: 40oC
MAP: 160/110 = 127
N: <> Rabas vagina berair
Ø Cairan menetes secara berkala atau terpancar secara tiba-tiba
Ø Cairan terlihat pada introitus
Ø Tidak ada kontraksi dalam 1 jam
Amnionitis
Ø Rabas vagina berair dan berbau busuk setelah gestasi 22 minggu
Ø Demam/menggigil
Ø Nyeri abdomen
Ø Riwayat kehilangan cairan
Ø Nyeri tekan uterus
Ø DJJ cepat
Ø Pendarahan pervagina ringan
Vaginitis
Ø Rabas vagina berbau busuk
Ø Tidak ada riwayat kehilangan cairan
Ø Gatal
Ø Rabas berbusa / warna didih
Ø Nyeri abdomen
Ø Disuria
Kemungkinan persalinan term / preterm
Rabas vagina berair atau lendir bercampur darah
Ø Pembukaan dan pelunakan serviks
Ø Kontraksi
Hemoragik antepartum
Rabas vagina berdarah
Ø Nyeri abdomen
Ø Kehilangan pergerakan pada janin
Ø Pendarahan pervaginam
I. 5. Pemeriksaan Penunjang
o Letakan Pembalut pada vulva dan periksa pembalut tersebut (secara visual dan melalui baunya) satu jam kemudian
o Gunakan spekulum yang disinfeksi tingkat tinggi untuk pemeriksaan pervagina :
Ø Cairan dapat terlihat berasal dari servik atau membentuk genangan di forniks posterior.
Ø Minta ibu untuk batuk karena hal ini dapat menyebabkan cairan memancar.
o Pemeriksaan leukosit darah : > 15.000/mm3 bila terjadi infeksi ( N : 5000-9000), suhu > 38 oC, takikardi.
o Pemeriksaan nitrazin : bergantung pada fakta bahwa sekresi vagina dan urin bersifat asam sementara cairan amnion bersifat basa. Pegang satu lembar kertas nitrazin pada hemostat dan sentuhkan kertas tersebut ke genangan cairan di ujung spekulum. Perubahan warna kertas kuning menjadi biru menunjukan alkalinitas ( adanya cairan amnion). Darah dan beberapa infeksi vagina memberi hasil positif palsu.
o Amniosentesis
o USG : menentukan usia kehamilan dan indeks cairan amnion berkurang.
o Penentuan volume cairan ketuban bisa membantu dalam mengidentifikasi pasien dengan peningkatan resiko gawat janin.
o Pemeriksaan servik bila telah ada kontraksi yang sakit dan teratur.
I. 6. Terapi
Penatalaksanaan Umum :
- Konfirmasikan keakuratan perhitungan usia gestasi
- Gunakan spekulum yang disinfeksi tingkat tinggi untik mengkaji rabas vagina (jumlah, warna, bau ) dan singkirka diagnosa inkontinensia urine
- Jika terdapat pendarahan per-vagina dengan nyeri abdomen konstan, curigai terjadinya abrupsio plasenta
- Jika terdapat tanda-tanda infeksi ( demam, rabas vagina berbau busuk) berikan antibiotik
- Jika terdapat tanda-tanda infeksi dan kehamilan kurang dari 37 minggu (janin imatur) :
· Berikan anti biotik untuk mengurangi morbiditas ibu dan neonatus karena infeksi dan memperlambat pelahiran
# Eritromisin 250 mg per oral tiga kali sehari selama 7 hari
# Ditambah amoksilin 500 mg per oral tiga kali sehari selama 7 hari
· Pertimbangkan memindahkan beyi ke layanan yang paling tepat untuk perawatan bayi baru lahir jika mungkin
· Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk meningkatkan kematangan paru janin
· Lakukan induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin pada gestasi 37 minggu dan berikan antibiotik profilaksis untuk membantu mengurangi infeksi streptokokus pada neonatus walaupun ibu telah mendapatkan antibiotik sebelumnya.
· Jika kontraksi teraba dan terdapat rabas lendir bercampur darah, curigai terjadi persalinan preterem
- Jika terdapat tanda-tanda infeksi dan usia kehamilan 37 minggu atau lebih ( matur )
· Jika ketuban pecah lebih dari 18 jam, berikan penisilin atau ampisilin profilksis untuk membentu mengurangi infeksi streptokokus grup B pada neonatus. Jika terdapat tanda-tanda infeksi setelah pelahiran hentikan pemberian antibiotik
· Kaji servik :
# Jika kondisi servik baik ( lunak, tipis, membuka sebagian ) lakukan induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin
# Jika kondisi servik tidak baik ( keras, tebal, tertutup ), matangkan servik dengan menggunakan prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan janin melalui sesaria.
ASUHAN KEPERAWATAN KPD
1. Pengkajian
> Sirkulasi. Kehilangan darah yg keluar bersamaan dg rabasan vagina, .
Hipertensi, penyakit jantung seblumnya.
> Integritas Ego : Peka rangsang, sangat cemas dan ketakutan
> Makanan / cairan : Ketidak adekuatan nutrisi, mual / muntah
> Nyeri / Ketidaknyamanan :
Pengeluaran rabas vagina warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan dalam jumlah sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. Kemungkinan tidak ada kontraksi yang dapat diraba atau kontraksi yang dapat diraba. Dapat disertai demam > 38 oC.. Kontraksi uterus yang lemah ( his + atau his - ).
> Keamanan
Dilatasi servik, penurunan janin, dan prolap tali pusat
Kekeringan cairan ketuban.
Bayi praterm atau kecil untuk usia gestasi ( kemungkinan untuk persalinan cepat / Persalinan prematur ).
Janin dalam malposisi
Servik mungkin kaku/tidak siap
> Seksualitas
Primipara atau multipara
Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramion, gestasi multipel, janin besar . Peningkatan tekanan intrauterin
Infeksi genitalia
2. Pemeriksaan Diagnostik
Tes pranatal : dpt memastikan polihidramion, janin besar, gestasi multipel
Tes kontraksi : mengkaji keejahteraan janin
Ultrasound : Menentukan usia kehamilan dan indeks cairan amnion
Pemeriksaan jumlah sel leukosit darah: penentu terjadinya infeksi
Pemeriksaan spekulum: pengkajian rabas vagina ( jumlah, warna & bau )
Pemeriksaan Nitrazin : Penentuan sekresi vagina atau cairan amnion
3. Diagnosa Keperawatan
Ø Resti infeksi b. d Pe↑ pemajanan lingkungan, pecah ketuban amniotik
Ø Kerusakan pertukaran gas pada janin b. d kompresi mekanis kepala/tali pusat, penurunan perfusi plasenta.
Ø Resti infeksi thdp maternal b. d pemajanan patogen dan pecah ketuban.
Ø Resiko tinggi cidera pada janin b. d malpersentasi dan pencetus kelahiran,
Ø Resiko tinggi cidera pada maternal b. d obstruksi mekanis, penurunan otot dan keletihan maternal.
Ø Kerusakan pertukaran gas b. d ketidakadekuatan kadar surfaktan, imaturitas otot anteriol pulmonal dan imaturitas sistem saraf pusat (SSP).
Ø Gangguan rasa nyaman : nyeri b. d kejadian yang cepat, kontraksi otot kuat ; isu-isu psikologis.
Ø Berduka b. d kematian janin/byi
Ø Asientas ( ketakutan b. d krisis situasional, ancaman yang dirasakan pada klien/janin dan penyimpangan yang tidak diantisipasi dari harapan.
4. Intervensi Keperawatan
1. Resti infeksi b. d Pe↑ pemajanan lingkungan, pecah ketuban amniotik
Kriteria hasil : Bebas dari infeksi
Intervensi
Rasional
Mandiri
Berikan sebanyak mungkin privasi dalam kasus kelahiran diluar rumah sakit yang tidak direncanakan. Siapkan alas melahirkan yang bersih dengan menggunakan handuk bersih, pakaian yang dibalik,/koran yg tidak dipakai letakan dibawah bokong.
Cuci tangan, kenakan sarung tangan steril, tempatkn handuk seril dibawah bokong, semprotkan larutan povidon-iodin ( betadin ) ke perineum bila wkt memungkinkan di RS.
Bungkus tali pusat yang berada di vulva dengan kain hangat yg dilapisi plastik bila terjadi prolap tali pusat
Kolaborasi
Angkat kain penghalas / koran bila basah
Catat waktu pecah ketuban. Perhatikan jumlah dan warna darinase.
Menurunkan kemungkinan kontaminasi
Menurunkan kemungkinan infeksi pasca melahirkan.
Untuk menghindari terpajanya dengan kuman patogen.
Menghambat media yang dapat mendukung pertumbuhan patogen
Pecah ketuban dapat meningkatkan resiko infeksi asenden. Karakteristik drainase dapat menandakan adanya infeksi.
2. Resti cidera pada janin b. d malpersentasi, pencetus kelahiran. Dan KPD
Tujuan : Berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan menurunkan faktor resiko yang teridentifikasi.
Kriteria hasil : menunjikan denyut jantung janin ( DJJ ) batas normal
Intervensi
Rasional
Mandiri
Kaji DJJ secara manual/elektronik. Perhatikn variablitas, perub periodik, dan frekuensi dasar. Bila pada pusat kelahiran alternatif (PKA), periksa irama jantung janin antara kontraksi dg menggunakan doptone. Jlhkn slm 10 mnt, istirahatkan slm 5 mnt dan jlhkn lg 10 mnt. Lanjutkan pola ini spanjang kontraksi sampai prtengahn dian-taranya dan setelah kontraksi.
Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia.
Identifikasi faktor-faktor maternal dehidrasi, asidosis, asientas atau sindrom vena kava.
Kolaborasi
Perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi 2 mnt atau kurang.
Kaji malposisi dengan menggunakan manuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal (lokasi fontanel dan sutura kranial). Tinjau ulang hasil ultrasonografi.
Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna vetebralis iskial.
Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi pada klien PKA.
Siapkan untuk metode melahirkan yang palin layak, bila janin pada persentase kening, wajah atau dagu.
Kaji terhadap henti transversa dalam dari kepala janin.
Biarkan klien memilih posisi tangan dan lutut atau posisi sim lateral pada sisi berlawanan di mana oksiput janin diarahkan bila janin pada posisi Op.
Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
Observasi terhadap prolap tali pusat samar atau dapat dilihat bila pecah ketuban dan untuk deselerasi variabel pada strip pemantauan, khususnya bila janin pada persentasi bokong.
Perhatikan bau perubahan warna cairan amnion pada pecah ketuban lama.
Dapatkan kultur bila temuan abnormal.
Berikan antibiotik pada klien sesuai indikasi.
Siapkan untuk melahirkan pada posisi posterior, bila janin gagal memutar dari op ke oa ( wajah ke pubis). Sedangkan penggunaan ganda forsep dapat digunakan untuk memutar dan melahirkan janin.
Siapkan untuk melahirkan sesar bila persentasi bokong terjadi, janin gagal turun, kemajuan persalinan berhenti atau teridentifikasi CPD.
Mendeteksi respon abnormal, seperti variabelitas yang dilebih-lebihkan, bradikardi dan takikardi yang mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asodosis atau sepsis
Tekanan istirahat >30mmHg / tekanan kontraksi >50mmHg menurunkan/ mengganggu oksigenasi dlm ruang intravilos.
Kadang-kadang, prosedur sderhana (spt membalikan klien ke posisi rekumben lateral) meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen ke uterus dan plasenta serta mencegah/memperbaiki hipoksia janin.
Kontraksi yg terjadi tiap 2 mnt kurang tidak mungkinkan Oksigenasi adekuat dari ruang intravilos
Menentukan pembaringan janin, posisi, dan persentasi dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
Penurunan yang kurang dari 1 cm/jam untuk primipara tau kurang 2 cm/jam untuk multipara, dapat menandakan KPD atau mal posisi.
Resiko cidera atau kematian janin meningkat dengan melahirkan pervaginam bila persentasi verteks
Persentasi ini meningkatkan resiko KPD, karena diameter lebih besar dari tengkorak janin masuk ke pelvis .
Kegagalan verteks untuk memutar penuh dari posisi oksiput posterior ke posisi oksiput anterior dapat mengakibatkan posisi transversa, penghentian persalinan dan kebutuhan kelahiran sesaria.
Posisi ini mendorong pemutaran anterior dengan memungkinkan kolumna vetebralis janin turun ke arah anterior dinding abdomen klien (70 % janin pada posisi OP memutar secara spontan).
Kelebihan volume amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan yang dihubungkan dengan anomali janin. Cairan amnion mengandung mekonium pada persentasi verteks diakibatkan dari hipoksia yang menyebabkan stimulasi vagal dan relaksasi sfingter anal. Tidak adanya karakteristik cairan amnion mewaspadakan staf terhadap potensial kebutuhan bayi baru lahir.
Prolap tali pusat lebih memungkinka terjadi pada persentase bokong, karena begian perentase tidak menonjol kuat, juga tidak secara total memblok tulang seperti pada presentase verteks.
Infeksi asenden dan sepsis disertai dengan takikardi dapat terjadi pada pecahan ketuban lama.
Mencegah/ mengatasi infeksi asenden dan akan melindungi janin juga.
Melahirkan dalam posisi posterior mengakibatkan insiden lebih tinggi dari laserasi maternal. Melahirkan dengan menggunakan aplikasi ganda forsep.
.
3. Kerusakan pertukaran gas pada janin b. d kompresi mekanis kepala/tali pusat, penurunan perfusi plasenta.
Tujuan : - Mempertahankan kontrol pernafasan
- Menggunakan posisi yang meningkatkan aliran balik vena/ sirkulasi plasenta.
Kriteria hasil : Bebas dari variabel atau deselerasi lanjut dengan DJJ DBN
Intervensi
Rasional
Mandiri
Kaji station janin, dan posisi. Bila janin pada posisi posterior oksiput, tempatkan klien menyamping.
Posisikan klien pada rekumben lateral atau posisi tegak atau miring dari sisi ke sisi sesuai indikasi
Hindari menempatkan klien pada posisi dorsal rekumben
Kaji pola pernafasan klien. Perhatikan laporan sensasi kesemutan dari wajah atau tangan, pusing atau spasme karpopedal.
Kaji DJJ, dengan fetoskop atau monitor janin, selama dan setelah setiap kontraksi atau upaya mendorong
Pantau perubahan periodik DJJ terhadap deselerasi berat, sedang atau lama. Perhatikan adanya deselerasi variabel atau lambat.
Perhatikan variabilitas DJJ jangka pendek dan jangka panjang
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan vagina steril, rasakan prolap. Bila prolap ada, angkat verteks dari tali pusat.
Pindahkan pada lingkungan perawatan akut, bila klien pad pusat kelahiran alternatif.
Pantau DJJ secara elektronik dengan lead internal. Bila bradikardi berat, muncul deselerai lambat atau deselerasi variabel lama :
· Posisikan klien pada posisi miring kiri, tingkatkan cairan IV biasa.
· Berikan Oksigen pada klien
· Bantu sesuai kebutuhan pada pengambilan sampel kulit kepala janin intermiten
· Siapkan untuk intervensi bedah bila kelahiran spontan pervaginam atau melahirkan dengan forsep tidak memungkinkan
Janin sangat rentan pada bradikadi dan hipoksia, yang dihubungkan dengan stimulasi vagal selama kompresi kepala. Malpresentasi seperti wajah, dagu atau kening dapat memperlambat persalinan dan meningkatkan resiko terhadap hipoksia dan kemungkinan perlunya kelahiran sesaria. Posisi posterior meningkatkan durasi persalinan. Posisi rekumben lateral memudahkan rotasi dari posisi posterior oksiput ke posisi anterior oksiput.
Meningkatkan perfusi plasenta, mencegah sindrom hipotensif supine, dan memindahkan tekanan dari bagian presentasi dari tali pusat, meningkatkan oksigenasi janin menperbaiki pola DJJ
Menimbulkan hipoksia dan asidosis janin, menurunkan dasar variabilitas dan sirkulasi plasenta.
Mengidentifikasi pola pernafasan tidak efektif. Pada awalnya, hiperventilasi mengakibatkan alkalosis respiratorik dan meningkatkan PH serum, menuju akhir persalinan, pH turun dan asidosis terjadi karena asam laktat yang dibentuk dari aktivitas miometrik
Deselerasi dini karena stimulasi vegal dari kopresi kepala harus kembali pada pola dasar diantara kontraksi
Deselerasi variabel meandakan hipoksia karena kemungkinan terjebaknya tali pusat atau pada tali pusat nukal atau pendek.Deselerasi lambat menandakan insufisiensi uteroplasenta, yang tidak boleh dizinkan bila menetap selama lebih dari 30 ment.
Rata-rata perubhan denyut per denyut harus direntang dari 6 sampai 10 dpm, menandakan integritas SSP janin.
Peninggian verteks membantu membebaskan tali pusat, yang dapat ditekan diantara bagian presentasi dan jalan lahir.
Pada kasus bradikardi atau penurunan variabilitas DJJ, pemantauan lebih invasif, peralatan perawatan akut atau kelahiran sesaria dapat dilakukan.
Pemantauan elektronik memungkinkan pengkajian akurat dan kontiniu. Elektroda kulit kepala langsung secara akurat mendeteksi respon janin abnormal dan penurunan pada variabilitas denyut per denyut.
Meningkatkan volume darah sirkulasi ibu dan perfusi plasenta
Meningkatkan ketersediaan oksigen sirkulasi untuk ambilan janin. Selama tahap persalinan ini, naiknya proses metabolik meningkatkan konsumsi O2 dua kali kadar nomal.
Menentukan kecendrungan pada status asam basa janin. Selama tahap persalinan ini naiknya proses metabolik meningkatkan konsumsi O2 dua kali kadar normal.
Cara kelahiran yang cepat harus diimplementasikan bila janin mengalami hipoksia atau asidosis berat atau tidak pulih.
Langganan:
Postingan (Atom)